Dari kecil memang saya terkenal sebagai anak yang cerewet. Maklum di rumah banyak anak laki-laki, jadinya sebagai anak perempuan merasa wajib cerewet supaya rumah rame. Dan sepertinya buah tak jauh jatuhnya dari pohon lantaran melihat bapak suka berbicara di muka umum. Saya tiru.
Begitu tahu bahwa saya suka ngomong, waktu SMA suka mendengarkan radio dan berandai-andai jadi penyiar. Sepertinya banyak teman-teman yang berpikiran sama waktu itu.
Ya, dulu begitu lulus D1 saya segera melamar sebagai penyiar. Selama 11 tahun di radio itulah, saya belajar otodidak untuk berbicara mulai dimuka corong sampai di depan orang (ketika ada tamu dalam talkshow atau panggung).
Alamak, tak perlu melamar jadi penyiar dulu sebelum jadi narsum zoom. Untuk menyiasati supaya kita bisa ngomong aka cerita, bukankah sudah ada power poin. Ini bisa kita baca atau jadi outline supaya ngomongnya teratur.
Sebarin di media sosial
Flyer dari panitia biasanya akan kita dapatkan. Ini bisa kita masukkan di semua media sosial yang kita punya. Selain sebagai undangan bagi teman di daftar kita, ini promo, personalk branding kita. Siapa tahu, ada yang tertarik untuk mengundang kita.
Dengan mengikuti jejak apa saja yang sudah kita lakukan akan menanamkan kepercayaan pada para calon panitia zoom yang akan menjadikan kita narasumber.
Kalau tidak disebarin, darimana orang lain tahu apa yang kita kerjakan?
***
Tuh, sudah banyak rahasia atau tips yang sudah saya praktekkan dan bisa kalian terapkan di hari-hari depan.
Siapa tahu, dalam waktu dekat, akan ada rejeki bahwa kalian sebagai warga biasa seperti saya, menjadi narasumber di salah satu atau salah dua zoom.