Pandai bersyukur, rajin tersenyum dan selalu bahagia! Itu energi positif orang Indonesia yang bikin orang Jerman iri.
Setidaknya, itu yang diungkapkan tetangga saya baru-baru ini.
Ehem. Ceritanya begini, ada cabang pabrik Jerman yang buka di Semarang. Teknisi bagian mesin yang kebetulan adalah tetangga saya itu terpilih perusahaan untuk memberikan training pada para pekerja baru di sana.
Sebelum berangkat, ia menghubungi kami. Ia pengen tahu apa yang harus ia persiapkan dan bagaimana hidup di Semarang. Tentu saja saya yang orang Semarang dengan senang hati berbagi. Promosi tentang Indonesia pasti nggak terlupa. Tak ketinggalan suami saya yang pernah bekerja bertahun-tahun di sana.
Karena kami rasa komunikasi lewat Gadget ngga cukup, saya usul mengunjungi rumahnya pada acara pamitan, semalam sebelum keberangkatan.
Pada kunjungan kami itu, kebetulan keluarga besarnya kumpul. Maklum, meski punya paspor Jerman ia itu asli keturunan orang Turki, kekeluargaannya masih kental dibanding orang Jerman.
Dalam percakapan kami di rumahnya itulah, saya hampir saja dibalang kebab, makanan ciptaan orang Turki untuk orang Jerman. Yakni roti dengan isi irisan daging dan sayur segar disiram saus. Itu bikin kenyang, rasanya pun nendang.
"Hati-hati ya, banyak perempuan cantik di Indonesia. Ada, lho perempuan yang udah tahu laki-laki pakai cincin kawin, udah punya istri masih saja flirting, menggodaaaa. Apalagi kamu orang asing. Kulitnya putih, matanya Ijo, hidung mancung, tinggi dan besar. Spesies unik, orang pikir duitnya banyak kalau dikurs rupiah. Sasaran empuk untuk digoda." Ujar saya polos.
Pernah suatu hari geram di jalan tol, waktu suami bayar tol, di belakang tiket ada No HP dari si gadis Sonsi. Padahal jelas-jelas saya ada di sebelah suami. OMG. Mungkin saya dikira pembantu atau baby sitter? Astagagagana. Please, dehhh.
"Lahhhh kalo gitu, kamu nggak usah berangkat besok ke Semarang, deh. Tinggal di rumah saja. Takut nanti pulang-pulang dari Indonesia kamu punya pacar baru. Ihhh, Gana kamu ceritanya seremmmmm. Jahatttttt." Tangan istri si pria mengacungkan roti kebab dari dapur. Semua tamu tertawa. Entah mentertawakan cerita saya, senang saya mau dibalang atau mengira saya dakocan.
"Wah kamu kurang piknik, di Semarang itu mungkin saja terjadi. Aku sudah pernah tinggal lama di sana. Aku sering digoda wanita." Suami saya nambah-nambahin gemes. Huuuhh.