"Saya merasa sulit untuk menempatkan diri di sini, dan kurang adanya konsistensi dari pihak yang berbicara. Misalnya, mereka mengatakan penginjilan itu mudah, tetapi mereka sendiri mungkin mengalami banyak kegagalan," ujarnya.
Ia menyoroti perbedaan pemikiran antar pembicara, di mana ada yang menyarankan untuk langsung bertanya tentang agama, sedangkan ada yang menyatakan bahwa itu tidak etis, terutama di Malang. Â Rafika juga menilai bahwa materi seminar kurang dapat diterapkan di tempat perkuliahan, khususnya di STT. Ia mengusulkan agar pada seminar berikutnya ada topik tentang pengalaman penginjilan yang didampingi oleh orang profesional langsung, agar peserta dapat lebih memahami praktik penginjilan dengan lebih baik.
Jannice Setiawan menyampaikan saran terkait seminar penginjilan yang diadakan. "Saran saya, adakan seminar yang belum pernah mahasiswa SATI ikuti, karena seminar mengenai penginjilan sudah terlalu sering dan kami sudah mendapatkannya di seminar-seminar sebelumnya. Selain itu, saya juga berharap para pembicara tidak terlalu mengulang apa yang sudah dibicarakan dan tidak bertele-tele," ujarnya.
Di akhir seminar, para pemateri menyampaikan visi dan harapan mereka. Frans mengungkapkan visinya yang kuat untuk gereja Tuhan di Indonesia. "Visi yang Tuhan taruh dalam hati saya adalah akan ada kebangkitan gereja Tuhan di Indonesia melalui pemberitaan Injil. Gereja Tuhan akan bangkit menjadi saksi Kristus di marketplace mereka," ujarnya.
Frans melanjutkan harapannya untuk peserta pelatihan penginjilan. "Saya berharap mereka yang telah mengikuti pelatihan ini akan mulai memiliki hati yang bersemangat untuk mengasihi semua orang dan memberikan Injil di mana saja ada kesempatan, serta membawa banyak orang kepada Yesus."
Motivasi Frans untuk berbagi pengetahuan dan pengalamannya juga sangat jelas. "Tuhan telah memberkati saya dengan banyak pengalaman dan pengetahuan dalam penginjilan, dan Dia memerintahkan saya untuk berbagi kepada gereja Tuhan, supaya mereka juga bangkit dan memberitakan Injil," jelasnya.
Dalam seminar ini, pemateri Rudi juga menyampaikan kerinduannya untuk membagikan hati Tuhan kepada mereka yang terhilang. "Saya ingin membagikan hati Tuhan untuk mereka yang terhilang, seperti Tuhan Yesus mengasihi yang terhilang, melalui tiga perumpamaan Yesus dalam Lukas 15, yaitu domba yang hilang dan dirham yang hilang. Demikian pula, saya berharap anak-anak SATI memiliki hati yang sama untuk mereka yang terhilang," ungkapnya.
Ia melanjutkan dengan menyatakan komitmennya untuk bekerja sama dengan rekan-rekannya di SATI. "Begitu banyak yang terhilang. Mari kita, saya dan rekan-rekan di SATI, bergandengan tangan untuk membawa banyak jiwa masuk ke dalam Kerajaan Allah," ajaknya.
Dengan semangat ini, Rudi berharap agar semua peserta dapat terinspirasi untuk melakukan tindakan nyata dalam penginjilan dan menyebarkan kasih Tuhan kepada sesama.
Begiti pula dengan pembicara seminar ini, Salvinus menyampaikan harapannya agar mahasiswa dan mahasiswi SATI memiliki pengalaman yang indah dalam praktek penginjilan pribadi. "Kami berharap mahasiswa/mahasiswi SATI dapat merasakan panggilan Tuhan dan merasakan hati Tuhan untuk yang terhilang," ujarnya.
Salvinus mengungkapkan keinginan untuk melihat generasi baru yang bangkit dengan semangat misi. "Kami memiliki umur terbatas dan telah lama meminta kepada Tuhan agar muncul generasi baru di Indonesia yang berapi-api untuk memenangkan jiwa-jiwa di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, kami pergi ke setiap tempat di Indonesia, termasuk SATI, agar api semangat misi ini ada di sini," jelasnya.