Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Serial Pak Erte] Team Sukses Pemilukada

30 September 2016   17:28 Diperbarui: 30 September 2016   17:46 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pic. plus.google.com

Sore ini Pak Erte kedatangan tamu penting. Saking pentingnya mereka menamakan pertemuan ini dengan sebutan meeting. Pak Erte belum tahu mereka datang dari mana, serta ada keperluan apa. Karena yang datang penampilannya seperti pejabat-pejabat yang sering nongol di tipi.

Tapi menurut informasi yang disampaikan oleh si Buluk. Pemuda yang memiliki profesi serabutan di Kampung Pinggir Kali. Selain datengnya serempak. Masing-masing dari mereka membawa mobil sendiri-sendiri.

Ada sekitar sepuluh orang yang namu ke rumah Pak Erte. Itu berarti ada sepuluh mobil yang parkir di jalan tersebut. Kebayangkan panjangnya. Lagi pula jalan yang berbatasan langsung dengan kali ini, cuma bisa dilalui satu mobil.

Mas Selamet cuma bisa garuk-garuk kepala, karena salah satu mobil, parkir persis di depan warung Indomienya. Bang Togar udah mumet, karena istrinya dari tadi ngomel-ngomel mulu. Karena salah satu kendaraan itu turut serta menghalangi jalan masuk ke warung sembakonya.

Sedangkan Buluk mendapatkan peluang dengan banyaknya tamu yang datang dengan mengendarai mobil tersebut. Karena dengan begitu, Buluk bisa langsung menjelma jadi tukang parkir. Lengkap dengan rompi bertuliskan 'Parkir', serta peluit yang entah sudah berapa kali di tiup, tapi bunyi masih begitu-begitu aja.

Huffft...hufff...!Kira-kira seperti itu bunyinya.

Padahal jangankan semua orang. Meskipun lagi dalam kondisi mabok lem aja. Buluk juga tahu kalau suara peluit itu sudah sejak dahulu berbunyi; Empriit...empriit!

Tapi Buluk tidak kehabisan akal. Dicarinya sisa terompet tahun baru yang dipakai sewaktu merayakan ulang tahunnya, Pak Erte. Setelah ketemu, lengkap sudah persyaratan yang dibutuhkan sebagai petugas parkir. Mulai dari rompi, pluit. Eh, terompet dan satu lagi syarat mutlak menjalankan profesi tersebut....

Bernafas! Hihihi....

***

Pak Erte menyalami tamunya satu demi satu. Lalu mempersilahkan mereka duduk lesehan di teras rumahnya. Selain bangku yang ada di ruang tamu nggak cukup untuk menampung semua tamunya. Pak Erte emang udah biasa melakukan musyawarah dengan warga di teras rumahnya yang bersih dan cukup luas tersebut.

Sementara mpok Saidah sudah dari tadi terlihat sibuk menghidangkan kopi dan menu andalannya. Yaitu,  bala-bala alias bakwan. Karena menurutnya makanan tersebut praktis, ekonomis, serta nggak bikin duit habis.

Sekarang mari kita simak perbincangan Pak Erte dengan tamu-tamunya tersebut.

"Begini Pak Erte. Kami adalah Tim Sukses dari salah satu pasangan Cagub yang akan berlaga di Pemilukada. Tujuan kedatangan kami kemari untuk mengajak Pak Erte ikut berpartisipasi dan masuk ke dalam Tim sukses kami" Kata bapak yang berkepala botak.

"Betul Pak Erte" Sambung bapak yang badannya gendut.

"Iya, Pak.." Kata yang lainnya hampir bebarengan.

Pak Erte memandangi tamunya satu per satu. Sebagai ketua RT, beliau tahu tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Jadi Pak Erte nggak mungkin ikut terlibat dalam perpolitikan. Apalagi kalau memakai embel-embel jabatan yang sudah diamanatkan warga yang memilihnya.

"Maaf Pak. Saya kagak bisa ikut dalam tim sukses bapak. Tapi saya akan membantu memberikan izin kegiatan apa aja yang mau bapak adain di lingkungan RT saya" Jawab Pak Erte mantap.

Mendengar jawaban dari Pak Erte, tamu-tamu tersebut saling pandang dan berbisik-bisik satu sama lain.

"Begini aja Pak Erte, ini ada dana operasional yang sudah kami siapkan. Pak Erte bisa mengadakan kegiatan bagi-bagi sembako, acara dangdutan atau kegiatan apa pun. Kami hanya titip baju kaos dan kartu bergambar Cagub untuk dibagi-bagikan" Lagi-lagi bapak yang berkepala botak berusaha membujuk Pak Erte.

"Betul Pak" Si gendut nyamber lagi.

"Iya Pak Erte" Koor tamu lainnya.

Hadeeew!

Pak Erte melihat amplop yang berisi segepok uang yang di letakkan tamunya di atas meja. Lalu melirik ke arah pintu rumah yang terbuka sedikit. Di sela pintu terlihat wajah empok Saidah yang sudah berubah jadi Hulk saat melihat gepokan uang tersebut. Ijo!

"Sekali lagi maaf bapak-bapak. Saya tidak tertarik untuk ikut terlibat dalam kegiatan yang berbau politik. Silahkan bapak pilih salah satu warga saya yang bersedia untuk menjadi tim sukses Cagub bapak" Jawab Pak Erte, diiringi suara berdebam dari dalam rumah. Seperti ada benda berat yang jatuh ke lantai (ternyata empok saidah semaput) Hiihihi.....

Mendengar jawaban dari Pak Erte, tamu-tamu tersebut tidak dapat menyembunyikan kecewaannya. Sambil pamit pulang bapak yang berkepala botak berpesan;

"Baiklah kalau begitu. Kalau Pak Erte berubah pikiran, bapak bisa menghubungi saya di nomor ini" Katanya sambil menyodorkan selembar kartu nama.

"Betul Pak" Sahut si gendut.

"Iya Pak Erte" Sekali lagi bapak-bapak yang lain menyambut serentak.

Hmmm..., bener-bener kagak kreatif! Hehehe....

***

Di hari minggu yang cerah. Saat sebagian besar warga libur bekerja dan berkumpul bersama keluarga. Kampung Pinggir kali mendadak heboh. Persis di belakang tembok pabrik sepatu. Mbak Romlah, janda semok yang aduhai. bersama ibu-ibu dan remaja perempuan. Asyik ber-aerobik ria. Lengkap dengan baju kaos bergambar Cagub dan atribut Partai pendukungnya.

Sementara tidak jauh dari sana, tepatnya di seberang kali. Jupri teriak-teriak memanggil warga dari atas panggung. Pemuda itu sengaja menggelar acara dangdutan untuk mensosialisasikan Cagub yang diusungnya. Sebuah lagu dari mbak Rita Sugiarto-Dua Kursi, berkumandang dari bibir biduan yang berpakaian seksi.

Sedangkan Boim sibuk membagi-bagikan paket sembako lengkap dengan menyewa orkes dangdut yang memakai gerobak dorong. Akhirnya suara-suara yang keluar dari speaker bercampur jadi satu, serta menimbulkan suara yang nggak nyaman di telinga.

Perhatian warga pun terpecah. Sebagian berebut sembako yang dibagikan oleh Boim. Sebagian asyik berjoget di atas panggung yang disiapkan Jupri. Tidak sedikit pula yang memelototi mbak Romlah yang memakai leging ketat.

Karena semuanya nggak ada yang mau mengalah. Terjadilah pertengkaran di antara ketua tim sukses tersebut. Mbak Romlah mencak- mencak karena peserta yang mengikuti senam, gerakannya jadi campur aduk. Sesekali aerobik, kadang diselingi joget dangdut. Sehingga formasi senam aerobiknya disinyalir acak-kadut.

Jupri nggak kalah ngototnya. Gara-gara pakaian peserta senam yang menggoda Imam Nachrowi. Eh, Iman. Pemain musik tidak ada yang memainkan alat musiknya dengan bener. Penabuh gendangnya malah mengiringi gerakan lincah Mbak Romlah, bukan mengikuti irama musik dangdutnya.

Melihat situasi yang mulai tidak kondusif Pak Erte langsung menghentikan semua kegiatan dan mengumpulkan ketua tim sukses pilkada tersebut di teras rumahnya.

"Kalau begini caranye. Gue kagak demen ame kegiatan elu pade" Sewot Pak Erte kepada Boim dan Jupri.

"Ane kan udah minta izin duluan, te..."  Jawab Jupri.

"Aye juga Pak Erte. Te...Pak Erte!" Boim memanggil nama Pak Erte berulang kali.

Karena Pak Erte malah sibuk memperhatikan mbak Romlah yang mengelap keringat di bagian belahan bajunya. Serta sesekali memberikan udara ke bagian dalemnya dengan cara meniup-niupnya.

"Eh, iya. Sampe dimana tadi, yak.." Pak Erte gelagapan

"Sampe di bagian dada, te..." Jawab Jupri dan Boim serentak.

Pletaaak! Pletaaak!

Pak Erte mendaratkan pecinya ke kepala Boim dan Jupri. Sementara mbak Romlah tertawa cekikikan "Hihihi...rasain!" Ledeknya kepada kedua pemuda tersebut.

"Sekarang pada dengerin, yah! Sebagai Ketua RT. Gue wajib memelihara Romlah..."

"Abaaaang....!" Jerit mpok Saidah dari dalam rumah saat mendengar kalimat Pak Erte barusan.

"Aduuuh! Maksudnya, sebagai Ketua RT. Gue wajib memelihara kerukunan hidup antar warga..." Pak Erte memandangi wajah mbak Romlah sebentar, lalu ngelanjutin ceramahnya.

"Gue juga bertugas menangani masalah-masalah kemasyarakatan yang dialami warga. Nah, yang barusan elu-elu lakuin. Itu malah bikin resah, tau!" Sewot Pak Erte pada Boim dan jupri.

"Pak Erte. Kok cuma ane dan Boim yang diomelin?" Protes Jupri.

"Romlah denger kan, yang barusan abang omongin?" Tanya Pak Erte dengan suara pelan. Beda banget nadanya kalau lagi ngomong sama kedua pemuda tersebut.

Romlah mengangguk, sambil tersenyum menggoda iman. Sedangkan Boim dan Jupri menghela nafas panjang.

"Sekarang gue yang tentuin jadwal, elu-elu pade. Karena sudah kewajiban gue menjembatani  pelaksanaan kegiatan yang menghubungkan sesama anggota masyarakat dengan pemerintah daerah. Asalkan kegiatan tersebut tidah memecah kerukanan hidup antar warga. Mengerti...?" Lanjut Pak Erte dengan nada tegas.

Boim, Jupri dan mbak Romlah mengangguk setuju.

"Sekarang inget. Setiap hari Senin, Rabu dan Jum'at. Giliran Romlah yang sosialisasi Cagubnya, dengan kegiatan senam aerobik..." pak Erte diam sejenak. Lalu melanjutkan lagi perkataannya. "Kemudian khusus hari minggu pagi. Romlah boleh melatih senam kepada Ibu-ibu seperti biasa. Tapi tidak boleh memakai kaos bergambar Cagub dan atribut partai. Tapi wajib memakai pakaian senam yang biasa Romlah kenakan..."

Selesai menyampaikan keputusannya. Pak Erte berdiri dari duduknya dan bersiap masuk ke dalam rumah. Melihat hal tersebut Boim dan Jupri menyampaikan keberatannya.

"Pak Erte. Kok mbak Romlah mulu yang diatur jadwal kegiatannya. Giliran kita, kapan?" Protes Boim dan Jupri serempak.

"Karena elu bedua kerjanya protes mulu. Jadwal elu-elu pade, untuk sementara gue pending. Sampai batas waktu yang belum gue bisa tentuin. Titik!" Jawab pak Erte sambil ngeloyor masuk ke dalam dan menutup pintu rumahnya dengan satu hentakan.

"Gubraaak!"

(Selesai)

*kesamaan nama dan tokoh hanya kebetulan belaka. Sampai ketemu di serial Pak Erte berikutnya. Dalam waktu, ide dan kesempatan yang terus diusahain. 

Hihihi...

Salam Sendu, Tanpa Narkoba!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun