Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenalkan Gambyong Pada Publik Jerman

1 Oktober 2015   16:14 Diperbarui: 1 Oktober 2015   17:04 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nah, karena bajunya ada nuansa oranye, saya pakai lipstik oranye dan eyeshadow dengan nada sama.

Rambut memang harus disanggul. Waduh. Tak pernah sekalipun dalam hidup saya menarikan tari Gambyong. Melihat dalam acara perkawinan, wisuda, peresmian gedung dan acara resmi lainnya, bahkan melihat orang salon menyanggul atau merias orang, sudah biasa. Saya termasuk orang yang kalau ada sesuatu yang menarik, menyimak detilnya. Eh, sekarang harus nyanggul ... melakukan sendiri? Ya, ampuuuun, nggak gampang ki!

Ahhhhh, nggak boleh nyerah. Kalau ada kemauan pasti ada jalan. Saya bertekat, “Nggak ada salon Jawa, harus bisa. Ayo, dicoba!“

Ya, udah, dicoba. Untuk dandanan rambut sudah saya siapkan sunduk mentul 3 buah, roncen melati plastik, sisir sasak, sisir hias, jepit, hairspray/lack, hairdryer dan tusuk konde. 

Rambut dibagi dua. Satu untuk disasak. Satu dikucir kuda. Setiap sisi rambut yang disasak ditarik ke belakang pelan-pelan dengan sisir sasak, semprot dengan hairlack lalu dijepit biar tetap rapi. Tak lama kemudian, selesai dari kiri ke kanan.

Taraaa ... setelah menyasak rambut dan jadi dalam waktu 30 menit saya mematut diri di kaca ukuran 2x1 meter. Hai rambut, kasihan kau, dijambak-jambak.

Selanjutnya, pasang gelungnya di kuciran (kuda) rambut yang sudah dijepit rambut. Pasangi tusuk konde kanan, kiri dan tengah lalu sekelilingnya dengan jepit rambut (biting). Disusul sunduk mentul di kanan, sisir hias di tengah dan ronce melati di kiri.

 

 

Pakaian

Pernah baca-baca, karena dulunya digunakan sebagai tarian syukur pada dewi Sri saat panen, warna hijau dan kuning yang melambangkan hasil bumi memang banyak dipilih. Meski ada juga yang pilih warna merah, biru atau oranye.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun