Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

(RTC) Cerpen| Preman Insyaf

25 November 2017   17:36 Diperbarui: 25 November 2017   18:01 1818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pic. smartdetoxpusat.wordpres.com

"Kok Hindun baru kelihatan?"

" Iya bang. Hindun baru aja lulus SMA di kota. Sekarang pulang dulu liburan sambil nengokin  Babeh. Abang enggak, kerja?"

Bangor menggaruk-garuk kepalanya yang nggak gatel...

"Abang kerjanya ngeronda di kampung" Jawabnya malu-malu.

Sekali lagi gadis itu tersenyum "Masak kerjanya cuma  ngeronda sih, bang! Harusnya abang cari kerjaan lain juga. Abang kan  nggak mungkin terus-terusan hidup sendiri. Suatu saat abang akan  menikah. Punya istri dan punya anak. Cukup ngasih makannya kalau cuma  kerja ngeronda?"

Bangor tersentak. Baru sekali ini ada orang yang memberikan  perhatian sedemikian rupa. Sedangkan Bangor masih saja menikmati  kesehariannya. Tanpa memikirkan hal lain dalam hidupnya.

Sejak saat itulah Bangor jadi dekat dengan Hindun. Pergi  kemana-mana Bangor yang memboncengnya naik motor. Pulang dari Sholat  maghrib, serta Isya' Bangor juga yang menemani Hindun pulang. Setiap  malam minggu, Bangor kerap bertandang ke rumahnya Hindun. Ngobrol, main  gitar, serta nyanyi bareng. Hindun sangat suka kalau dengar Bangor lagi  nyanyi.

"Suara abang bagus deh!" Puji Hindun suatu kali, saat mereka sedang duduk di teras rumahnya.

"Iya. Lebih bagus lagi kalo suara elu di pake buat ngaji"  Tiba-tiba Pak Haji keluar dari dalam rumah sambil nyeletuk dan ikut  duduk di bangku teras.

Bangor buru-buru bangkit dari duduknya. Sebuah sikap  menghargai orang, yang diajarkan Hindun kepadanya. Kemudian duduk  kembali setelah Pak Haji duduk bersandar di bangkunya.

"Idih babeh, main nimbrung aja" Protes Hindun sambil mencubit pipi orang tua tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun