Entah berapa banyak pasir yang dulu harus diangkut untuk bisa membuat halaman di sekitar kolam renang itu tampak benar- benar seakan pantai betulan seperti itu.
Dolare membelok ke kiri, keluar dari jalan raya. Mulai memasuki jalan kemana nanti Rumah Pantai itu terletak. Jalan itu tak terlalu ramai. Dolare menyetir dengan santai.
Namun tiba- tiba...
Tampak beberapa remaja berlarian sambil berteriak- teriak. Di belakang mereka tampak rombongan remaja lain berlari mengejar. Di tangan mereka ada tongkat dan sabuk dengan kepala besi.
Tawuran.
Jalan mereka terhalang. Jalan itu sempit dan tak mungkin mobil bisa terus melaju saat ada tawuran remaja seperti itu.
Dolare menghentikan mobil sambil menoleh pada Doredo yang duduk di kursi belakang. Doredo segera memahami, mereka harus menghentikan tawuran itu dulu sebelum bisa melanjutkan perjalanan. Atau setidaknya, mereka harus mengupayakan agar para remaja itu tidak tawuran di jalan.
Dilihatnya kedua lelaki yang terborgol. Mereka tampak masih kelenger. Tidak benar- benar pingsan namun jelas tak cukup punya tenaga untuk melakukan apapun selain duduk di dalam mobil seperti itu.
Doredo keluar dari mobil.
"Kunci mobilnya, " katanya pada Dolare yang telah lebih dahulu keluar dari mobil. Dolare mengangguk. Dia menekan tombol remote kunci dan suara berdetakan terdengar. Mobil terkunci.