Hal senada dituturkan Larry King dan Bill Gilbert dalam buku Seni Berbicara kepada siapa saja, kapan saja, di mana saja. Pada bab Pembicaraan Sosial, Larry King -- pembawa acara radio dan televisi di Amerika Serikat -- membuka rahasia, bahwa ia punya rambu khusus dalam mengajukan pertanyaan maupun melontarkan pernyataan. Begini, tulisnya:
Pemakaman biasanya menjadi tantangan. Saya merasakannya sebagai salah satu lingkungan yang sulit untuk membuat percakapan sosial. Saya punya satu aturan dasar saat berbicara dengan anggota keluarga yang berduka dalam pemakaman: Jangan terlalu berlebihan. Komentar yang sangat sering didengar pada pemakaman adalah "Saya tahu bagaimana perasaan Anda." Saya menghindari pernyataan itu karena dua alasan. Pertama, jika kematiannya disebabkan oleh hal wajar dan alami--dengan kata lain, rasa kehilangan yang bagi kita yang berusia di atas dua belas tahun sudah hilang sama sekali---keluarga yang berduka sudah tahu bahwa kita maklum bagaimana perasaan mereka. Kedua, jika penyebab kematiannya benar-benar tidak wajar, mengerikan atau mengejutkan karena alasan tertentu, kita tak mungkin dapat mengetahui perasaan mereka. (hal. 40)
Selanjutnya, Larry King pun menekankan pentingnya mengajukan pertanyaan maupun pernyataan yang berempati. "Cukup tanyakan pada diri Anda sendiri, apa yang ingin Anda dengar seandainya Anda termasuk anggota keluarga duka. Biasanya yang terbaik adalah berbicara singkat."Â Â
Wartawan Kompas, Ahmad Arif -- peraih Mochtar Lubis Award kategori feature - menulis: Menemukan narasumber yang ekspresif dan terbuka terhadap wartawan adalah separuh kerja kita di lapangan. Terkadang untuk menemukan mereka, kita butuh keajaiban. Dengan keterbukaan sikap dan BEREMPATI kepada para korban, kemungkinan untuk menemukan narasumber yang mau bicara akan jauh lebih besar.
Selanjutnya, wartawan yang banyak menulis tentang persoalan lingkungan dan bencana ini mengutarakan: Fokuslah pada orang yang selamat atau terluka. Hadapi korban bencana sebagai narasumber dengan rasa hormat, compassion, dan jangan pernah memaksa mewawancarai mereka atau mengambil foto/gambar mereka bila mereka tak bersedia. Jangan mencecar korban dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama atau pertanyaan yang sulit. Harus disadari bahwa korban berada dalam posisi sedang membutuhkan segalanya. Setiap orang di lokasi bencana sebetulnya sedang marah, lelah, dan trauma. (hal. 168 -- 169)
Tuh, kembali kerja dengan empati dan jurnalisme empati toh yang dikedepankan!
a. Menunjukkan identitas diri kepada narasumber;
b. Menghormati hak privasi;