"Ada, ada dek. Masuk jalan ini, lurus saja. Nanti parkir dekat gazebo ya," jawab pria itu.
Sara menatap pria itu. Ia berpikir pria itu semacam makelar hotel yang biasanya eksis di tempat-tempat wisata.
Tapi secara bersamaan ia juga merasa ada yang tidak beres dengan pria itu. Tapi perasaan aneh itu segera luntur karena ia ingin segera mandi air hangat lalu tidur.
"Oke, makasih Pak," seru Biyan kepada pria itu, yang dibalas pria itu dengan anggukan kepala.
Budi mengarahkan mobilnya memasuki gerbang hotel. Bangunannya tampak di ujung sana, kira-kira 50 meter lagi.
Sara memutar kepalanya untuk melihat pria itu lagi lewat jendela belakang. Aneh, pria itu malah menutup gerbang hotel.
"Mungkin dia security hotel, Sar. Sudahlah nggak usah mikir aneh-aneh. Kamu tadi kan butuh hotel, nah ini hotelnya. Ada kamar kosong pula," kata Katy dengan nada sinis.
Sara diam saja. Ia merasa lega, tapi secara bersamaan juga merasa ada yang mengganggu pikirannya.
Hotel itu ternyata cukup besar dan luas. Bangunan enam lantai itu bergaya klasik dengan sejumlah ornamen moderen. Lampu-lampunya memancarkan cahaya kuning, menambah kesan vintage.
Area parkirannya sudah dipenuhi dengan sejumlah mobil dari luar kota. Budi mengarahkan mobilnya ke spot parkir dekat gazebo.
Sara, Tias dan Katy pun bersiap. Mereka segera merapikan baju dan rambut mereka.