Dari semua perbincangan dengan Gregg, banyak inspirasi yang saya dapat darinya.
Pertama, cintailah Indonesia seperti orang asing mencintai Indonesia. Saya masih ingat cara Gregg sampai ke Indonesia. Ia harus ke sana-ke mari mencari sponsor supaya ia dan team bisa keliling Indonesia untuk mengambil foto dan video. Padahal orang Indonesia yang sudah berada di tempat, malah ingin ke luar negeri. Bagaimana ini? Bukankah lebih dekat dan lebih mudah wisata lokal? Jangan-jangan lebih tahu detil negara orang daripada negeri sendiri... seperti saya.
Menurutnya, Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan kekayaan alam. Ini bisa menjadi taman bermain bagi turis sampai fotografer manapun. Tidak hanya fotografer dunia tapi fotografer lokal yang ada di bumi nusantara. Karena kalau pemiliknya bisa datang kapan saja, orang asing harus jauh-jauh dan mahal untuk ke Indonesia. Sangat disayangkan jika orang Indonesia tidak mengapresiasi ini dengan memanfaatkannya dan justru tergiur jalan-jalan atau memotret negeri tetangga saja.
Yah, sudah waktunya memang bahwa setiap orang Indonesia yakin bahwa Indonesia itu indah, "wonderful Indonesia"! Salah satu cara adalah dengan zoom seperti yang digeber Koteka demi mengangkat keindahan Indonesia.
Selama gelar wicara, Gregg berhasil mengungkapkan perasaan luar biasa mengelilingi Indonesia. Dengarkan saja bagaimana ia terpesona keindahan Kawah Ijen, Borobodur, Tumpak Sewu di Malang dan Kampung Pelangi. Kalau orang-orang Indonesia yang berkunjung ke tempat itu, hanya datang dan potret sana-sini lalu pergi, Gregg bisa jam-jaman mengamati detilnya. Tidak akan pernah puas untuk menatap dan menikmatinya, tidak akan lekas pergi bahkan paling parah, Gregg tidak mau diajak pulang! Kacau acaranya.
Ia menyebut angka minimal 5000 euro untuk ke Indonesia. Tidak jelas apakah itu bea per orang atau bagaimana. Pasti WNI yang tinggal Indonesia sendiri tidak memerlukan dana sebesar itu. Meskipun demikian, ia tak akan kapok kembali ke Indonesia.
Yang paling aktual, ia berencana ke pulau Komodo untuk bertemu Komodo dan suku asli Dayak dalam waktu dekat. Ia yakin, tempat-tempat itu sangat unik dan tiada duanya. Antusiasnya sangat besar untuk mengambil gambar dan video di sana. Karena jika terlewat begitu saja, ia akan rugi lantaran tempat tinggalnya sangat jauh. Momen harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Di tempat tinggalnya di California hanya ada pantai saja, sudah. Iapun saya kompori untuk pergi ke Toraja dan Raja Ampat sekalian.
Waduh, tak disangka, sudah banyak undangan dari peserta zoom supaya mas Gregg mampir jika benar tiba di Indonesia. Biasa, ini biasa. Keramahan orang Indonesia yang tiada tara memang satu pesona.
Jika kalian bertemu orang seperti Gregg atau orang asing lain yang sangat mencintai Indonesia, pasti akan malu sendiri. Seperti saat saya bertandang ke bapak Smend yang mendirikan museum batik di Cologne, melihat bapak Werner yang memiliki museum Papua di dekat Frankfurt dan masih banyak lagi. Mereka ini sungguh mencintai Indonesia lebih dari kita sebagi sang pemilik bangsa. Mengumpulkan benda-benda bangsa kita dengan dana sendiri untuk dipamerkan kepada dunia. Kepedulian mereka terhadap kekayaan budaya bangsa kita melebihi kemampuan rata-rata WNI. Bukankah itu luar biasa?
Kedua, jika punya bakat harus diasah dan jangan dibiarkan begitu saja.