"Elu dapetin dia, anugerah. Tapi dia punya pacar elu, itu musibah!"
#basi
Aku tak peduli karena bagiku iri tanda tak mampu. Titik!
Yang penting kita bisa mencuri waktu dan berdusta pada guru. Eh, itu kan lagu. Maksudnya aku dan kamu bisa meluangkan waktu berdua di kantin sekolah. Tidak sekedar menikmati semangkuk bakso dan sebotol coca cola. Tapi setidaknya kita sedang mengukir kenangan indah masa SMA seperti Galih dan Ratna. #ceileee....
Pigura ketiga, kenangan rasa calon mertua.
Setelah tiga bulan bersama, kamu pun mengundangku untuk datang ke rumah pada malam minggu. Tentu saja aku tak menolak dan mempersiapkan semuanya dengan maksimal.
Jam baru menunjukkan pukul 8 malam, tapi aku sudah duduk manis di teras rumahmu sambil memandang senyummu yang manis. Karena semuanya pada manis, semut pun tampak berjalan beriring di atas meja dan sudah ada yang berenang di dalam gelas yang berisi teh manis.
Kita pun bercerita  tentang awal jumpa dan sesekali kamu pun tertawa ceria. Jujur ayam, malam ini aku merasa menjadi orang yang paling berbahagia sedunia. Betul kata teman-temanku. Memiliki pacar kamu adalah anugerah terindah bagiku.
Musibahnya bukan karena kamu memiliki pacar aku. Melainkan karena kamu memperkenalkan aku pada papamu, yang nota bene sudah ku anggap sebagai calon mertua. Malapetaka tepatnya!
Karena ketika kamu menghilang ke dalam rumah dan kembali lagi bersama calon mertua, eh...papamu. Aku tak sanggup lagi berkata dan hanya berdiri sambil menundukkan kepala.
"Anakku Vita Sinaga, pacarmu zi zontoloyo ini yang menzuluki papamu ini dengan zebutan ular zawah, bah!" Kata Pak Sinaga dengan tampang angkernya.