Lantaran nggak enak ribut terus di sosmed, suami saya memutuskan untuk mengikuti nasihat salah satu anggota yang membelanya "Bikin saja group sejarah kota, sendiri." Supaya nggak ketemu sama si hater lagi.
Dibuatlah group kota klasik yang hanya menampilkan foto-foto lama kota. Mula-mula, ia mengundang anggota komunitas kota tadi yang membelanya. Lalu bermunculan penduduk kota setempat lainnya yang tertarik daftar jadi anggota komunitas kota khusus untuk membicarakan soal kota zaman dulu.
Nggak heran jika selama sebulan, suami saya sudah punya lebih dari 1000 anggota. Yang menyenangkan adalah, anggotanya aktif. Sekali ada yang memposting gambar bangunan lama kota zaman dulu atau foto lama waktu di kota, yang komentar banyak. Artinya, komunitas itu nggak sekedar nama atau hanya buat posting gambar atau foto tapi ... berinteraksi.
Sebagai founder dan satu-satunya admin, suami saya merasa paling berkuasa untuk menentukan aturan dan memilih siapa yang boleh masuk ke dalam komunitas. Lucu, beberapa minggu kemudian, si hater yang suka menghujat ingin juga jadi member. "Maaf, ya, kamu nggak diterima" pikir suami saya. "Sanese mawon", yang lain saja. Ada rasa mengalahkan hater dengan cara halus di sana.
2. Menutup kolom komentar
Apa kenangan magic bersama kenalan baru dalam hidup kalian? Saya pernah ketemu Princess Syahrini di St. Moritz, Swiss waktu berlibur tahun 2018 gara-gara diajak Kompasianer Eberle. Bersama dengan artis Jekardah tanpa jarak 1 cm itu membuat saya masygul. Artis juga manusia biasa, ia punya rasa-punya hati.
Waktu itu, habis kami masakin di flat, dia bilang "Saya didoain dapat suami yang baik, ya." Kepala saya mengangguk. Dan benar bahwa tahun 2019, Syahrini menikah dengan Reino. Pernikahan kontroversial karena tadinya Reino pacaran sama Luna, putus, nggak jadi nikah. Buntutnya, banyak orang menuding Syahrini adalah penyebabnya.
Orang kalau nggak tahu cerita aslinya itu suka ngarang, berfantasi. Jadinya gitu, usai pernikahan banyak hujatan, komentar pedas yang nggak enak dibaca atau didengar.
Kalau saya bilang, semua itu sudah ada yang ngatur. "Ajining diri gumantung saka lati" atau harga diri seseorang itu berhubungan dengan mulut (dan perbuatannya). Kalau sudah menanam berarti kan menuai. Setuju?
Nah, demi ketentraman hidup, Syahrini menutup semua kolom komentar di Instagram (story dan post) sampai hari ini. Nggak enak, dong, asyik-asyik posting ... dapat feedback yang lebih pedas dari sambal uleg 1 kilo atau sambitan seribu sandal. Dengan tidak menerima komentar, hidup Syah jadi lebih santai nggak kepikiran yang aneh-aneh omongan orang. Iya, nggak?
Sekarang Incess tetap posting dengan leluasa dan "haters tetap menggonggong di sana- sini" tapi setidaknya nggak terdeteksi di akun pribadi.