Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Inilah Motif Batik dan Makna Simboliknya

12 September 2014   14:28 Diperbarui: 2 Oktober 2015   09:13 58158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di bahagian belakang Museum Ambarrukmo terdapat tempat yang dulunya merupakan pemandian raja dan keturunannya, yang biasa di sebut sebagai Bale Kambang. Terdapat semacam tempat pemandian di kiri, kanan, hingga ke belakang bangunan berlantai dua, yang bentuknya segi delapan ini. Ada juga air mancur yang menambah cantik suasana. Lantai pertama bangunan, menurut Ambar Suparjiman, berfungsi sebagai tempat untuk berbilas diri setelah mandi di kolam. Sedangkan untuk naik ke lantai dua, kita harus menaiki 20 anak tangga. Di lantai atas ini, dahulunya adalah tempat untuk bermeditasi, dan bersemedi. Kini, terdapat meja dan kursi yang sengaja ditempatkan di lantai atas, lengkap dengan hiasan lampu gantung kuno yang menambah kesan eksotik.

[caption id="attachment_358680" align="aligncenter" width="567" caption="Bale Kambang nan eksotis. (Foto: Gapey Sandy)"]

1410480695397721257
1410480695397721257
[/caption]

Jadi ingat, kalau berkunjung ke Yogyakarta, jangan hanya mampir dan shopping di Ambarrukmo Plaza, atau menginap di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta saja, tapi juga kunjungi Pesanggrahan Ambarrukmo. Nikmati sensasi kekayaan sejarahnya, berikut saksi bisu bangunan klasik plus ruang sakralnya, lengkap dengan nuansa modernis kosmopolitan yang mengharu-biru di sekelilingnya. Semoga Pesanggrahan Ambarrukmo tetap lestari, tidak terusik lagi, demi pembelajaran anak, cucu, cicit, dan keturunan kita nanti.

ooOoo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun