Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Inilah Motif Batik dan Makna Simboliknya

12 September 2014   14:28 Diperbarui: 2 Oktober 2015   09:13 58158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Museum Ambarrukmo terbuka untuk umum. Siapa saja boleh berkunjung ke musem mini ini, tanpa harus berstatus sebagai tamu Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, maupun pengunjung Ambarrukmo Plaza.

Di sudut kanan depan pendopo, terdapat papan nama yang menginformasikan bahwa Pesanggrahan Ambarrukmo termasuk salah satu cagar budaya yang dilindungi. Sayangnya, acuan hukum yang dituliskan masih menyebut UU No.5/1992 tentang Benda Cagar Budaya. Padahal UU ini sudah dibatalkan dan berganti dengan UU No. 11/2010 tentang Cagar Budaya.

Pada sisi sebelah kanan papan besi informasi tersebut, nampak sebuah prasasti yang terbuat dari batu marmer hitam yang diberi pelindung atap, dan terdapat pahatan tulisan dengan diwarnai tinta keemasan. Rupanya, ini adalah prasasti sebagai wujud ungkapan penghargaan dan terima kasih kepada mendiang Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang telah merestui Pendopo Agung Ambarrukmo untuk penyelesaian pendidikan Inspektur Polisi Sekolah Polisi RI Mertoyudan, pada Juni 1949 hingga Maret 1950. Prasasti ini ditandatangani di Yogyakarta, pada 16 Juni 1990, oleh Jenderal Polisi Drs Moch Sanoesi selaku Kepala Kepolisian RI pada waktu itu, dan atas nama Mantan Siswa Sekolah Polisi RI Mertoyudan Brigjen Polisi Purn. Sosrosoesatio.

1410477556466290707
1410477556466290707
[caption id="attachment_358657" align="aligncenter" width="567" caption="Prasasti ungkapan penghargaan dan terima kasih kepada mendiang Sri Sultan Hamengku Buwono IX dari Kapolri Jenderal Polisi Drs Moch Sanoesi. (Foto: Gapey Sandy)"]
14104783921798936052
14104783921798936052
[/caption]

Menapaki jalan beraspal masuk menuju pendopo, terdapat patung seorang penjaga yang mengenakan busana khas prajurit keraton berwarna merah, dengan topi yang juga khas, dan sedang mengacungkan ibu jarinya sebagai simbol untuk mempersilakan para tamu untuk masuk ke pendopo. Di pinggang sebelah kiri patung prajurit keraton ini, terselip sebilah keris. Ada juga dua patung kera yang ditempatkan di sudut kiri dan kanan lintasan jalan masuk ke pendopo. Sesuai namanya, Pendopo Agung Ambarrukmo memang seperti hall yang terbuka dengan ukuran luasnya yang memang sangat representatif untuk menerima tamu dalam jumlah banyak. Apalagi lahan parkir untuk kendaraan cukup luas, termasuk penggunaan lahan parkir di basement Ambarrukmo Plaza, maupun di depan Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta.

Setelah melintasi pendopo, barulah kita akan segera memasuki Museum Ambarrukmo. Pada prasasti yang ditempatkan tepat di tengah-tengah lantai teras depan, dapat diketahui bahwa Museum Ambarrukmo diresmikan pada 28 Mei 2013 oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Alunan gending Jawa mengalun lembut dari arah pendopo, terdengar jelas hingga ke museum. Pintu kayu museum yang bercat hijau, sepadan seirama dengan jendela kayu, dan tiang-tiang kayu yang berjajar menunjang atap pendopo. Melangkah di atas lantai marmer putih, memasuki Museum Ambarrukmo, aroma wangi dupa langsung semerbak tercium begitu rupa. Di sisi kiri pintu masuk, seorang lelaki tua berbusana tradisional Yogyakarta---atasan surjan lurik berwarna biru tua (baju Jawa), dan bawahan jarik (kain batik)---lengkap dengan blangkon, menyambut sembari tersenyum ramah. Setelah mempersilakan penulis mengisi buku tamu, lelaki tua yang bernama Ambar Suparjiman (58) ini memberitahukan bahwa, museum saat ini tengah menggelar Pameran Batik, Wayang, dan Keris. Tak jauh dari meja penerima tamu itu, ada meja kayu bundar, dan diatasnya terdapat rangkaian bunga Sedap Malam yang ditempatkan dalam toples kaca. Menariknya, tersedia juga buku Ambarrukmo – From Royal Garden, Royal Palace Residence to World Class Hotel, seperti yang sebelumnya sempat saya baca di kamar hotel.

[caption id="attachment_358658" align="aligncenter" width="567" caption="Papan informasi Cagar Budaya Pesanggrahan Ambarrukmo yang masih menyebutkan UU No.5/1992 tentang Benda Cagar Budaya. (Foto: Gapey Sandy)"]

1410478478496241530
1410478478496241530
[/caption]

Selain terjepit emblem tulisan nama lengkap dirinya di dada kanan surjan lurik-nya, di dada kiri Ambar Suparjiman juga terselip lambang Keraton Yogyakarta. “Saya memang adalah seorang abdi dalem keraton yang secara khusus ditugaskan untuk menjaga kawasan Pesanggrahan Ambarrukmo di sini. Sesuai tingkatan abdi dalam yang berlaku di lingkungan keraton, saya sudah tingkatan ke lima, bahkan sudah menjadi salah seorang penerima imbalan kerja yang diberi nama bekal sepuh, atau semacam tunjangan pensiun,” jelas Ambar yang merupakan warga asli di sekitar Ambarrukmo. “Bapak saya, dulu juga seorang abdi dalem keraton. Saya menjadi penerus tradisi keluarga sebagai abdi dalem keraton,” imbuh kakek dengan dua cucu ini.

Di belakang meja kursi penerima tamu, terdapat banner yang berisi sejarah ringkas tentang Pesanggrahan Ambarrukmo. Tertulis di situ, Ambarrukmo berawal dari Kebun Raja, Kedaton, hingga Ruang Kosmopolitan. Ambarrukmo adalah medan sejarah. Mengerti Ambarrukmo adalah menelusuri peradaban dan pergolakan zaman. Ambarrukmo tidak sekadar sebidang tanah atauoun sebuah rumah bagi raja,namun terkait pula dengan kehidupan orang lain dan dinamika sosial sebuah komunitas khusus, namun penting. Ambarrukmo adalah kilasan dari pergolakan era mengenai Yogyakarta sekaligus negeri merdeka bernama Indonesia.

Beberapa tokoh bercengkerama dan mengalirkan energi hidupnya di Pesanggrahan Ambarrukmo, seperti misalnya Gubernur Jenderal Deandles, yang membangun Jalan Raya Anyer – Panarukan, dan sejumlah Gubernur Jenderal lainnya Hindia Belanda lainnya, Paku Buwono X, Sultan Hamengku Buwono II hingga X, dan Presiden Soekarno adalah sosok-sosok yang menjadi bagian dari sejarah Ambarrukmo.

[caption id="attachment_358660" align="aligncenter" width="567" caption="Seperti inilah Pendopo Agung Royal Ambarrukmo. (Foto: Gapey Sandy)"]

1410478680716975270
1410478680716975270
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun