Ternyata kamu anak pak Sinaga, guru Bahasa Indonesiaku, dan akhirnya sejak malam itu kamu tak mau lagi mengenalku.
"Kita putuuuuus...!"Â Teriakmu.
Dan sejak teriakan putusmu tak lagi menggema. Aku mulai pindah dari hatimu dan mengemasi semua pigura kenangan yang tergantung di dinding hatimu, lalu ku masukkan satu persatu, ke dalam kardus bekas mie instan rasa sendu.
Hiks....
Sekian.
(Cerita ini hanya fiktif belaka. Kesamaan nama hanyalah kebetulan semata dan anggaplah itu anugerah).
Salam Sendu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H