Dari masalah sampah, khususnya plastik tadi, ada baiknya kalau Indonesia memberlakukan botol refund, nggak hanya wacana "botol yang bisa diurai di tanah." Ide yang boleh dicoba, sih. Sayangnya, botolnya nggak salah, perlu diingat pelakunya yang nggak beraturan, ya manusia! Manusialah yang harus pertama diatur.
Memang saya dengar di tanah air, ada penyalahgunaan botol plastik bekas yang hanya dicuci atau dicat ulang dan diperjualbelikan lagi setelah diisi. Itu oknum.
Nggak rugi kok, mencontoh Jerman dan negara lainnya yang telah berhasil memberlakukan refund secara turun temurun. Nggak 100% dijamin botol tidak dibuang sembarangan karena di kota besar Jerman masih banyak botol berserakan. Khususnya terlihat di tempat umum yang biasa ditongkrongi anak muda. Namun, secara massal pengurangan buang botol sudah jamak dan jadi gaya hidup.
Setidaknya dengan refund, masyarakat ikut terdidik cinta lingkungan dan berhemat, mengembalikan botol ke penjualnya/toko atau memasukkan ke mesin pengembalian botol (plastik-gelas) dan mendapat uang kembali karena dulu sudah membayar. Ada rasa eman-eman jika botol minuman dibuang percuma karena sudah bayar refund di muka waktu beli. Akhirnya, ya, diminta lagi uang refund dan botol dikumpulkan. Di rumah kami seminggu bisa dapat 15 euroan alias 200 ribuan K. Lumayan kan? Bisa buat beli daging, keju, susu, sayur, buah atau telur untuk gizi keluarga.
Oh, ya. Di Jerman misalnya botol plastik ukuran 250 ml sampai 1,5 liter dihargai 0,25. Botol gelas ada yang 0,08 sampai 0,30 tergantung merk dan bentuknya. Mungkin di negeri kita bandrol harga refund-nya beda.
Sekarang, bagaimana dengan Indonesia? Berapa jumlah sampah botol plastik yang dihasilkan tiap rumah tangga selama seminggu? Setahun? Seumur hidup? Lalu, tanpa didaur ulang dan berserakan?
Bermimpi, botol refund marak di tanah air tercinta dan jika saya datang lagi ke Indonesia, nggak bakal nemu sampah khususnya botol plastik di mana-mana lagi. (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H