Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kapan Botol Refund Marak di Indonesia?

8 September 2017   18:21 Diperbarui: 11 September 2017   21:33 2121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Botol non refundable Indonesia (dok.Gana)

Dari masalah sampah, khususnya plastik tadi, ada baiknya kalau Indonesia memberlakukan botol refund, nggak hanya wacana "botol yang bisa diurai di tanah." Ide yang boleh dicoba, sih. Sayangnya, botolnya nggak salah, perlu diingat pelakunya yang nggak beraturan, ya manusia! Manusialah yang harus pertama diatur.

Memang saya dengar di tanah air, ada penyalahgunaan botol plastik bekas yang hanya dicuci atau dicat ulang dan diperjualbelikan lagi setelah diisi. Itu oknum.

Nggak rugi kok, mencontoh Jerman dan negara lainnya yang telah berhasil memberlakukan refund secara turun temurun. Nggak 100% dijamin botol tidak dibuang sembarangan karena di kota besar Jerman masih banyak botol berserakan. Khususnya terlihat di tempat umum yang biasa ditongkrongi anak muda. Namun, secara massal pengurangan buang botol sudah jamak dan jadi gaya hidup.

Setidaknya dengan refund, masyarakat ikut terdidik cinta lingkungan dan berhemat, mengembalikan botol ke penjualnya/toko atau memasukkan ke mesin pengembalian botol (plastik-gelas) dan mendapat uang kembali karena dulu sudah membayar. Ada rasa eman-eman jika botol minuman dibuang percuma karena sudah bayar refund di muka waktu beli. Akhirnya, ya, diminta lagi uang refund dan botol dikumpulkan. Di rumah kami seminggu bisa dapat 15 euroan alias 200 ribuan K. Lumayan kan? Bisa buat beli daging, keju, susu, sayur, buah atau telur untuk gizi keluarga.

Oh, ya. Di Jerman misalnya botol plastik ukuran 250 ml sampai 1,5 liter dihargai 0,25. Botol gelas ada yang 0,08 sampai 0,30 tergantung merk dan bentuknya. Mungkin di negeri kita bandrol harga refund-nya beda.

Sekarang, bagaimana dengan Indonesia? Berapa jumlah sampah botol plastik yang dihasilkan tiap rumah tangga selama seminggu? Setahun? Seumur hidup? Lalu, tanpa didaur ulang dan berserakan?

Bermimpi, botol refund marak di tanah air tercinta dan jika saya datang lagi ke Indonesia, nggak bakal nemu sampah khususnya botol plastik di mana-mana lagi. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun