Tukang becak yang saya ajak ngobrol di dekat Stasiun Tugu Jogja ini namanya Pariyadi. Umurnya, 49 tahun. Perawakan bapak berputra dua ini pendek dan bertubuh agak gemuk. Ia yang sudah 30 tahun mengayuh becak di Yogyakarta, sebenarnya adalah pendatang dari Wonosobo.
Becak yang ‘ditariknya’ adalah milik sendiri. Sudah sejak tiga tahun lalu, ia modifikasi sendiri, becak ontel miliknya menjadi Bentor, becak bermotor. “Kehadiran Bentor sudah sejak lima atau enam tahun lalu. Dulu, ketika jumlahnya masih sedikit, aparat kepolisian kerapkali melakukan razia dan penertiban. Maklum, Bentor ini menggunakan mesin sepeda motor. Jadi, kalau ada yang kena razia, biasanya langsung dikenakan pasal pelanggaran atas 5 peraturan. Mulai dari pelanggaran lalu-lintas, ketiadaan lampu dan kaca spion, perubahan bentuk fisik sepeda motor, tidak memiliki SIM, dan pajak kendaraan bermotor yang ‘mati’ atau tidak dibayarkan,” ungkap Pariyadi.
Saat ini, jumlah Bentor semakin banyak. Bahkan, kata Pariyadi, jumlahnya sudah lebih banyak kalau dibandingkan dengan becak ontel. “Dengan jumlah Bentor yang semakin banyak, aparat kepolisian tentu kesulitan bila harus melakukan razia seperti tahun-tahun sebelumnya, sewaktu jumlah Bentor masih sedikit. Malah, saat ini, DPRD DIY berusaha untuk menjadikan Bentor sebagai becak yang legal atau resmi beroperasi. Entahlah bagaimana aturan pengesahan itu nantinya, yang jelas untuk melarang Bentor beroperasi, itu sudah sulit. Jumlah Bentor sudah banyak, mungkin ribuan,” cetus Pariyadi.
Saya sempat memperhatikan Bentor milik Pariyadi. Sepeda motor Honda miliknya sudah tak berbentuk lagi. Kecuali bahagian mesin di tengah hingga ke belakang. Terlihat, masih ada nomor polisi yang ditempelkan Pariyadi. “Tapi, pajaknya mati. Cuma, nomor polisinya tetap saya pasang,” tukasnya sembari mengatakan bahwa pernah ada yang menawar Bentornya seharga Rp 4 juta. “Tapi tidak saya jual”.
Soal harga Bentor memang nilainya jutaan. Mulai dari yang seharga Rp 1,5 juta sampai Rp 13 juta. Kebetulan, ketika saya sedang mewawancarai Pariyadi, Bentor yang disebut-sebut harganya senilai Rp 13 juta melintas. Wowwww … bentuknya memang keren banget! Warnanya hitam dengan sejumlah garis oranye. Ketiga bannya menggunakan ban motor, dengan knalpot yang mengeluarkan suara menderum seperti motor sport. “Itu Bentor yang ditawar seharga Rp 13 juta. Tapi oleh pemiliknya tidak dijual,” seru Pariyadi setengah berteriak.
Pariyadi menegaskan, selain menggunakan mesin kendaraan bermotor yang otomatis menggunakan bensin premium bersubsidi, Bentor dipersoalkan karena banyak yang mangkir membayar pajak kendaraan bermotornya.