"Tauuk" Jawab istrinya singkat.
"Jangan-jangan masih ketinggalan di dapur, yak?" Sindir Pak Erte, agar istrinya terpancing ngadonin kopi.
"Abang liat aja sendiri di dapur!"Â Jawab empok Saideh sambil ngeloyor masuk ke peraduan.
Busyeet!
Pak Erte jadi keki. Perasaan dirinya pernah denger jawaban-jawaban singkat istrinya barusan. "Tapi dimana, yah?"Â Pak Erte jadi mikir dan garuk-garuk kepala.
Sementara Pak Erte terus mikir. Empok Saidah kembali lewat, masih dengan penampilan yang menurut Pak Erte nggak seperti biasanya. Dandanannya keren abis, mengenakan kebaya hijau tosca. Selendang berwarna lumut dan make-up menghiasi wajah.
Mpok Saidah berjalan dengan gerakan 'slow motion', persis dihadapan pak Erte yang belum move on dari bengongnya. Alhasil momen itu berlalu begitu saja, tanpa memberikan efek yang berarti bagi sang suami.
Tapi Empok Saidah nggak kehabisan akal, seperti kaset pita yang digulung menggunakan pensil. Mantan primadona Kampung Pinggir Kali tersebut melakukan gerakan rewind alias Berjalan mundur.
Jelas saja gerakan tersebut sulit dilakukan oleh Empok Saidah yang berbobot lima kali lipet beratnya, dari sekarung beras Raskin yang setiap bulannya dibagi-in buat warga. Betisnya aja udah kayak Talas Bogor.
Ujung-ujungnya bukan gerakan Moonwalk-nya, bang Michael Jackson yang didapet. Empok Saidah malah keserimpet kakinya sendiri, serta jatuh dengan pantatnya yang mendarat lebih dulu ke bumi.
Tuiiing, Buk!