Diandra mengangguk. "Aku bisa menggerakkan semua benda padat tanpa menyentuh, dalam radius lima meter..."
Kresna kemudian menatap Alex Chen. "Dan Anda? Apa kemampuan Anda?"
"Mas Alex punya kemampuan unik, yakni mampu mendengar dan mengetahui apapun yang dipikirkan orang lain..."
Alex Chen tersipu. "Itu bukan apa-apa. Lagipula kemampuan seperti itu tak menyenangkan, karena aku seperti berada di dalam pasar setiap hari..."
Kresna menatap Alex Chen. Bisa mendengar apa yang dipikirkan orang lain? Apakah artinya pemuda ini bisa mengetahui apa yang dia pikirkan ketika memasuki ruangan ini?"
"Aku memang bisa mendengar dengan jelas apa yang pak Kresna pikirkan ketika memasuki ruangan ini," ujar Alex tiba-tiba.
Kresna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Wah bahaya. Bahayaaa... hahaha..."
"Pak Kresna, ini nama-nama beberapa figur yang ingin kami undang. Jika tak keberaan, mohon LIN membantu melacak di mana alamat mereka," ujar Pratiwi. Dia mengulurkan tangannya. Jarak antara dia dan Kresna sekitar empat meter. Lengan yang mengulurkan tangan terus memanjang dan memanjang, hingga mencapai Kresna.
"Waduh. Anda juga?" Kresna tertawa sambil mengambil kertas dari lengan Pratiwi yang memanjang. Segera, tangan itu kembali ke ukuran normal.
"Aku pikir, untuk memimpin unit yang bakal diisi oleh mereka yang punya kemampuan istimewa, harus seseorang yang juga punya kemampuan istimewa. Bukan begitu?" ujar Presiden Terpilih. Dia kemudian menatap jam tangannya. "Untuk selanjutnya, mbak Pratiwi yang akan memimpin secara langsung, dan mohon pak Kresna memberikan dukungan maksimal. Aku pikir pertemuan kita sampai di sini dulu.Aku ada pertemuan dengan Wakil Presiden Terpilih untuk membahas soal kabinet..."
Dia kemudian berdiri, diikuti oleh Mr XY, Pratiwi, Diandra, Alex Chen dan Kresna.