Mohon tunggu...
Garin Nanda
Garin Nanda Mohon Tunggu... Freelancer - @garinnanda_

Mengemas sebuah cerita jadi lebih bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengenang UCL 2003, Ketika Dua Raksasa Italia Beradu di Partai Final

26 Maret 2022   08:59 Diperbarui: 26 Maret 2022   09:03 2837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rui Costa dan Ale De Piero. Sumber Gambar: Pinterest

Tepat di tahun 2003, Milan berhasil menggondol gelar Eropa keenam setelah di partai final, mereka sukses menumbangkan perlawanan Juventus melalui pertarungan yang menghabiskan waktu lebih lama dari biasanya.Di kompetisi Liga Champions Eropa edisi tersebut, ada banyak sekali drama yang tercipta. Mulai dari pertarungan para raksasa, hingga penyesalan mendalam yang dialami pahlawan Si Nyonya Tua Pavel Nedved.

Perjalanan Panjang Dua Finalis

Milan, yang meski keluar sebagai juara, harus memulai turnamen dari babak kualifikasi. Tempat keempat yang didapat di kompetisi Serie A pada musim sebelumnya tak membuat mereka langsung lolos ke putaran final. Mereka yang ketika itu diasuh oleh Carlo Ancelotti bahkan nyaris gagal melaju ke babak selanjutnya.

Bertanding melawan Slovan Liberec, Milan memang mampu meraih kemenangan satu nol lewat gol Filippo Inzaghi di leg pertama. Akan tetapi di pertandingan kedua, mereka harus menanggung malu usai kalah dengan skor 1-2. Beruntung, peraturan gol tandang membuat mereka lolos ke babak selanjutnya.

Di babak grup pertama, Milan bertemu dengan tim kuat seperti Deportivo La Coruna, Lens, hingga Bayern. Beruntung, mereka berhasil mengungguli seluruh lawannya, termasuk menempatkan Bayern di posisi terbawah klasemen.

Berlanjut ke babak grup kedua, kali ini Milan harus berhadapan dengan Real Madrid, Borussia Dortmund, hingga Lokomotiv Moscow. Namun lagi-lagi hal itu tidak menjadi masalah. Mereka mampu menumpas segala perlawanan untuk bisa duduk di tangga teratas.

Sebelum berlanjut ke babak gugur, ada baiknya kita melihat perjalanan Juventus terlebih dahulu sebagai pesaing Milan di partai final. Dalam hal ini, Si Nyonya Tua yang menjadi kampiun Serie A tahun 2002 otomatis lolos ke babak grup pertama. Tidak ada kualifikasi apalagi harus melakoni pertandingan yang membuat mereka lebih banyak membuang energi.

Di babak grup pertama, Juventus duduk di grup E bersama Newcastle United, Dynamo Kyiv dan Feyenoord. Dari segi kualitas, sudah terlihat bila Juve akan mudah melewati itu semua. Benar saja, dengan modal 6 pertandingan, Juventus berhasil mengantongi sebanyak 13 poin untuk bisa duduk di tangga teratas klasemen.

Kemudian berlanjut ke babak grup kedua, Juventus harus duduk di grup D bersama Manchester United, FC Basel, dan Deportivo La Coruna. Di babak ini, Si Nyonya Tua sedikit kesulitan menghadapi para lawan. Mereka tercatat kalah tiga kali dan memiliki poin yang sama dengan FC Basel dan Deportivo La Coruna.

Beruntung, torehan 11 gol yang mereka catat membuat tempat kedua berhasil didapat.

Fase Gugur Penuh Drama

Berlanjut ke babak gugur, turnamen edisi kali ini menimbulkan cukup banyak drama. Pertandingan-pertandingan besar banyak tersaji hingga membuat sang juara sulit diprediksi.

Di babak perempat final, Real Madrid harus bertemu dengan Manchester United, kemudian ada Ajax Amsterdam yang harus berhadapan dengan AC Milan. Inter sebagai salah satu perwakilan terkuat Italia juga harus bertemu dengan Valencia asuhan Rafael Benitez. Lalu di pertandingan terakhir, ada Juventus yang bertemu dengan raksasa Spanyol FC Barcelona.

Dari pertandingan yang tersaji, sudah jelas bahwa ketika itu akan muncul banyak sekali cerita di akhir pertandingan.

Benar saja, pertandingan pertama yang mempertemukan el Real dan Manchester United, mampu dimenangkan Real Madrid dengan skor 3-1, untuk kemudian dibalas dengan kemenangan 4-3 di Old Trafford. Sayangnya, hasil itu tak cukup membuat anak asuh Sir Alex Ferguson melaju ke babak selanjutnya, setelah kalah agregat 6-5 dari Los Blancos.

Pertemuan antara dua tim besar tersebut membuat Old Trafford tak akan pernah lupa akan aksi gila Ronaldo Nazario Luiz da Lima, ketika berhasil menggetarkan jala Setan Merah sebanyak tiga kali di depan pendukung sendiri!

Berlanjut ke pertandingan selanjutnya yang mempertemukan Milan melawan Ajax, dua tim tampil tanpa gol di leg pertama ketika Amsterdam ditunjuk sebagai tuan rumah. Akan tetapi di pertandingan kedua, Milan masih terlalu kuat untuk dikalahkan. Melalui gol Inzaghi, Andriy Shevchenko, dan Jon Dahl Tomasson, Iblis Merah asal Italia berhasil menang dengan skor 3-2.

Sementara itu, saudara tiri AC Milan, yakni Inter Milan besutan Hector Cuper harus menang melalui kemenangan gol tandang melawan Valencia, setelah pada leg pertama berhasil menang dengan skor 1-0 namun di pertandingan kedua kalah 2-1 di Mestalla.

Satu lagi pertandingan yang akan selalu diingat adalah ketika Juventus harus menangani perlawanan FC Barcelona sampai ke babak perpanjangan waktu.

Melawan skuad besutan Radomir Antic, Juventus racikan Marcello Lippi dihadapkan dengan jalan terjal. Mereka ketika itu cuma bisa meraih hasil imbang 1-1 di kandang sendiri pada leg pertama.

Bertandang ke Camp Nou, Juve mengusung misi kemenangan. Namun sekali lagi hal itu tidaklah mudah. Usai Pavel Nedved berhasil mencetak gol pada menit ke 53, Xavi Hernandez mampu membalasnya pada menit ke 66. Setelah tidak ada lagi gol tercipta, pertandingan pun harus dilanjutkan ke babak tambahan.

Beruntung bagi Juve, melalui gol Marcelo Zalayeta mereka akhirnya menempatkan dua kaki di babak semifinal.

Babak semifinal sendiri juga turut melahirkan pertandingan-pertandingan tak terlupakan. Juventus, setelah berhadapan dengan FC Barcelona, harus menerima kenyataan kalau lawan mereka selanjutnya adalah Real Madrid. Pada pertandingan pertama, mereka harus mengakui keunggulan Los Galacticos dengan skor 2-1.

Ketika itu, andalan el Real di lini serang, Ronaldo, berhasil membuka keunggulan di menit 23. David Trezeguet memang mampu menyamakan kedudukan di menit 45, namun kemudian Madrid sukses memetik kemenangan lewat gol Roberto Carlos di menit 73. Hasil itu jelas membuat kepercayaan diri tim ibukota meningkat.

Mujurnya, di leg kedua, misi balas dendam berhasil dituntaskan setelah pertandingan berakhir dengan skor 1-3 untuk kemenangan tim asal Italia. Pahlawan mereka, Trezeguet, Alessandro Del Piero, dan Pavel Nedved menjadi nama yang laik mendapat tepukan lebih meriah.

Kemenangan atas sang pemegang gelar Eropa terbanyak itu benar-benar menunjukkan superioritas Si Nyonya Tua di kancah Eropa.

Namun yang perlu dicatat, Juventus harus membayar mahal kelolosan mereka ke partai final usai Pavel Nedved mendapat kartu kuning, sehingga membuatnya tak bisa tampil di partai final karena akumulasi kartu.

Di sisi lain, AC Milan yang berhadapan dengan tim saudara sama-sama harus melewati pertandingan yang tidak mudah. Laga bertajuk Derby della Madonnina saat itu nilainya melebihi pertandingan derby sebelumnya, setelah pertaruhannya adalah lolos ke partai final Liga Champions Eropa.

Di laga pertama, ketika Milan bertindak sebagai tuan rumah, kedua tim tak mampu mencetak gol hingga akhir laga. Inter Milan sulit menembus rapatnya barisan lawan yang dihuni oleh Alessandro Nesta dan kapten Paolo Maldini, meski saat itu mereka menempatkan nama Hernan Crespo dan Recoba sebagai penggedor di lini depan.

Di sisi yang berbeda, lini serang Milan juga gagal menembus perangkap offside yang diterapkan Fabio Cannavaro dan Marco Materazzi.

Kemudian, di leg kedua yang kemudian disebut sebagai duel penentuan, kedua tim sama-sama tampil ngotot. Dihujani lima kartu kuning, Milan berhasil mengambil kendali permainan setelah Andriy Shevchenko mampu membuka keunggulan di penghujung babak pertama. Namun Inter tak tinggal diam, barisan pertahanan Milan yang kehilangan konsentrasi berhasil dimanfaatkan oleh Obafemi Martins untuk mencetak gol di menit ke 83.

Hingga peluit panjang dibunyikan tidak ada gol lagi yang tercipta. Praktis, Milan keluar sebagai pemenang melalui agresivitas gol tandang.

Final Old Trafford

Sampailah ke laga final ketika dua tim kuat asal Italia, Juventus dan AC Milan bertemu. Banyak yang mengatakan bila final ini menjadi salah satu yang paling membosankan dalam sejarah. Pasalnya, selama 120 menit lamanya tidak ada gol yang tercipta.

Namun pada kenyataannya, bagi sebagian orang, pertandingan final Liga Champions pada tahun 2003 tidaklah seburuk itu.

Buffon yang tampil di bawah mistar Juventus berhasil menunjukkan performa brilian sepanjang laga. Salah satu penyelamatan terbaiknya adalah ketika berhasil menepis tandukan Filippo Inzaghi, dimana banyak yang mengira bola akan masuk ke dalam gawang.

Di sisi seberang, Alessandro Nesta berhasil menunjukkan reputasinya sebagai salah satu tembok terbaik di dunia. Berulang kali David Trezeguet dan Del Piero menggempur pertahanan Milan, eks kapten Lazio itu selalu sigap menjaga pertahanan Milan agar tetap aman.

Hingga pada akhirnya, dunia menyadari bila kelemahan Buffon saat itu adalah sulit menebak arah tendangan penalti. Dalam drama adu tos-tosan, Buffon gagal mengamankan tendangan Andriy Shevchenko sebagai penentu kemenangan Milan. Di sisi lain, Nelson Dida berhasil menjadi salah satu pahlawan Milan setelah sebanyak tiga tendangan tim lawan berhasil digagalkan.

Dengan skor 3-2, AC Milan berhasil mengoleksi trofi keenam mereka. Sementara itu, Juventus harus tertunduk lesu, usai untuk kelima kalinya mereka mengalami kekalahan di partai final Liga Champions Eropa.

Pavel Nedved yang ketika itu mendapat larangan tampil mengaku sangat kecewa. Dia menyebut, bila tidak ikut tampil di laga final saat itu merupakan salah satu penyesalan terbesarnya selama berkarir sebagai seorang pemain.

"Aku merasa sangat kecewa, karena tak bisa main di final. Aku sedih, bahkan serasa ingin mati," ucap Nedved.

Apa yang diucapkan Nedved terasa sangat wajar, mengingat ketika itu, dia bisa dibilang menjadi pemain paling berjasa dalam membawa Juve sampai ke partai final.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun