Simson, menambahkan bahwa bersaksi harus menjadi gaya hidup yang konsisten. "Kita harus belajar dari Yosua (Yosua 1:7) dan tidak lari dari panggilan Tuhan, karena kita akan menderita jika melakukannya. Kita juga perlu memiliki mentor dan menjadi mentor bagi orang lain," ujarnya.
Simson menekankan pentingnya karakter dan integritas dalam bersaksi, serta kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat agar tidak menyinggung perasaan orang lain. "Ketika kita tidak memiliki beban dalam menginjil, kita harus waspada terhadap roh yang menghalangi, seperti roh Yunus yang enggan menyelamatkan orang lain," tambahnya.
Rudy, memperkuat pesan bahwa penginjilan harus menjadi bagian dari gaya hidup kita. "Kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja. Jadilah diri sendiri. Dengan karakter dan gaya yang Tuhan berikan, kita dapat menyampaikan Injil kepada siapa saja," ujarnya. Rudi juga menekankan pentingnya melanjutkan penginjilan dengan pemuridan, menjadikan penginjilan sebagai pintu masuk untuk membangun komunitas yang kuat dalam iman.
Rudy juga menjelaskan pentingnya peran Roh Kudus dalam hidupnya. "Bagi saya, Roh Kudus adalah Allah dan juga pribadi yang dekat dengan saya, sebagai Penolong. Roh Kudus lah yang selalu mengingatkan saya tentang banyak hal, termasuk dalam memberitakan Injil," tambahnya.
Seminar ini diakhiri dengan sesi tanya jawab yang dinamis, di mana peserta bertanya tentang tantangan dalam penginjilan dan bagaimana mengatasinya. Para narasumber memberikan wawasan dan dorongan untuk terus memberitakan Injil dengan keberanian dan kepercayaan pada kuasa Tuhan. Dengan semangat yang membara, peserta diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip yang telah dibagikan dan menjadi saksi Kristus di tengah masyarakat.
Christian Inarkombu, salah satau mahasiswa menyampaikan rasa senangnya terhadap materi yang disampaikan oleh setiap pembicara dalam seminar.
"Materi tersebut menawarkan langkah-langkah praktis yang relevan, terutama dalam konteks penginjilan. Para narasumber mendorong kita untuk menjadikan penginjilan sebagai bagian dari kebiasaan hidup sehari-hari, yang menurut saya sangat menarik. Ini relevan karena banyak orang Kristen yang mengalami penurunan semangat dalam penginjilan," ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa meskipun metode dan langkah-langkah yang diberikan sangat membantu, semuanya tetap bergantung pada kebiasaan untuk memberitakan, tuntunan, dan kuasa Roh Kudus.
"Oleh karena itu, dibutuhkan kepekaan dan ketergantungan kepada Allah. Seminar selama dua hari ini benar-benar memberikan wawasan baru, yang mengingatkan kita bahwa bukan hanya kemampuan akademis yang harus terus diasah, tetapi juga keterampilan praktis di lapangan," tambahnya.
Welle David, selaku ketua BEM ikut bertekad untuk membawa pengaruh positif melalui penginjilan dan menciptakan hubungan yang mendalam dengan orang-orang di sekitarnya.
Grace Tarigan menyampaikan inspirasi yang ia peroleh dari seminar ini, khususnya dari kesaksian pembicara, Frans Kansil. "Saya mendapatkan inspirasi bahwa ketika kita menginjili orang-orang, kita harus memiliki keberanian diri dan tekad yang kuat," ujarnya.