Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenanganmu di Dalam Kardus Mie Rasa Sendu

27 November 2016   12:51 Diperbarui: 27 November 2016   16:44 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pic: ariepinoci.web.id

Aku melirikmu penuh ragu, dan kau mulai tampak kikuk dan malu-malu. Sekarang air hujan mulai menggenang kemana-mana. Malah sudah hampir memenuhi lantai pos ronda. Kamu hanya berjinjit dan mencari pijakan yang tak basah. Sedangkan aku sudah duduk memeluk kedua lututku di bangku panjang yang tersedia.

Aku ingat lirikan pertamamu yang malu ikut duduk di bangku yang sama karena sepatumu mendadak basah. Kalau kamu masih malu, sudah pasti jadinya bakalan malu-maluin karena air sudah mulai membanjiri lantai pos ronda.

"Ini kesempatan..." Pikirku dan tak lupa nyengir kuda.

"Udah, duduk sini aja kagak usah malu, gue udah jinak, kok!" Kataku mempersilahkan kamu duduk di sebelahku.

Ah, manisnya senyummu seolah menyambut baik tawaranku. Akhirnya kamu pun mau duduk di sebelahku dan selanjutnya cerita ini bisa ditebak.

Ya, kita berkenalan dan singkat kata Sejak itu kamu menjadi pacarku. Melewati hari bersama, makan di kantin bersama, berangkat ke sekolah besama, cuma pisah ketika aku ngos-ngosan diuber anjing di belakang sekolah. Aku lari tunggang langgang, sedangkan kamu tidak.

Aku takut anjing, kamu malah mengelus leher hewan galak itu dan tertawa terpingkal-pingkal saat melihat aku lari lintang pukang tanpa aba-aba.

#hadeew.

Pigura kedua, kenangan rasa kantin.

Aku pandangi sejenak foto kita berdua saat duduk di kantin belakang sekolah. Kamu sedang tersenyum manis dengan lesung pipit di kedua pipi, dengan latar belakang penghuni sekolah yang tumpah ruah di sana, saat jam istirahat pertama.

Ketika dengan bangganya aku perlihatkan foto itu pada teman-temanku mereka semua jadi iri, dengki, sirik dan mengungkapkannya dengan frasa yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun