Pemberitahuan itu dipasang sebagai jaminan bahwa setiap transaksi di gerai tersebut tercatat. Atau mungkin pernah terjadi seorang karyawan mengorupsi uang dari satu atau beberapa transaksi yang tidak tercatat di mesin kasir.
Suatu kali saya dan keluarga makan di sebuah booth kuliner di sebuah mal. Setelah kami selesai makan, saya pun menuju kasir. Saya heran, ada mesin kasir tetapi kok petugas kasirnya menghitung dengan kalkulator? Ketika saya meminta struk, baru petugas kasir menggunakan mesin kasir dan memberikan selembar struk kepada saya. Hmm, jadi kerja dua kali.
Saya jadi berpikiran negatif jangan-jangan oknum petugas kasir itu punya niat korupsi. Bila oknum kasir itu memang berniat korupsi, saya senang bisa mencegahnya walaupun sebetulnya struk itu akhirnya saya buang juga.
***
Nah, ternyata perilaku koruptif itu ternyata ada di sekitar kita. Sharing di atas adalah sebagian contohnya. Masih ada banyak contoh lainnya, misalnya korupsi uang arisan, korupsi uang pendaftaran multi level marketing, korupsi pembelian properti, dan sebagainya.
Oleh karena itu kita perlu waspada dengan perilaku ini. Kita juga perlu waspada terhadap diri kita sendiri agar kita tidak berperilaku koruptif di tempat kerja kita atau di lingkungan tempat tinggal kita. Sebisa mungkin kita menghentikan celah korupsi. Karena korupsi itu merugikan, menjadi benalu dalam kehidupan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H