Kepala tetangga saya itu menggeleng berulang kali. Kepalanya yang botak sedikit menunduk menghadap lantai yang dingin meski musim panas telah dimulai. Ia seperti ingin mengulang masa lalu dan menampakkan kebahagiaan seperti wajah anak-anak dan orang kampung yang dibagi coklat dari Jerman Tempo hari.
Saya kira ia betul. Perasaan yang sama ketika saya datang ke daerah pedesaan di tanah air. Makan nggak makan kumpul! Orang-orang yang rata-rata punya energi baik dalam kehidupan. Meski nggak punya tetap bahagia, meski punya sedikit dibagi-bagi, meski nggak tahu besok makan apa tetap bersyukur dan menikmati hidup bersama keluarga dan sanak saudara. Senyum ramah nan bahagia selalu menghias wajah-wajah orang Indonesia.
***
Baiklah, itu tadi sekelumit cerita orang Jerman yang merasakan energi positif orang Indonesia. Ia berjanji menjadikan energi baik kita sebagai "bahan bakar" tinggal di Jerman. Selama 30 tahun ini, ia lupa tentang hal sepele yang bisa jadi gawe kalau terlewatkan. Hal itu diiyakan suami saya. Selalu ada hati yang diletakkan dalam hidup saat bersosialisasi dan berkarya.
Memang dalam kehidupan sehari-hari manusia di belahan dunia mana pun pasti membutuhkan energi baik untuk selalu punya semangat hidup, kreatif, inovatif dan berkarya di bidangnya masing-masing. Supaya ke depan siapapun yang mendapat inspirasi dari energi baik orang Indonesia pada umumnya itu akan menjadi pribadi yang berkualitas, begitu seterusnya, ia akan meneruskan dampak positif tersebut kepada orang lain. Jangan hanya lanjut energi negatif atau kumpul sama orang berpikiran negatif.
Sekarang, bagaimana dengan Kompasianer? Kita sudah dicap orang Jerman berenergi baik. Bukankah itu jadi "gas negara" kita? Karakteristik orang dari negara kesatuan Republik Indonesia. Tinggal bagaimana kita mengaktualisasikannya saja. Sekaranglah saatnya, jika kemaren sempat lupa.
"Energi baik, ada di dalam diri saya dan saya menularkannya." Ya, mari tetap pandai bersyukur, wajah tersenyum dan merasa bahagia karena kita bukan orang biasa. Kita ini orang Indonesia.(G76).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H