Mohon tunggu...
Garin Nanda
Garin Nanda Mohon Tunggu... Freelancer - @garinnanda_

Mengemas sebuah cerita jadi lebih bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menelusuri Jejak Kartel yang Mengatur Sepak Bola Kolombia

5 Mei 2023   08:32 Diperbarui: 5 Mei 2023   08:37 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: SB Nation

Kolombia bisa dibilang sebagai salah satu kekuatan terbaik sepakbola dari Selatan Amerika. Saat ini saja, terdapat banyak pemain Kolombia yang sukses menembus panggung Eropa. Carlos Bacca, Juan Cuadrado, sampai James Rodriguez, menjadi sekelumit nama yang harumkan nama Kolombia di mata dunia lewat sepakbola.

Akan tetapi harus diakui bila seiring dengan prestasi yang mereka dapat, tersimpan memori kelam yang banyak ciptakan tragedi besar. Sepakbola Kolombia dikuasai oleh kartel Narkoba hingga membuat kebahagiaan seringkali bercampur dengan teror mengerikan.

Bisnis kokain di Kolombia memang disebut sebagai yang paling menjanjikan hingga banyak sekali orang yang terjun kesana.

Kolombia Sebagai Sarang Kartel Narkoba

Melansir dari situs tirto id, sebelum kokain menyebar luas ke dataran Kolombia, negara tersebut lebih dulu mengenal ganja. Black Tuna, geng Kolombia yang berbasis di Miami menjadi pemain utama dari komoditas ini di awal 1970-an. Mereka diketahui bisa mengirim sekitar 500 ton ganja ke Amerika. 

Di era tersebut, Black Tuna dibilang sebagai kelompok yang sudah sangat canggih. Peralatan yang digunakan untuk menjalankan bisnis haram tersebut sampai mampu menyadap obrolan polisi dan Bea Cukai.

Beruntung, FBI berhasil membubarkan kelompok tersebut.

Namun bukannya aman, redupnya bisnis ganja karena ketiadaan geng Black Tuna justru bergeser ke kokain. Produksi kokain yang semula berpusat di Chile, kemudian munculkan nama Kolombia yang memberi pasokan ke Amerika Serikat. Pemerintah Chile yang kemudian berhasil meredam bisnis ini membuat Kolombia jadi negara utama pemasok kokain.

Tokoh utamanya adalah Pablo Escobar, yang berbasis di Medellin. Laporan menyebut bila kartel Medellin menguasai sekitar 80% pasar kokain yang tersebar di seluruh dunia, dengan nama Amerika jadi yang paling banyak menerima. Negeri Paman Sam diketahui menerima sekitar 15 ton kokain setiap harinya. 

Keuntungan yang diraup mencapai 22 miliar dolar Amerika hingga membuat kartel tersebut harus membelanjakan 1000 dolar Amerika per minggu, hanya untuk membeli karet gelang guna mengikat tumpukan uang yang dikumpulkan.

Kekayaan Pablo Escobar yang merupakan tokoh utama dari bisnis tersebut diketahui mencapai 50 miliar dolar Amerika, dimana nilai itu menjadikannya sebagai penjahat paling kaya sepanjang sejarah.

Peran Escobar Sebagai Juru Selamat yang Mengatur Sepak Bola

Dengan kekayaan yang begitu menggelegar, Escobar bisa dibilang telah menguasai Kolombia bahkan merangkul dunia. Meski benar bahwa Escobar adalah penyebab banyaknya perang mengerikan di negara tersebut, dia secara bersamaan juga dianggap sebagai orang suci oleh sebagian orang, terutama yang memiliki ekonomi sulit.

Escobar, dalam menjalankan bisnisnya merangkul masyarakat bawah dengan memberi banyak uang, membangunkan rumah, dan membiayai fasilitas yang bisa digunakan oleh banyak orang. Dari uangnya yang tak pernah ada habisnya itu pula, Escobar yang memang punya kecintaan murni terhadap sepakbola tak ragu untuk menyalurkan dana ke sektor tersebut.

Dia yang memang sudah akrab dengan masyarakat miskin tak lupa membuatkan lapangan sepakbola dan fasilitas olahraga lainnya untuk anak-anak dan pemuda yang berbakat mengolah si kulit bundar. Dari situ, dia mendapat banyak simpati hingga sosoknya mulai populer di kalangan masyarakat.

Seorang penjual jalanan di Medellin bahkan sempat mengatakan bila stiker Escobar masih lebih laku dari gambar Yesus. Bendera yang bercorak siluet wajahnya juga banyak berkibar di depan perkampungan-perkampungan Kolombia.

Sosok Pablo Escobar yang lagi-lagi dianggap sangat berpengaruh, turut memajukan sepakbola Kolombia. Dia yang sangat mencintai olahraga ini sampai membeli klub profesional, Atletico Nacional Medellin untuk dijadikan sebagai raksasa Kolombia hingga Amerika.

Saingan terberat Atletico Nacional dibawah Escobar ketika itu adalah klub America de Cali, yang dipimpin oleh rival kartel Escobar bernama Miguel Rodriguez Orejuela. Nantinya, akan ada tragedi yang cukup mengerikan dari perseteruan dua sosok legendaris ini.

Melalui tangan dingin Escobar, Atletico Nacional berhasil menjadi tim asal Kolombia pertama yang memenangkan gelar Copa Libertadores pada 1989. Selain itu, klub yang berada di balik kemudi Escobar itu juga mampu merengkuh trofi Copa Interamericana dan menjadi runner up di Piala Interkontinental pada tahun yang sama. Dua tahun berselang, Atletico Nacional dijadikannya sebagai tim yang meraih gelar liga kelima, dan yang pertama dalam kurun waktu sepuluh tahun lamanya.

Ketika menyaksikan Atletico Nacional meraih gelar Copa Libertadores untuk pertama kalinya, Escobar tampak kegirangan. Dia menunjukkan mimik muka yang tak biasa dengan terus melompat bahagia.

"Pablo melompat dan berteriak setiap ada gol tercipta,"

"Aku tidak pernah melihatnya gembira. Biasanya, dia diam seperti es batu," kata Jhon Jairo Velasquez Vasquez, alias Popeye, yang merupakan tangan kanan Escobar dengan kasus lebih dari 200 pembunuhan untuk kartel.

Di Atltico Nacional, Escobar membawahi sejumlah nama populer seperti kiper berbakat Rene Higuita, bek sensasional Andres Escobar, Luis Fernandez, Leonel Alvarez, Ricardo Perez, serta Alexis Garcia di lini tengah, dan tak ketinggalan pula nama John Jairo Trellez yang tajam di depan gawang bersama dengan Niver Arboleda Diaz.

Cara Escobar untuk menjadikan Atletico Nacional sebagai tim paling kuat adalah dengan membiayai seluruh fasilitas dan kebutuhan klub, serta membayar mahal pelatih serta para pemain. Dia juga menyuntikkan dana khusus agar para pemain tidak hengkang ke luar Kolombia.

Berkat suntikan dana yang terus mengalir dari Pablo Escobar itu pula, timnas Kolombia turut menikmati hasilnya. Delapan dari sebelas pemain yang tampil di timnas Kolombia adalah penggawa Atletico Nacional. Dengan komposisi pemain yang solid, Kolombia berhasil lolos ke gelaran Piala Dunia 1990, dimana itu jadi yang pertama sejak 28 tahun sebelumnya.

Pelatih timnas Kolombia, Francisco Maturana, mengakui bahwa bantuan dari bandar narkoba telah berhasil mengangkat persepakbolaan disana. Prestasi itu kemudian berulang dalam keikutsertaan Kolombia di dua edisi Piala Dunia berikutnya.

Dalam proses perayaan Escobar sebagai sosok paling populer di Kolombia, tiba-tiba dia diusik oleh campur tangan pemerintah Amerika Serikat. Dia merasa terancam hingga munculkan surat perjanjian dimana Escobar harus ditahan di penjara. Escobar menerima hal itu namun dengan syarat dia lah yang membangun penjaranya sendiri.

Dengan dana yang sangat besar, Escobar membangun surga dengan kedok penjara. Bahkan dalam masa-masa nya di tahanan, dia tetap bisa mengatur bisnis narkoba dan juga menciptakan pertunjukkan paling bersejarah.

Escobar mengundang Maradona ke penjaranya untuk melakoni pertandingan persahabatan. Dia juga memberi pemegang gol tangan Tuhan itu wanita-wanita cantik hingga uang yang disebut bernilai sangat besar.

"Kami mengadakan pertandingan dan semua orang menikmatinya. Malam harinya, kami mengadakan pesta bersama gadis-gadis terbaik yang pernah aku lihat dalam hidup,"

"Itu terjadi di penjara! Aku tidak mempercayainya. Kemudian, ketika pagi, dia (Escobar) membayar ku dan mengucapkan selamat tinggal." ucap Maradona.

Tragedi yang Muncul Akibat Peran Kartel Narkoba

Meski harus diakui bila uang hasil bisnis narkoba telah banyak membantu persepakbolaan Kolombia, dari situ pula terdapat banyak praktik kecurangan. Sepakbola dirundung pengaturan skor hingga pertandingan-pertandingan yang dikuasai oleh bandar judi.

Buah dari praktek tersebut, sepakbola Kolombia mencatat momen kelam ketika seorang wasit ditemukan tewas usai memimpin jalannya sebuah pertandingan. Setelah ditelusuri, wasit bernama Alvaro Ortega baru saja memimpin laga antara klub kedua milik Escobar, Deportivo Independiente Medelln, melawan America de Cali milik rival Escobar, Miguel Rodrguez Orejuela. Pertandingan yang memunculkan nama America de Cali sebagai pemenang itu membuat Escobar geram.

Pasalnya, wasit diketahui telah merampok pertandingan dengan mengeluarkan keputusan-keputusan yang merugikan pihak Deportivo Independiente Medelln. Usut punya usut, wasit Alvaro Ortega diketahui telah disuap oleh Miguel Rodriguez untuk mengatur pertandingan.

Dari situlah, Escobar meminta anak buahnya untuk mencari kediaman Ortega dan menghabisi nyawa nya.

Dalam perjalanannya memimpin bisnis narkoba, Escobar akhirnya ditembak mati oleh polisi yang mengejarnya. Dia tewas dengan sepatu bola masih melekat di kakinya.

Setelah kematian Escobar pada 1993, bisnis narkoba Kolombia mulai kacau. Dari situ pula, praktek kotor dalam sepakbola mulai munculkan hal-hal yang sulit dikendalikan.

Pada Piala Dunia 1994, Chonto Herrera ditemukan tewas dalam sebuah kecelakaan mobil. Kemudian, ada nama Barrabas Gomez yang memilih untuk meninggalkan timnas karena terus mendapat ancaman untuk tidak bermain.

Puncak dari tragedi sepakbola yang dikendalikan oleh para mafia narkoba, pemain berbakat binaan Pablo Escobar yang bernama Andres Escobar, tewas setelah diberondong 12 peluru pistol kaliber 38mm di sebuah klub malam di Kolombia pada 2 Juli 1994. Andres Escobar ditembak karena baru saja melakukan gol bunuh diri di laga melawan Amerika, dimana hal tersebut membuat bandar judi bola mengalami kerugian yang sangat besar.

Diceritakan dalam proses penembakan ke tubuh Escobar, sang pelaku menyeru aksen gol-gol-gol khas komentator pertandingan.

Tewasnya Andres Escobar menjadi duka mendalam bagi seluruh penggemar, karena dia disebut sebagai salah satu pemain bintang masa depan yang bakal gabung dengan AC Milan usai gelaran Piala Dunia.

Kolombia Alami Keterpurukan dan Bangkit di Tahun 2014

Setelah tragedi Andres Escobar, seluruh pemain sepakbola Kolombia dilanda ketakutan luar biasa. Mereka tak bisa membayangkan bila aksi yang dilakukan bisa mengancam nyawa. Banyak sekali pemain yang menolak bermain untuk timnas.

Imbasnya, prestasi sepakbola Kolombia mengalami penurunan signifikan. Mereka yang sempat bertengger di peringkat empat dunia merosot hingga ke tangga 34. Penurunan itu terjadi hanya dalam kurun waktu tiga tahun saja.

Sejak terakhir kali berpartisipasi di ajang Piala Dunia 1998, Kolombia harus absen selama kurang lebih 16 tahun. Barulah pada gelaran akbar yang memunculkan nama Brasil sebagai tuan rumahnya, timnas Kolombia kembali ikut serta.

Lebih hebatnya lagi, pemain mereka, James Rodriguez, muncul sebagai nama dengan status pencetak gol terbanyak turnamen.

Kembali berpartisipasi di gelaran Piala Dunia 2018, Kolombia harus rela absen pada gelaran 2022 kemarin.

Kejahatan narkoba di Kolombia memang menempatkan negara tersebut di banyak kekacauan. Akan tetapi, harus diakui pula bila dalam prosesnya, kartel narkoba telah membuat Kolombia jadi ancaman di peta persaingan sepakbola dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun