Ketika di rumah, saya tanya anak. Ia menceritakan kejadian dari awal hingga akhir. Akhirnya, ketemu ujungnya. bahwa anak si mami tadi memang yang mulai. Artinya, sebelum keluar umpatan “pelacur“ tadi, anak si mami sudah membuat gara-gara duluan. Bisa saja caci maki keluar-berikut cengkeraman kerah baju, sebagai bentuk pertahanan diri dari anak lainnya.
Pahami karakter anak
Ibu saya pernah bilang “Endhog pitik netese dhewe-dhewe“ bahwa telur anak ayam akan menetas di waktu yang berbeda. Dari situ, bisa ditilik karakter yang berbeda dari setiap anak yang dilahirkan di dunia ini. Meski satu ibu, tetap saja beda karakternya. Ada yang gampang, ada yang biasa-biasa saja dan ada yang sulitnya minta ampun.
Memahami karakter anak juga perlu dalam mendidik mereka tumbuh dan berkembang dengan semestinya.
Kalau sudah paham karakter anak, orang tua punya cara jitu untuk menyelesaikan masalah. Seperti pawang.
Sebagai gambaran, ada anak yang suka berbohong dan melakukan segala cara untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Jangan sampai orang tua mendukungnya dengan selalu melindungi, menutupi kesalahan anak dan menganggap anaknya selalu benar. Ada lho, orang tua seperti itu.
Harusnya, orang tua mengajarkannya untuk tidak berbohong karena kata orang Jerman “Lüge hat kurze Beine“, jika sering berbohong akan ketahuan juga suatu hari nanti. Sekali berkata jujur, tidak akan dipercaya.
OK, termasuk orang tua yang bagaimanakah, Kompasianer? G76)