Mohon tunggu...
Garuda Hitam
Garuda Hitam Mohon Tunggu... profesional -

Garuda Hitam adalah cerita bersambung dengan genre spionase, kombinasi antara Da Vinci Code dengan James Bond, tentang intrik politik dan intelejen tingkat tinggi yang terjadi di tanah air. Kendati beberapa tokoh dan lembaga yang disebut dalam kisah ini benar-benar ada, cerita ini seratus persen fiksi alias khayalan. Kisah ini ditulis secara bergantian oleh Suka Ngeblog, Daun Ilalang dan Hes Hidayat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[14] Unit Khusus Presiden Terpilih

30 Juli 2014   19:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:50 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DI ruang utama Lembaga Intelejen Negara (LIN), Kresna  Dutamangkara berdiri gelisah. Orang nomor satu di LIN yang di agensi rahasia itu biasa disapa dengan sandi Dododo menatap Remido.

"Sudah ada kabar dari Dolare dan Doredo?" Dododo bertanya kepada Remido. Yang ditanya menggeleng.

"Negatif pak. Komunikasi mati. Aku baru saja mencoba penginderaan menggunakan citra satelit melalui Google Eearth. Kelihatannya ada ledakan. Mungkin ledakan mobil..."

"Dear God," desah Dododo. "Bagaimana dengan Sekar?"

"Sekar kini bersama Dosifa. Mereka sedang menuju ke sini..."

Dododo mengangguk. Dia biasanya tak ikut campur secara detil untuk urusan di LIN. Biasanya semua ditangani Dodomi, orang nomor tiga di LIN. Tapi karena Dodomi cuti, kini dia yang harus menangani. Dan kini, dia diperhadapkan dengan kabar yang tidak menyenangkan. Ada ledakan. Ledakan mobil. Dengan dua agennya diperkirakan berada di mobil itu.

Henpon di sakunya bergetar. Wajah Dododo berubah ketika melihat siapa si penelpon.

"Halo?"

"Hai, ini aku. Presiden Terpilih ingin bertemu denganmu setengah jam lagi. Kau ditunggu di Kantor Transisi..."

"Presiden?"

"Presiden Terpilih. Jangan terlambat. Setengah jam lagi..."

Dododo menutup henponnya dan menatap Remido. "Katakan pada Dosifa untuk mengabarkan update terbaru satu jam lagi. Aku pergi...."

***

Gedung yang dijadikan Kantor Transisi oleh Presiden Terpilih nampak ramai. Sejumlah petinggi partai politik pendukung nampak bergerombol. Kresna Dutamangkara alias Dododo juga mengenali sejumlah sosok terkenal seperti mantan petinggi Polri dan ABRI, beberapa pengusaha, pengacara, bahkan artis. Beberapa diantaranya tersenyum dan menganggukkan kepala ke arahnya.

Telepon yang mengabarkan bahwa Presiden Terpilih ingin bertemu membuat Kresna Dutamangkara galau. Kenapa Presiden terpilih ingin bertemu? Apakah karena urusan LIN?

Dia mengenal Presiden Terpilih, tentu saja, sekalipun tidak akrab. Terakhir kali mereka bertemu bulan Januari ketika Kresna menjadi pembicara pada acara yang diikuti para kepala daerah se-Indonesia. Saat itu, Kresna bersama kepala BIN memaparkan perkiraan kondisi keamanan menjelang pilpres. Saat itu mereka sempat bersalaman.

Namun setelah itu, tak ada pertemuan. Menjelang dan selama proses pilpres, Kresna memang sengaja menjaga jarak dengan kedua kandidat.

Seorang perempuan berambut pendek yang mengenakan batik berwarna kemerahan menyambut Kresna.

"Kau terlambat empat menit," ujar perempuan itu.

"Maaf, macet," balas Kresna. "Ada urusan apa Sel? Kenapa Presiden Terpilih ingin bertemu denganku?"

Perempuan yang disapanya dengan Sel itu sejenak nampak bimbang. "Emm. Aku tak punya kapasitas untuk menjelaskan hal itu. Aku hanya ditugaskan untuk menghubungimu. Beliau sudah menunggumu di  ruangannya."

***

Presiden Terpilih nampak sedang berbincang dengan seorang lelaki dan perempuan ketika Kresna Dutamangkara memasuki ruangan. Sang Presiden Terpilih yang mengenakan busana berwarna putih itu tertawa ramah.

"Ah, yang ditunggu datang juga. Selamat bertemu, pak Kresna," ujar Sang Presiden Terpilih sambil menjabat tangan Kresna.

"Pak Kresna tentu sudah mengenal Mister XY ini kan?" Presiden Terpilih berujar sambil menunjuk ke seorang lelaki yang mengenakan jas lengkap.

Kresna menyalami lelaki yang disapa 'Mister XY' oleh Presiden terpilih. Gosip menyebut kalau sosok Mister XY ini merupakan kandidat kuat untuk posisi Menteri Pertahanan atau Menko Polkam.

"Dan ini Kolonel Pratiwi Langengwangi. Dan yang itu mbak Diandra dan mas Alex Chen," tambah Presiden Terpilih. "Karena pak Kresna sudah tiba, kita mulaikan saja pertemuan kita..."

Dengan hati-hati Kresna duduk. Mereka mengitari sebuah meja berbentuk oval. Presiden terpilih duduk dengan santai.

"Bagaimana kabarnya pak Kresna? Keluarga baik?"

"Alhamdulilah baik, pak," jawabnya. "Keluarga baik, LIN juga baik..."

Presiden terpilih tertawa. "Untuk saat ini kita tak akan membahas soal LIN. LIN akan tetap jalan, tentu saja. Kita akan membahas hal lain." Dia berhenti sejenak sambil mengatupkan jemari tangannya.

"Emm... Pak Kresna apa pernah membaca tentang komik Pahlawan Super Indonesia, seperti Godam, Gundala, Aquanus?" Presiden terpilih bertanya pelan.

Kresna Dutamangkara menatap Presiden Terpilih dengan bingung, mencoba mencerna pertanyaan yang diajukan. Pahlawan Super?

"A... aku tak punya waktu baca komik, terutama komik Pahlawan Super tentang Godam atau Gundala. Tapi aku pernah bertemu mereka..."

Kresna dapat merasakan nuansa keterkejutan di ruangan itu.

"Kau pernah bertemu mereka? Bertemu dengan Godam, Gundala dan lainnya?"

Kresna mengangguk. "Beberapa kali, malah. Beberapa agen di LIN juga pernah bertemu mereka. Tentu, kami bertemu dengan mereka dalam rupa manusia biasa, sebagai mas Awang, mas Sancaka, tanpa kostum. Sekalipun  sudah pensiun, namun umumnya mereka tak keberatan jika kami meminta masukan, terutama jika kami menghadapi kasus pelik yang sukar dipecahkan dengan teknologi..."

Kresna menarik nafas, dan melanjutkan," Jika bapak ingin bertemu, aku bisa..."

Namun Presiden terpilih menggeleng. "Untuk kali ini tidak. Jika sudah pensiun, kita harus menghormati keputusan mereka. Yang ingin aku bicarakan itu ada kaitannya dengan pahlawan super..." Dia berhenti untuk melihat reaksi Kresna, dan melanjutkan. "Aku berencana mendirikan sebuah unit yang anggotanya adalah manusia Indonesia yang punya kemampuan khusus. Kemampuan unik, atau kemampuan super, menurut istilah di komik. Unit ini nantinya akan menangani kejahatan yang sukar diselesaikan oleh petugas hukum konvensional. Bagaimana pendapatmu?"

Kresna Dutamangkara mengerutkan keningnya. Jadi ini sebabnya dia diminta menemui Presiden Terpilih. Sang Presiden Terpilih ingin minta pendapatnya.

"Mmm... Aku pikir ide membuat unit khusus yang anggotanya memiliki kemampuan khusus dan istimewa itu sangat brilian. Namun, mungkin sebaiknya unit atau lembaga itu dirahasiakan. Jika diketahui publik, efektivitas lembaga itu akan berkurang. Para anggotanya bisa menjadi selebriti dan setiap hari bisa muncul di infotein tv, termasuk di media sosial, blog, bahkan Kompasiana. Juga, para pahlawan super yang aku kenal itu sangat mementingkan privasi. Mereka tak ingin identitasnya terungkap karena bisa membahayakan keluarga dan orang terdekat..."

Presiden Terpilih mengangguk.

"Sekalipun bakal diisi oleh mereka yang punya kemampuan khusus, sebaiknya unit itu dilengkapi dengan teknologi terkini yang canggih. Teknokogi akan memudahkan berbagai upaya memberantas kejahatan. Tapi teknologi canggih itu tidak murah. Dan karena unit ini akan dirahasiakan, maka pendanaannya harus diatur dengan bijak. Jika menggunakan APBN, harus disiasati dengan cermat supaya tidak akan dianggap sebagai penyimpangan oleh KPK..."

"Unit itu tak akan menggunakan dana APBN. Dananya sudah ada dan bukan dari APBN," kata Presiden Terpilih.

"Dan satu hal lagi," kata Kresna. "Kita akan berurusan dengan mereka yang punya kemampuan spesial. Dengan manusia super. Tentu, itu harus diatur dengan seksama. Berdasarkan pengalamanku bergaul dengan para legenda superhero, rata-rata dari mereka susah diatur. Mereka cinta pada Indonesia namun umumnya enggan diatur oleh negara. Jadi proses rekrutmen harus dilakukan dengan sangat hati-hati..."

Presiden terpilih kembali mengangguk. "Unit itu nantinya akan dipimpin oleh Kolonel Pratiwi. Dan pak Kresna bersama Mr XY akan duduk sebagai penasehat. Mbak Pratiwi nanti melapor langsung kepada saya. Untuk proses rekrutmen, mungkin akan dijelaskan sendiri oleh mbak Pratiwi. Silakan mbak..."

Kolonel Pratiwi Langengwangi tersenyum sedikit tersipu. "Ada dua pendekatan rekrutmen yang kami siapkan. Pertama, kami mengajak mereka untuk menjadi anggota tetap di unit itu. Jadi mereka akan digaji. Sebagai anggota tetap mereka akan bekerja full time. Pendekatan kedua, mereka akan menjadi anggota tidak tetap. Part time. Mereka hanya akan diminta jika memang dibutuhkan..."

"Saat ini sudah beberapa yang menyatakan bersedia bergabung. Sebagian lagi baru akan dihubungi," tambah Presiden terpilih. "Karena unit ini belum beroperasi, kami meminta bantuan dari LIN untuk melacak alamat beberapa nama yang akan diundang untuk bergabung..."

Kresna mengangguk. Dia lalu menatap Diandra dan Alex Chen yang sejak tadi berdiam diri. "Jika aku tak salah, kedua adik ini merupakan anggota unit?"

Diandra dan Alex Chen sedikit terperanjat. Mereka menatap Presiden Terpilih, seperti meminta persetujuan.

"Hahaha... Pak Kresna sungguh bermata tajam," kata Presiden Terpilih, "Benar. Mbak Diandra dan mas Alex merupakan dua anggota yang sudah menyatakan bergabung. Mbak Diandra mungkin bisa memperlihatkan seperti apa kemampuan mbak kepada pak Kresna."

Diandra tersenyum, agak jengah dan menatap Kresna.

"Maafkan aku, pak..." Dia menggerakkan kedua tangannya perlahan ke atas.

Kresna merasa kursi yang didudukinya bergoyang. Dan... perlahan kursinya bergerak. Ke atas. Hingga sekitar tiga meter di atas permukaan lantai.

Diandra kemudian menggerakkan kedua tangannya memutar. Secara perlahan, kursi yang diduduki Kresna bergerak berputar, tentu bersama Kresna yang duduk di atasnya.

Diandra kemudian menurunkan kedua tangannya, dan perlahan kursi yang diduduki Kresna turun hingga ke lantai.

"Wow, keren. Anda punya kemampuan menggerakkan benda?"

Diandra mengangguk. "Aku bisa menggerakkan semua benda padat tanpa menyentuh, dalam radius lima meter..."

Kresna kemudian menatap Alex Chen. "Dan Anda? Apa kemampuan Anda?"

"Mas Alex punya kemampuan unik, yakni mampu mendengar dan mengetahui apapun yang dipikirkan orang lain..."

Alex Chen tersipu. "Itu bukan apa-apa. Lagipula kemampuan seperti itu tak menyenangkan, karena aku seperti berada di dalam pasar setiap hari..."

Kresna menatap Alex Chen. Bisa mendengar apa yang dipikirkan orang lain? Apakah artinya pemuda ini bisa mengetahui apa yang dia pikirkan ketika memasuki ruangan ini?"

"Aku memang bisa mendengar dengan jelas apa yang pak Kresna pikirkan ketika memasuki ruangan ini," ujar Alex tiba-tiba.

Kresna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Wah bahaya. Bahayaaa... hahaha..."

"Pak Kresna, ini nama-nama beberapa figur yang ingin kami undang. Jika tak keberaan, mohon LIN membantu melacak di mana alamat mereka," ujar Pratiwi. Dia mengulurkan tangannya. Jarak antara dia dan Kresna sekitar empat meter. Lengan yang mengulurkan tangan terus memanjang dan memanjang, hingga mencapai Kresna.

"Waduh. Anda juga?" Kresna tertawa sambil mengambil kertas dari lengan Pratiwi yang memanjang. Segera, tangan itu kembali ke ukuran normal.

"Aku pikir, untuk memimpin unit yang bakal diisi oleh mereka yang punya kemampuan istimewa, harus seseorang yang juga punya kemampuan istimewa. Bukan begitu?" ujar Presiden Terpilih. Dia kemudian menatap jam tangannya. "Untuk selanjutnya, mbak Pratiwi yang akan memimpin secara langsung, dan mohon pak Kresna memberikan dukungan maksimal. Aku pikir pertemuan kita sampai di sini dulu.Aku ada pertemuan dengan  Wakil Presiden Terpilih untuk membahas soal kabinet..."

Dia kemudian berdiri, diikuti oleh Mr XY, Pratiwi, Diandra, Alex Chen dan Kresna.

"Oh satu hal lagi," ujar Presiden Terpilih sambil mendekati Kresna. "Aku rasa pak Kresna sudah tahu namun aku harus mengingatkan. Pertemuan ini tak pernah terjadi. Percakapan ini tak pernah terjadi..."

Kresna Dutamangkara mengangkat bahunya. Wajahnya nampak bingung. "Pertemuan apa? Pembicaraan apa? Aku tak mengerti."

Presiden Terpilih tertawa. "Bagus.... Bagus..." (bersambung)

catatan

- Bagaimana sepak terjang para pahlawan super generasi baru yang tergabung dalam unit yang dibentuk Presiden Terpilih, akan diceritakan tersendiri pada akun terpisah di Kompasiana. Anda bisa mengikuti petualangan seru mereka pada akun Bajra Superhero

- Kisah tentang pahlawan super Indonesia generasi baru itu seperti biasa akan digarap penghuni Rumah Kayu plus mbak Hes Hidayat

- Presiden Terpilih dalam kisah ini merupakan versi dalam "Rumah Kayu Universe" yang bisa saja berbeda dengan Presiden Terpilih yang Anda kenal di dunia nyata, hehehehe

- Karena dibuat oleh penulis yang sama, sekalipun genrenya berbeda namun ada kemungkinan (kecil) bakal terjadi "crossover" antara kisah Garuda Hitam dengan Bajra Superhero

salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun