Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

"Open Plan Office", Ruang Kantor Sehat Membuat Staf Lebih Produktif

5 November 2018   12:30 Diperbarui: 13 September 2023   00:35 6451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ruang kerja. (Dok IKEA Business via kompas.com) 

Perusahaan lain yang menerapkan open plan office adalah JPMorgan Chase &Co., Bank of America Corp, Johnson & Johnson dan banyak lagi. David Burkus dalam bukunya "Under New Management" (Boston: Houghton Mifflin Harcourt, 2016, hlm. 151) menyebutkan sebanyak 70 persen kantor-kantor di Amerika Serikat kini menerapkan konsep ruang kerja open plan office

Bagaimana dengan kondisi di Indonesia? Walau belum banyak, kantor berkonsep open plan office mulai tumbuh. Misalnya GameLoft yang bermarkas di Jogjakarta mengadopsi model markas Google ataupun Alphabet yang juga berkonsep open plan office, termasuk kantor Google Indonesia. Kantor Gojek, Tokopedia juga membuat ruang kantor open plan office dengan semangat kolaborasi. Demikian pula dengan kantor Nutrifood Indonesia juga punya ruang kerja seperti ini.

***

Walau penerapan ruang kantor open plan office punya banyak sisi positif, ternyata di sisi lain ada sejumlah ulasan kontradiktif sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Bernstein dan Turban yang berjudul "The impact of the 'open' workspace on human collaboration". Laporan penelitian mereka dipublikasikan dalam jurnal Philosophical Transactions of the Royal Society B edisi 19 Agustus 2018, volume 373, issue 1753.

Hasil penelitian Bernstein dan Turban menemukan bahwa konsep ruang kerja open plan office justru menurunkan tingkat interaksi antar staf. Bagi sebagian staf yang tidak menyetujui konsep bekerja seperti ini akan berupaya mengisolasi dirinya sedapat mungkin (misalnya mengenakan headphone besar atau berlagak sibuk). Anda bisa membaca laporan penelitiannya secara lengkap pada tautan ini.

Dalam Burkus (2016:148-150) pendiri dan pemilik perusahaan periklanan TBWA/Chiat/Day, Jay Chiat pernah menggagas penerapan open plan office di perusahaannya pada tahun 1990an. Ia mengubah kantornya menjadi open plan office dengan menyingkirkan semua dinding-dinding, kubikal, termasuk semua meja kerja dan komputer desktop.

Singkat cerita, walau terdengar bagus, konsep open plan office yang ia terapkan malah menuai sejumlah keluhan. Para staf merasa tidak puas dengan atmosfer baru kantor mereka. Suasana bekerja di kantor menjadi tidak kondusif alih-alih membangun kolaborasi. Beberapa waktu kemudian konsep itu pun buyar. Perusahaan terpaksa mendesain ulang ruang kerja baru. Itu berarti ada pemborosan ekstra hanya untuk menata ulang kantor.

Tetapi lepas dari hal negatif yang muncul, fenomena open plan office ini di Amerika Serikat justru semakin populer. Apa yang terjadi di kantor TBWA/Chiat/Day nampaknya tidak banyak diketahui oleh pihak luar. Justru sejumlah pemimpin perusahaan kelas kakap ingin mengaplikasikan konsep open plan office ini, misalnya Ernst & Young, juga Sprint dan Cisco Systems yang merancang virtual office.

Perkembangan signifikan nampaknya terjadi antara tahun 2000 hingga 2008 ketika terjadi resesi ekonomi. Ruang kerja open plan office dipandang jauh lebih rendah dari sisi investasi dan menjadi opsi menarik bagi sejumlah korporasi.  Tetapi nampaknya tetap saja suara-suara kontra mengiringi.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Jungsoo Kim dan Richard de Dear dari University of Sydney Australia pada tahun 2013 dengan judul "Workspace satisfaction: The privacy-communication trade-off in open-plan offices" sepertinya cukup obyektif dalam memandang fenomena open plan office ini.

Perlu untuk diketahui, Kim dan de Dear melakukan observasi yang cukup masif, yaitu 42.764 sampel dari 303 gedung perkantoran! Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tingkat kepuasan atas ruang kerja tertutup (enclosed private offices) dan ruang kerja terbuka (open plan offices).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun