" Win, tahu gak, orang-orang toko nganggap kita pacaran ? sela Gim pelan-pelan.
" O..yah, terus Aa bilang gimana ?" tanya Wina menjurus.
" Aku senyum aja, gak jawab," balas Gim hati-hati.
" Kenapa senyum aja," timpal Wina singkat.
" Nanti, kalau A jawab, iya, Wina tersinggung, dan marah tidak menerima" sela Gim.
" Gak, Wina gak tersinggung, kok," timpal Wina sambil tersenyum manis.
" Serius ?" Gim balik Tanya.
" Serius !" jawab Wina tenang.
" Jadi kalo aku bilang bahwa Wina pacarku, kepada kawan-kawanku dan kepada dunia, Wina tidak keberatan ?" sela Gim, bersemangat. Wina menggelengkan mukanya, sambil tersenyum sangat manis, dan menarik lengan Gim untuk masuk ke dalam bis AC yang ditunggunya.
 " Win, aku mo dibawa kemana ? biasanya aku kan Cuma ngantar sampai ke halte saja," sanggah Gim setelah masuk ke dalam bis.
"Sekarang harus bertanggung jawab dan ikut sampe ke rumah," ajak Wina serius. Wina menarik Gim untuk duduk, Gimpun tak bisa menjawab lagi ketika Wina menjatuhkan pipinya di bahu Gim. Gimpun memegang tangan Wina dan mencium tangannya dengan hati-hati. Ada perasaan yang tidak terlukiskan indahnya ketika pertama kali saling memahami dan mengakui perasaan masing-masing.