Bagai kebakaran kippah (topi setengah bola yang biasa dikenakan warga Yahudi), Kementerian Kesehatan Israel langsung memerintahkan ratusan murid dikarantina lantaran dinilai telah sempat berdekatan dan melakukan kontak dengan anggota gereja dari Korea Selatan tadi.
Setali tiga uang, Kementerian Pendidikan Israel juga menegaskan, ratusan murid, belasan guru, dan penjaga sekolah diperintahkan tetap tinggal di rumah dan menjalani masa observasi selama 14 hari.
Setidaknya, itulah momentum awal kepanikan Israel terhadap wabah Virus Corona!
Kepalang tanggung, pada hari yang sama, saya bersama rombongan sudah bergerak menuju King Hussein Bridge Border Crossing atau Allenby Bridge. Inilah jembatan yang menghubungkan Yordania dengan Israel. Kiri kanan jembatan diberi pagar besi bercat kuning nge-jreng. Jembatan ini melintas di atas Sungai Yordan.
Meski namanya begitu terkenal, tapi ternyata Sungai Yordan tidak sesuai bayangan saya. Karena dari atas jembatan saya bisa melihat kondisi sungainya tidak lebar, sedangkan di sisi kiri-kanannya dipenuhi tumbuhan semak belukar saja. Air sungainya pun tidak jernih alias hijau kecoklatan.
Tapi, bukan kondisi Sungai Yordan yang airnya mengalir ke Laut Mati (Dead Sea) itu yang jadi fokus perhatian saya. Melainkan rasa cemas, karena sudah harus meninggalkan Yordania dan sesaat lagi bersiap memasuki Pos Perbatasan Israel di Allenby Bridge.
Akhirnya Jembatan Allenby terlampaui, di sisi kanan saya pada bagian ujung pagar besi warna kuning itu, ada pos jaga Israel. Bangunannya sederhana dengan ditutupi kamuflase militer, dan didirikan di atas topangan silangan besi. Katakan saja ini menara pengawas dengan jendela kaca geser.
Sempat saya melihat seorang personel militer perempuan Israel turun dari pos jaga itu. Langkahnya satu demi satu. Kurang tegap tapi tetap dalam kondisi siaga dengan senjata mekanik diselempangkan ke badannya. Rambutnya pirang keemasan, lurus panjang dan dikuncir buntut kuda. Syukurlah, ia berjalan menjauh pos jaga yang artinya, menjauh juga dari kendaraan yang saya dan rombongan tumpangi.
Bus berhenti sesaat. Antri. Karena harus satu per satu administrasi kendaraannya harus diperiksa terlebih dahulu oleh aparat Israel, baik itu yang berpakaian sipil (umumnya berjaket warha hitam) maupun militer yang berseragam loreng coklat serta bersenjatakan lengkap.