Ah, Indonesia ... saya jadi ingat, kisah saya ikut tes kapal SEAP di mana menang di semua tes dan hanya gagal di ujian ketinggian karena saya hanya 1,5m.
"Coba sepatu haknya dilepas ..." Kata mas juri berkacamata itu.
"Mati, dah, nggak jadi naik kapal keliling 7 negara ASEAN." Saya ngakak dan berjanji bahwa saya harus keliling dunia meski badan semampai.
Tapi ya, sutralah, memang ketentuan dari Lembaga; 1,65 m. Kalaulah pintar otaknya, jikalah pandai berdiplomasi, andailah mahir di bidang seni, ketika cakap berbahasa asing, semua itu tidak berlaku! Ke laut aje ....
Apa hikmahnya? Dalam hidup ini, saya harus mencari kesempatan apapun, di mana urusan tinggi badan bukan menjadi prasyaratnya. Tuhan menciptakan segala kelebihan pada setiap manusia. Kalau ada kekurangannya, gunakan keuntungan yang didapat. Pasti bisa. Percayalah. Jemput bola! Eaaaa ...
Bisu pun boleh ikut kontes
Dari soal tinggi badan, kita beralih ke soal keterbatasan panca indera; mata, hidung, telinga, mulut dan kulit.
Di Jerman, mereka yang memiliki keterbatasan saat lahir akan mendapat sokongan dari pemerintah. Banyak fasilitas yang diberikan dan tentu masyarakat memberikan ruang bagi mereka. Ini bagus dan wajib ditiru negara RI.
Sepertihalnya GNTM. Lembaga itu tak hanya mengizinkan gadis "semeter tak sampai" kayak saya untuk ikut, yang bisu pun boleeeeeh. Kurang apa?
Adalah Maria dari Flensburg. Gadis cantik berambut pirang itu terlahir bisu dan tuli. Ayah dan ibunya juga begitu. Katanya ia adalah generasi ketiga yang bisu.
Untuk berkomunikasi, ia belajar bahasa isyarat sejak kecil. Kini, pacarnya pun juga belajar bahasa yang sama untuk membina hubungan cinta. Katanya, jika orang-orang di sekitarnya bicara pelan-pelan, ia bisa membaca bibir lawan bicaranya dan mengerti apa yang dimaksud.