Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerbung: Sekte Laknat Malam Tahun Baru di Hotel Marun Biru (3/3)

5 Januari 2023   12:31 Diperbarui: 5 Januari 2023   12:39 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi: Suhas Rawool / Pixabay)

Lalu pria itu membalikkan tubuhnya lagi, kini ia berhadapan dengan orang-orang di hadapannya yang merupakan pengikutnya.

"Anak-anakku semuanya, apakah kalian sudah siap dengan kekayaan tanpa batas, kesuksesan hidup, ketampanan dan kecantikan yang terpancar abadi dan semua kebaikan duniawi yang tak akan pernah berhenti kita nikmati sepanjang tahun?" tanya sesosok pria itu dengan nada tinggi.

"Siap, Yang Mulia...," jawab semua orang yang berada di ruangan itu.

Lalu pria itu kembali menghadap ke kobaran api, mengangkat kedua tangannya lalu mengeluarkan sebilah pisau berwarna keemasan dari balik jubahnya, kemudian mengangkat pisau itu ke udara dengan kedua tangannya. Kepalanya menengadah ke atas, matanya membuka lebar, mulutnya komat-kamit merapal mantera.

Sara berusaha melihat wajah-wajah para pengikutnya. Ia menduga mereka adalah para tamu hotel yang kendaraannya sudah terparkir sebelum Sara dan teman-temannya tiba di hotel tersebut.

Pandangan Sara menyapu ke arah para pengikut sekte. Berkat cahaya dari api, Sara bisa melihat wajah mereka meskipun mereka mengenakan tudung kepala. Tiba-tiba ia terkejut dengan tiga wajah yang ia kenal baik: Budi, Tias dan Katy.

"Bedebahh!!" gumam Sara. Ia tidak menyangka ketiga temannya itu ternyata adalah pemuja setan laknat yang tega mengorbankan dirinya dan Biyan.

Ia baru sadar mengapa Tias dan Katy memaksanya mengikuti perayaan malam tahun baru di menit-menit terakhir? Itu karena mereka sudah sedari awal punya niat hendak mengorbankan dirinya.

Lalu mengapa Biyan? Teman-teman kampus menilai mereka adalah sahabat, karena Biyan hampir selalu menumpang mobil Budi ketika berangkat maupun pulang kuliah.

Sara merasa sangat cemas, sekaligus merasa bingung dengan semua ini.

Ia menoleh ke arah Biyan dan memanggilnya beberapa kalu. Karena mulutnya dalam keadaan tersumpal, bukan nama Biyan yang keluar dari mulutnya melainkan suara erangan pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun