Adakah di antara kalian yang sudah pernah ke danau Toba? Pasti seru sekali ceritanya, sudah pernah berada di tempat yang indah dari bagian Indonesia barat. Jika belum, adakah di antara kalian yang bermimpi pergi ke sana suatu hari nanti? Belajar dari kesalahan yang aku lakukan selama tinggal di tanah air lalu harus pindah ke Jerman: jangan hanya ke luar negeri, ke luar kota atau ke luar pulau jangan sampai terlewatkan.
Asal Muasal Danau Toba
Seorang warga Jerman yang aku kenal berkali-kali bercerita bahwa dia sudah pernah ke Danau Toba. Itu waktu zamannya menpar RI Joop Ave. Yang ikut trip satu pesawat dari Jerman ke sana. Luar biasa. Dari Sumatra, mereka ke Jogja dengan kereta api. Perjalanan berakhir di Bali, di mana mereka terkesima dijamu bak raja-raja padahal orang biasa, oleh Raja Bali dan keluarganya. Iri pakai banget. Aku melongo "Ngaku jadi orang Indonesia, sudah ke luar negeri tapi kok, belum pernah ke Danau Toba?" Ngeres.
Akhirnya, aku ngobrol sama suami dan meminta pengertian anak-anak bahwa liburan ke Indonesia dalam rangka menjenguk eyang putri (red: ibuku), salah satu agenda wajib yang harus dikunjungi adalah Danau Toba!
"Kamu tahu, anak-anak bakalan bosan diajak ke sana. Jauh, lho, buk." Suamiku memperingatkanku. Memang suamiku paling malas untuk melakukan perjalanan darat yang melelahkan, apalagi jalannya kelak-kelok.
"Kamu tahu, pak, Danau Toba itu indah dan ajaib, ada ceritanya. Lagian sekarang sudah jadi 10 Bali baru. Itu destinasi keren yang dipromosikan negaraku. Kita harus ke sana." Aku mencoba membujuk suamiku yang ganteng itu, supaya ada "value" yang bisa aku jual hingga membuat keluarga kami terbujuk ke danau terbesar di Indonesia ini, daripada ke Bali atau Mangga Dua.
Waktu kecil, aku memang suka membaca buku cerita rakyat. Almarhum bapak selalu membeli buku untuk kami dan memenuhi lemari buku kami. Di antara kalian, ada yang tahu hikayat Danau Toba?
Begini ceritanya, dari baca-baca, aku tahu: Zaman dulu ada seorang pemuda bernama Toba. Selain meladang, pekerjaan pemuda yatim piatu itu adalah mencari ikan. Selain dimakan sendiri, ia menjualnya. Suatu hari, Toba memancing ikan. Kail pancingnya berhasil nyangkut di mulut seekor ikan yang besar, sesuai harapannya. Ikan aneh berwarna kuning keemasan itu diamatinya. Poop up! Tak dinyana, ikan berubah menjadi seorang perempuan cantik. Akhirnya, mereka menikah. Namanya princess, selalu ada syarat. Toba harus menjaga rahasia bahwa Putri adalah seekor ikan. Hingga di kemudian hari, mereka dikarunia anak laki-laki yang diberi nama Samosir. Kecil-kecil anak, kalau sudah besar menjadi onak. Samosir tumbuh menjadi pemuda yang malas, manja dan nakal.
Gemes pasti jadi orang tua. Suatu ketika, Samosir disuruh ibunya, mengantar makanan ke ayahnya yang ada di ladang. Di perjalanan, ia lelah dan istirahat sampai memakan sebagian dari bekal yang dibawanya. Toba sangat marah. Sudah seharian lelah bekerja dan lapar, hanya mendapatkan jatah makanan dan minuman yang sedikit. Saking marahnya karena si anak tidak amanah, ia mengumpat bahwa Samosir adalah anak keturunan ikan. Karena takut dimarahi sang ayah, Samosir lari ke ibunya dan mengadu. Tentu saja Putri murka, sebab Toba melanggar janji. Ia pegang tangan Samosir. Merekapun menghilang. Di tanah mereka berpijak, muncul air dari dalam bumi hingga menggenangi lembah tempat mereka tinggal sampai menjadi sebuah danau.
Yup, danau Toba! Sejak itu, pulau di tengah-tengah danau, lantas disebut penduduk sebagai pulau Samosir. Itu sebagai penanda bahwa di sanalah Samosir dan ibunya berdiri untuk terakhir kalinya hingga menghilang. Legenda yang luar biasa arif dan bijaksana: pertama, rajinlah bekerja. Kedua, peganglah janji. Ketiga, didiklah anak sebaik mungkin sejak dini. Keempat, penyesalan akhir tiada guna! Tuh, keren banget legenda danau Toba dan pulau Samosir, bukan. Masak nggak dibela-belain ke sana?