Okey, jadi jelas ya, ada budaya Tionghoa juga yang merasuk dalam pergelaran prosesi pernikahan yang pada dasarnya berlandaskan adat budaya Sunda – Jawa Barat ini.
Ketiga, prosesi ijab kabul yang sudah barang tentu tidak akan terganggu-gugat dari sisi nilai islaminya. Artinya, lantunan pembacaan ayat-ayat suci Al Qur’an, tata tertib dan syarat pernikahan, juga doa yang dipanjatkan, semuanya mengharap ridho Ilahi Rabbi, Allah SWT. Nafas islami ada di hajatan pernikahan ini.
Kalau masih ingin dikaitkan lagi, ya sudah tentu peci penutup kepala yang dikenakan pengantin pria (juga ayahanda dan mertua) itu juga mencirikan nilai keislaman. Begitu juga dengan jilbab pengantin wanita yang tetap rapat menutup kepala.
Selain sungkeman, ada lagi prosesi yang dinamakan kadeudeuh suapan terakhir. Disini, baik pengantin pria maupun wanita diberi suapan makanan terakhir oleh kedua orangtuanya masing-masing. Simbol suapan terakhir dari orangtua kepada anaknya yang akan dilepas berumah-tangga ini mengartikan kasih sayang, kadeudeuh, kanyaah kepada anak-anaknya.
Prosesi kadeudeuh suapan terakhir diakhiri dengan pengantin pria menyuguhkan gelas minuman kepada pengantin wanita, begitu pula sebaliknya. Sambil masing-masing meneguk air di gelas, tangan kiri kedua pengantin pun saling berpegangan mesra.
Setelah mendapat suapan terakhir dari kedua orangtua, dilanjutkan dengan kedua mempelai saling menyuapi makanan. Pengantin pria menyuapkan panganan kepada pengantin wanita, dengan lembut dan kasih sayang, begitupun sebaliknya. Ini mengartikan bahwa kedua sejoli yang sudah diikat sucinya tali pernikahan harus saling memberi dalam ikatan harmonis kebersamaan pasangan suami istri.
Usai kadeudeuh suapan terakhir, prosesi masih terus berlangsung. Karena dilanjutkan dengan kedua mempelai yang akan saling makan ayam bakar secara bersama. Ini dinamakan gelaran tarik bakakak hayam. Teknisnya begini: Kedua pengantin disuguhi ayam panggang matang, lalu masing-masing memegang kaki ayam bakar. Pengantin pria memegang bagian kaki ayam, begitu juga dengan pengantin wanita. Posisi ayam bakar yang utuh ini pun jadi menggantung. Nah, pada saat itulah, baik pengantin pria dan pengantin wanita saling menarik ayam bakar. Sampai akhirnya, kedua mempelai sama-sama memegang bagian ayam bakarnya masing-masing. Daging ayam bakar inilah yang kemudian akan disantap bersama oleh pasangan pengantin.
Eh, jangan dipikir prosesi menarik ayam bakar ini tidak memiliki makna filosofis lho yaaa …. Tarik bakakak hayam mengartikan pasangan suami istri harus dapat saling menunjang dan mendukung usaha menjemput rezeki pada tahap kehidupan berumah-tangga dan masa-masa selanjutnya.