Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pernikahan Adat Sunda dan Makna Prosesinya

6 September 2016   12:47 Diperbarui: 4 April 2017   18:22 3662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Ki Lengser penuntun lakon mapag panganten Sunda. (Foto: Gapey Sandy)

Okey, jadi jelas ya, ada budaya Tionghoa juga yang merasuk dalam pergelaran prosesi pernikahan yang pada dasarnya berlandaskan adat budaya Sunda – Jawa Barat ini.

Ketiga, prosesi ijab kabul yang sudah barang tentu tidak akan terganggu-gugat dari sisi nilai islaminya. Artinya, lantunan pembacaan ayat-ayat suci Al Qur’an, tata tertib dan syarat pernikahan, juga doa yang dipanjatkan, semuanya mengharap ridho Ilahi Rabbi, Allah SWT. Nafas islami ada di hajatan pernikahan ini.

Kalau masih ingin dikaitkan lagi, ya sudah tentu peci penutup kepala yang dikenakan pengantin pria (juga ayahanda dan mertua) itu juga mencirikan nilai keislaman. Begitu juga dengan jilbab pengantin wanita yang tetap rapat menutup kepala.

Penandatanganan dokumen resmi pernikahan. (Foto: Gapey Sandy)
Penandatanganan dokumen resmi pernikahan. (Foto: Gapey Sandy)
Keempat, sejumlah prosesi yang dilaksanakan memiliki makna dan filosofi mendalam, dari kacamata tradisi Sunda. Mulai dari sungkeman kepada ibu dan bapak, juga mertua. Biasanya ini  menjadi momentum paling berurai air mata, karena menyimbolkan permohonan kedua pengantin kepada orangtua dan mertuanya, mulai dari permohonan maaf, terima kasih karena telah mengantarkan ke jenjang pernikahan, restu dan pamit untuk mandiri berumah-tangga sendiri. Ini juga dinamakan ngaleupaskeun asuhan.

Selain sungkeman, ada lagi prosesi yang dinamakan kadeudeuh suapan terakhir. Disini, baik pengantin pria maupun wanita diberi suapan makanan terakhir oleh kedua orangtuanya masing-masing. Simbol suapan terakhir dari orangtua kepada anaknya yang akan dilepas berumah-tangga ini mengartikan kasih sayang, kadeudeuh, kanyaah kepada anak-anaknya.

Prosesi kadeudeuh suapan terakhir diakhiri dengan pengantin pria menyuguhkan gelas minuman kepada pengantin wanita, begitu pula sebaliknya. Sambil masing-masing meneguk air di gelas, tangan kiri kedua pengantin pun saling berpegangan mesra.

Setelah mendapat suapan terakhir dari kedua orangtua, dilanjutkan dengan kedua mempelai saling menyuapi makanan. Pengantin pria menyuapkan panganan kepada pengantin wanita, dengan lembut dan kasih sayang, begitupun sebaliknya. Ini mengartikan bahwa kedua sejoli yang sudah diikat sucinya tali pernikahan harus saling memberi dalam ikatan harmonis kebersamaan pasangan suami istri.

Prosesi sungkeman kepada ibunda dan ibu mertua. (Foto: Gapey Sandy)
Prosesi sungkeman kepada ibunda dan ibu mertua. (Foto: Gapey Sandy)
Prosesi sungkeman kepada ayahanda dan ayah mertua. (Foto: Gapey Sandy)
Prosesi sungkeman kepada ayahanda dan ayah mertua. (Foto: Gapey Sandy)
Saya sendiri, jujur saja kurang memahami prosesi demi prosesi yang dilangsungkan terkait pernikahan berbalutkan budaya Sunda seperti ini. Tetapi, dari literatur yang ada, sebutan prosesi kadeudeuh suapan terakhir menyimbolkan lambang kesetiaan, kejujujuran, larangan selingkuh, musti kompak, seiya sekata, sapapait samamanis, sareundeuk saigel, ka cai jadi saleuwi kadarat jadi salebak, sauyunan dan sebagainya.

Usai kadeudeuh suapan terakhir, prosesi masih terus berlangsung. Karena dilanjutkan dengan kedua mempelai yang akan saling makan ayam bakar secara bersama. Ini dinamakan gelaran tarik bakakak hayam. Teknisnya begini: Kedua pengantin disuguhi ayam panggang matang, lalu masing-masing memegang kaki ayam bakar. Pengantin pria memegang bagian kaki ayam, begitu juga dengan pengantin wanita. Posisi ayam bakar yang utuh ini pun jadi menggantung. Nah, pada saat itulah, baik pengantin pria dan pengantin wanita saling menarik ayam bakar. Sampai akhirnya, kedua mempelai sama-sama memegang bagian ayam bakarnya masing-masing. Daging ayam bakar inilah yang kemudian akan disantap bersama oleh pasangan pengantin.

Eh, jangan dipikir prosesi menarik ayam bakar ini tidak memiliki makna filosofis lho yaaa …. Tarik bakakak hayam mengartikan pasangan suami istri harus dapat saling menunjang dan mendukung usaha menjemput rezeki pada tahap kehidupan berumah-tangga dan masa-masa selanjutnya.

Prosesi kadeudeuh suapan terakhir oleh ibunda. (Foto: Gapey Sandy)
Prosesi kadeudeuh suapan terakhir oleh ibunda. (Foto: Gapey Sandy)
Prosesi kadeudeuh suapan terakhir oleh ayahanda. (Foto: Gapey Sandy)
Prosesi kadeudeuh suapan terakhir oleh ayahanda. (Foto: Gapey Sandy)
Mulai dari sungkeman, kadeudeuh suapan terakhir, tarik bakakak hayam sampai huap lingkung (saling menyuapi) dilaksanakan di atas panggung pelaminan. Diapit oleh masing-masing kedua orangtua yang duduk di sisi pinggir. Semua mata, sudah pasti  tertuju pada kedua mempelai pengantin yang terkadang melaksanakan prosesi demi prosesi sembari tersenyum bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun