"Di hari pertama sekolah, tidak hanya Anaknya  yang mendapatkan teman baru, tetapi bapaknya juga..." Begitu kira-kira yang terlintas di pikiran Badrun, sambil menyalakan rokoknya.
*****
Perempuan itu menghembuskan asap rokok dari bibirnya yang merah oleh lipstik. Noda merah itupun tampak menempel di ujung  filter rokoknya yang berwarna putih.
Wajahnya terlihat cantik dengan lapisan bedak dan pipi yang merona oleh sapuan make up. Tubuhnya yang sintal terlihat menggiurkan, dibalut oleh pakaiannya yang ketat.
Aroma parfum begitu menyerbak dan mungkin masih bisa tercium dari jarak beberapa langkah. Lebih dari cukup, untuk bisa membuat cuping hidung laki-laki yang beraada didekatnya, kembang kempis.
Sementara, Badrun terus mengawasi gerak-gerik perempuan tersebut dari jarak kejauhan. Mungkin sekitar tiga puluh meter, jika diukur dari tempanya duduk.
Badrun baru saja menarik resleting jaketnya, saat kedua matanya menangkap seorang pria memarkirkan motornya, tepat di depan perempuan yang terus diawasinya. Dari kejauhan Badrun masih bisa mendengar tawa perempuan tersebut, karena malam telah larut dan kendaraan juga sudah jarang yang melintas.
Tidak lama kemudian, perempuan tersebut sudah duduk di belakang jok motor pria tadi dan langsung membawanya pergi. Sesekali perempuan itu menoleh, ke arah Badrun.
Sementara pria yang menboncengnya, sama sekali tidak menyadari, kalau badrun terus menguntitnya. Dari mulai mereka pergi, sampai berhenti di depan sebuah hotel kelas melati.
*****
Selembar kertas yang bertuliskan 'Data Pribadi Siswa', masih tergeletak di atas meja. Hanya saja di sebelahnya bukan segelas kopi, melainkan sebuah asbak yang isinya puntung rokok Badrun yang masih menyala.