Pletaaak! Pletaaak!
Pak Erte mendaratkan pecinya ke kepala Boim dan Jupri. Sementara mbak Romlah tertawa cekikikan "Hihihi...rasain!" Ledeknya kepada kedua pemuda tersebut.
"Sekarang pada dengerin, yah! Sebagai Ketua RT. Gue wajib memelihara Romlah..."
"Abaaaang....!" Jerit mpok Saidah dari dalam rumah saat mendengar kalimat Pak Erte barusan.
"Aduuuh! Maksudnya, sebagai Ketua RT. Gue wajib memelihara kerukunan hidup antar warga..."Â Pak Erte memandangi wajah mbak Romlah sebentar, lalu ngelanjutin ceramahnya.
"Gue juga bertugas menangani masalah-masalah kemasyarakatan yang dialami warga. Nah, yang barusan elu-elu lakuin. Itu malah bikin resah, tau!"Â Sewot Pak Erte pada Boim dan jupri.
"Pak Erte. Kok cuma ane dan Boim yang diomelin?"Â Protes Jupri.
"Romlah denger kan, yang barusan abang omongin?" Tanya Pak Erte dengan suara pelan. Beda banget nadanya kalau lagi ngomong sama kedua pemuda tersebut.
Romlah mengangguk, sambil tersenyum menggoda iman. Sedangkan Boim dan Jupri menghela nafas panjang.
"Sekarang gue yang tentuin jadwal, elu-elu pade. Karena sudah kewajiban gue menjembatani  pelaksanaan kegiatan yang menghubungkan sesama anggota masyarakat dengan pemerintah daerah. Asalkan kegiatan tersebut tidah memecah kerukanan hidup antar warga. Mengerti...?" Lanjut Pak Erte dengan nada tegas.
Boim, Jupri dan mbak Romlah mengangguk setuju.