Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

(Koteka5Tahun) Mengapa Harus Malu Ngumpulin Sabun dan Shampoo Hotel?

18 April 2020   20:19 Diperbarui: 18 April 2020   20:22 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artikel ini mendukung Kompasiana-komunitas Lawan Corona (dok.Kompasiana).

Heran, sabun yang harganya 0,19 sen 0,29 sen atau kira-kira 5 ribuan rupiah semua habis. Rak-raknya kosong. Seperti rak-rak kertas toilet dan tepung terigu yang tak bertuan. Adanya yang 1-2 euro atau 5 kali lebih mahal harganya dari harga normal. Kemana larinya barang-barang itu? Siapa yang mborong? 

Ya, sudah akhirnya kami nggak jadi beli.

Oiiiiii. Seingat saya di lemari kamar mandi masih banyak tumpukan sabun dan shampoo yang dikumpulkan selama traveling selama ini dari hotel ini-itu. Artinya, bisa dipakai, dong.

Sama halnya dengan keluarga saya di Indonesia, mereka mendapat manfaat. Selama kami traveling di tanah air, saya tetep lanjutin hobi kumpulin sabun, shampoo dan tetek bengek lainnya. 

Lantaran nggak bisa dibawa ke Jerman karena menuh-menuhin koper, jadi ditinggal buat keluarga di Indonesia supaya lebih bermanfaat kalau nggak lusa atau di lain hari. Sedangkan sikat gigi hotel untuk anak-anak di pulau-pulau kecil Indonesia, supaya gigi mereka rajin disikat dan nggak bolong. 

Anak Indonesia giginya harus terawat, dong. Ke dokter gigi dan perawatan gigi mahallll, semaksimal mungkin harus menjaga gigi tetap sehat dan bersih.

Sedangkan koper-koper kami ke Jerman lebih baik diisi bumbu dan baju tradisional Indonesia untuk pernak-pernik menari di luar negeri karena di sana nggak ada yang jual. Paling banter satu-dua saja sabun dan shampoo  hotel tertentu yang terbawa sampai rumah, misalnya karena tempatnya keren, mewah atau mengesankan.

Kompasianer, itulah hikmahnya, peninggalan sabun dan shampoo bisa digunakan di masa corona. Iya, kan harus banyak kali cuci tangan supaya virusnya pada nggak nempel. Akibatnya keluarga jadi boros memakai sabun. Ah, ini rupanya masa panen dari hobi koleksi sabun dan shampoo hotel. Jadi, mengapa harus malu membawanya pulang? Hemat pangkal kaya (sabun dan shampoo).

Ini sabunku, mana sabunmu (dok.Gaganawati)
Ini sabunku, mana sabunmu (dok.Gaganawati)
Shampoo dan sabun cair (dok.Gaganawati)
Shampoo dan sabun cair (dok.Gaganawati)
Dari Indonesia sampai Eropa (dok.Gaganawati)
Dari Indonesia sampai Eropa (dok.Gaganawati)
Selalu ada hikmah (dok.Gaganawati)
Selalu ada hikmah (dok.Gaganawati)
Jangan Buang Pretilan Sisa-Sisa Sabun

Hanya saja, sabun kalau dari hotel kan ukurannya sak unyil. Sabun jadi cepat menipis atau mengecil. Untuk orang yang nggak telaten, pretilan sabun langsung dibuang. Padahal, pretilan-pretilan bisa loh disulap jadi jadi sabun yang agak besar dan digunakan lagi.

Lantas, bagaimana caranya supaya mereka menyatu? Gampang banget. Tinggal mengumpulkan pretilan dalam satu wadah dan merendam mereka dengan air dalam beberapa saat, jangan lama-lama nanti malah menyublim. 

Setelah itu buang air, tekan pelan-pelan supaya menyatu. Kalau terlalu keras, serpihan sabun yang lunak akan hancur dan malas gabung. Sesudah kering, sabun akan padat dan bisa digunakan. Gampang banget, kan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun