" Sekarang pulanglah ke rumahmu, ikutilah kemauan ibumu dan mas Adi, biarkan Aa disini bersama luka ini... Aa terbiasa dengan kesendirian, kesakitan dan keterasingan. Demi kebaikan, selamat jalan Winaku," papar Gim begitu terbata-bata.
Winapun hampir tidak sanggup berdiri. Pada akhirnya Gim menguatkannya. Gim tidak mungkin mengantarkan Wina, kalo hanya memperkeruh suasana saja. Gim akhirnya menelpon taxi yang akan mengantar Wina hingga ditujuan.
Dua bulan menjelang pernikahan Wina, Gim sudah berkemas untuk meninggalkan kota Jakarta yag pernah disinggahinya. Gim bertekad bulat untuk balik ke Bandung dan mencari penghidupan di Bandung.
Menjelang keberangkatan kereta api bisnis di stasiun Gambir, ia bergumam dalam hatinya, "aku hanya seekor anak domba yang tersesat di belantara sebuah megah kota, berlari-lari mengembik-embik dibalik bising raung mesin yang berasap racun, kusaksikan barat timur utara selatan bergelantungan gedung-gedung tinggi, sementara para urban lalu lalang dijalanan cari makan dan penghidupan, selamat tinggal Jakarta, selamat tinggal cinta, selamat tinggal Wina, selamat tinggal kenangan, dan aku tak ingin mendengar kabar apapun darimu." Begitulah gumamnya hingga kereta api mulai menandakan keberangkatan dan membawanya pulang ke Bandung.
ooooooooooooo