Mencari agen travel di internet
Kami nggak kenal siapapun yang tinggal di Medan atau Danau Toba, yang bisa ditanyai bagaimana caranya ke danau Toba. Danau itu luas, pastinya kami ingin mendapatkan lokasi terbaik. Di bagian utara? Area selatan? Wilayah timur? Atau daerah barat danau? Suamiku mempercayaiku untuk mengatur perjalanan ke sana. Selain bisa saja lebih murah karena aku orang Indonesia, aku bisa lebih luwes bertanya dalam bahasa Indonesia, walaupun suamiku juga bisa, sih tapi agak kaku. Lewat internet, aku menemukan 3 agen wisata. Itu bagus. Dengan begitu, aku bisa membandingkan, mana yang terbaik untuk kami berempat.
Akhirnya, aku memutuskan untuk mengambil agen yang terakhir. Alasan pertama, karena agen pertama sangat kurang ramah. Dari kalimat yang dikirim sebagai jawaban pertanyaanku, aku bertanya pada hati. Diriku mengatakan "Ini uangku, aku bebas menggunakannya dan berhak mendapatkan pelayanan terbaik dari awal hingga akhir. Ini orang kayak nggak butuh pelanggan baru. Terus, kok hatiku nggak sreg." Agen yang kedua, harganya kemahalan. Agen ketiga, selain namanya sangat indah (Lovely) dan merayu sugesti, antara harga dan tur yang ditawarkan sepadan. Agen terakhir memiliki staf perempuan yang ramah dan sabar dalam menjawab pertanyaanku. Maklum, aku ini cerewet pakai banget. Hahaha, sadar diri. Alasan terakhir karena agen ketiga adalah satu-satunya yang memberikan hadiah gratis Ulos. Yah, ibuk-ibuk dikasih iming-iming hadiah pasti serbu, dong. Itupun tertera dalam itinerary. Kain tradisional masyarakat Batak ini tentunya aku buru dan menjadi souvenir mantab karena dibuat tangan-tangan terampil ekonomi kreatif. Sebab lain, mungkin saja aku ini benar diberikan anugerah Tuhan untuk bisa membaca masa depan. Berlaga peramal. Tapi dugaanku tepat, kawan. Selama 5 hari 4 malam tur, hanya ada kesan positif bersama agen ketiga ini. Puas! Sopir sekaligus guide yang kami sebut sebagai Jet Lee Medan ini luar biasa mengawal kami:
- Menyetirnya aman.
- Penampilannya bersih dan rapi.
- Keterangan yang diceritakan selama perjalanan lengkap.
- Sayang dan ingat anak dan istri.
- Baik, ramah dan murah senyum.
- Rajin ibadah dan ingat Tuhan.
- Pandai bersyukur.
Mungkin satu pesan sangat singkat kepada agen tur ketiga yang kami pilih tadi; untuk menanyakan kepada wisatawan apakah ada alergi makanan tertentu, kan ada, tuh, orang alergi; putih telur, kacang atau udang. Orang Jerman begitu, tuh. Lantas sebaiknya, ada pilihan makanan sebelum dihidangkan. Kadang ada orang yang tidak menyukai pedas, ada vegetarian, ada orang yang tidak makan nasi tapi roti dan seterusnya. Sayang kalau makanan sudah capek-capek dimasak dan dihidangkan di meja, malah tidak dimakan karena kurang komunikasi.
Jadwal Tur 4 hari 3 malam
Tiba di Bandara Kuala Namu International Airport, Medan dari Kuala Lumpur. Nggak banyak antrian turis asing seperti di Jakarta. Suamiku senang sekali. Ia paling nggak sabar berdiri bagai ular, seperti di bandara Soekarno -- Hatta. Tak berapa lama, urusan visa beres, kami menuju hotel yang sudah kami booking dengan hotels dot com. Di situs itu kami mengumpulkan poin supaya bisa mendapatkan hadiah menginap gratis di hotel. Misalnya, kalau menginap 10 kali akan dapat satu kali gratis untuk menginap.
1.Hari pertama, ke Parapat.
Komunikasi dengan sopir sekaligus guide tur kami melalui Whatsapp terjalin dengan baik dan lancar. Terima kasih, internet! Kalau pakai telepati, kadang aku bisa tapi aku nggak yakin dia nyambung. Wkwkwk. Memang tidak semua orang punya tenaga dalam ini.
Pagi habis sarapan, kami turun tanpa bagasi. Di depan hotel JW Marriot Medan, sopir sudah menjemput. Lega, karena sebelumnya, pakai acara dompet jatuh segala. Sopir dan porter hotel membantu memasukkan koper di dalam bagasi belakang mobil Inova. Jam sudah menunjukkan pukul 9.30 WIB. Semua sudah siap, saatnya tur dimulai. Sebelum berangkat, kami diselempangi ulos dan ada dokumentasi, untuk laporan pimpinan tur. Wah, kami bak model cover majalah Kartini, bergaya dengan wastra keren itu.
Mobil meluncur pelan tapi pasti. Masjid, kelapa sawit ... itu dua hal yang melekat di ingatanku, memandangi jendela kaca mobil yang kami kendarai. Anak-anak kecapekan, mereka tertidur. Nggak terasa pukul 12, kami sudah tiba di toko oleh-oleh terkenal "PATEN", di mana ada oleh-oleh Tongtong, Tung-tung, Pangpang dan Pingping dijual. Kacangnya, asli gilingan masyarakat setempat. UMKM yang memang kudu disokong kita para wisatawan.
Setelah mencicipi satu-persatu, aku beli 4 kotak dan satu kacang telor, kesukaanku zaman kecil. Walaupun ada promosi kalau beli satu set gift berisi 12 item akan mendapatkan 1 bungkus gratis, aku nggak ambil. Mikir berat di koper. Padahal kami ini akan melakukan perjalan selama 3 minggu. Repot. Akhirnya aku dan suami naik mobil. Anak-anak ngambek nggak mau turun, untung ada AC, nggak kepanasan.