Mohon tunggu...
Genting Hartanto
Genting Hartanto Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMA Manba'ul Ulum Kota Tangerang

Jalan KH Kilin Batujaya Kec. Batuceper Kota Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Laporan Singkat Kegiatan Praktik Mengajar di SMA Manba'ul Ulum Kota Tangerang (PPG 2021)

29 Februari 2024   16:57 Diperbarui: 29 Februari 2024   17:07 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pngwing.com/id/free-png-izhuk

LAPORAN 

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 

DI SMA MANBA'UL ULUM ASSHIDDIQIYAH KOTA TANGERANG 

(31 Mei s.d 5 Juli 2021)

NAMA                : GENTING HARTANTO

No. UKG            : 201503097122

NIM PPG          : 223706210058

A. PENDAHULUAN

Sebagai suatu alat untuk memecahkan persoalan, matematika merupakan suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir dan berkomunikasi (Hamzah B. Uno dan Masri, 2010). Menurut Permendikbud No. 36 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 SMA/MA, matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan manusia dan juga mendasari perkembangan teknologi modern, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Jadi, matematika merupakan ilmu alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan, serta mempunyai peran penting dalam memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu, matematika sangat penting untuk dipelajari oleh peserta didik pada setiap jenjang pendidikan. 

Matematika memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan, yaitu (1) memahami konsep matematika yaitu kompetensi dalam menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep maupun algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian masalah dan mampu membuat generalisasi berdasarkan fenomena atau data yang ada; (3) menggunakan penalaran pada sifat, melakukan manipulasi matematika yang meliputi kemampuan memahami masalah, membangun model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh serta memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari; (4) mengomunikasikan gagasan, penalaran, serta mampu menyusun bukti matematika; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan; (6) memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam matematika dan pembelajarannya; dan (7) melakukan kegiatan-kegiatan motorik yang menggunakan pengetahuan matematika (Permendikbud No. 36 Tahun 2018).

Ketercapaian tujuan pembelajaran matematika tersebut dapat dilihat dari tingkat keberhasilan dan ketuntasan hasil belajar matematika yang diperoleh peserta didik yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik. Oleh karena itu, setiap peserta didik pada jenjang pendidikannya harus mencapai KKM yang telah ditetapkan sekolah (Permendikbud No. 36 Tahun 2018). Oleh karena itu, setiap peserta didik disetiap jenjang pendidikannya harus mencapai KKM yang telah ditetapkan. KKM yang telah ditetapkan sekolah untuk kelas X MIPA SMA Manba'ul Ulum Asshiddiqiyah Kota Tangerang pada tahun pelajaran 2020/2021 adalah 70.

Berdasarkan data nilai guru matematika kelas X MIPA SMA Manba'ul Ulum Asshiddiqiyah Kota Tangerang, nilai ulangan harian (UH) matematika peserta didik kelas X MIPA SMA manba'ul Ulum Asshiddiqiyah Kota Tangerang yang terdiri dari 42 peserta didik tahun pelajaran 2020/2021 diketahui bahwa hanya 25 dari 42 peserta didik atau 59,52% yang mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara hasil belajar yang diharapkan dengan hasil belajar yang telah dicapai peserta didik. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa proses pembelajaran di kelas X MIPA SMA Manba'ul Ulum Asshiddiqiyah Kota Tangerang kurang sesuai dengan yang diharapkan oleh Permendikbud No. 36 Tahun 2018 tentang Kurikulum 2013 SMA/MA. Hendaknya kegiatan pembelajaran tidak didominasi oleh guru, melainkan lebih didominasi oleh peserta didik, sehingga peserta didik menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Masalah yang sering timbul dalam pembelajaran adalah kurangnya partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran dan masih banyak peserta didik yang tidak bisa mengerjakan soal karena kurangnya pemahaman konsep peserta didik terhadap materi yang telah diajarkan sebelumnya. Dalam hal ini, guru berupaya dengan memberikan soal-soal latihan dalam bentuk tugas individu yang akan dinilai kepada peserta didik agar dapat melatih kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal. Guru juga memberikan tugas presentasi kelompok untuk membahas satu pokok materi yang didalamnya terdapat diskusi dan tanya jawab mengenai materi tersebut. Hal ini tidak hanya dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang akan dipresentasikan, tetapi juga diharapkan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap kelompok dan tugas yang diberikan kepadanya.

Peserta didik di kelas X MIPA SMA Manba'ul Ulum Asshiddiqiyah Kota Tangerang saat ditanya tentang belajar matematika, sebagian peserta didik mengatakan bahwa pelajaran matematika membosankan dan terlalu banyak rumus. Peserta didik kesulitan dalam mengingat kembali materi sebelumnya, karena lupa, tidak mengulang pelajaran, dan kurang paham dengan materi sebelumnya. Pada saat diberikan kesempatan bertanya, peserta didik takut untuk bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami dan lebih memilih bertanya kepada teman yang lebih mengerti. Pada saat diberikan kesempatan untuk menuliskan jawabannya, peserta didik takut jawabannya salah dan merasa kesulitan jika diminta untuk mempresentasikannya. 

Berdasarkan uraian di atas, maka ditemukan dampak dari proses pembelajaran yang dialami peserta didik. Dampaknya adalah sebagian besar peserta didik kurang tertarik untuk mempelajari matematika dan peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan terutama tentang keterkaitan antar konsep dalam matematika. Jika peserta didik tidak memahami dan menguasai materi tersebut, maka hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar matematika peserta didik. Dari dampak tersebut, maka ditemukan permasalahan pembelajaran matematika yang perlu diperbaiki di kelas X MIPA SMA Manba'ul Ulum Asshiddiqiyah Kota Tangerang. Permasalahan yang dimaksud adalah peserta didik tidak dikondisikan memperoleh kesempatan untuk dapat menemukan, membentuk, dan mengembangkan pengetahuannya sendiri, sehingga dalam proses pembelajaran peserta didik menjadi pasif. Peserta didik kurang memiliki kemampuan dalam mengomunikasikan ide atau gagasan yang dimilikinya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka ditemukan faktor utama penyebabnya, yaitu guru. Guru merupakan salah satu ujung tombak yang secara langsung berhubungan dengan peserta didik sebagai objek dan subjek belajar, sehingga berkualitas dan tidaknya proses pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan dan perilaku guru dalam pengelolaan pembelajaran. Dengan kata lain, guru merupakan faktor penting yang dapat menentukan kualitas pembelajaran (Wina Sanjaya, 2011). Dengan demikian, perlu ada proses agar peserta didik tertarik untuk memahami dan menggali informasi tentang materi matematika secara mandiri dari arahan dan bimbingan guru, sehingga dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model discovery learning.

Menurut Bruner (dalam Budiningsih, 2005), cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses yang sampai pada suatu kesimpulan (discovery learning). Dengan teorinya yang disebut free discovery learning, ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Discovery learning dapat mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif, serta mengubah pembelajaran dari yang berpusat kepada guru menjadi berpusat kepada peserta didik. Dengan menerapkan discovery learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan, sehingga pengetahuan itu akan lebih lama diingat dan memungkinkan peningkatan hasil belajar peserta didik (Kemendikbud, 2013).

Discovery learning akan diterapkan pada materi yang berkaitan dengan konsep dan prinsip yang harus dibangun oleh peserta didik. Menurut Orton (dalam Yani Ramdani, 2013), peserta didik biasanya dapat menghitung secara benar dan berhasil untuk soal-soal yang berbentuk "tentukanlah" dan "hitunglah". Peserta didik akan mengalami kesulitan dalam membuat model matematika jika dihadapkan pada soal yang berupa aplikasi atau soal cerita. Berdasarkan uraian tersebut, maka guru akan melakukan pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning untuk meningkatkan hasil belajar matematika kelas X MIPA SMA Manba'ul Ulum Asshiddiqiyah Kota Tangerang pada tahun pelajaran 2020/2021. 

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalah pada guruan ini adalah "Apakah penerapan model discovery learning dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas X MIPA SMA Manba'ul Ulum Asshiddiqiyah Kota Tangerang tahun pelajaran 2020/2021?" Selaras dengan rumusan masalah maka pembelajaran ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas X MIPA SMA Manba'ul Ulum Asshiddiqiyah Kota Tangerang tahun pelajaran 2020/2021 melalui penerapan model penerapan model discovery learning.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi   Jenis Kasus/Masalah    Pelaksanaan Pembelajaran

Kegiatan siklus ke-1 ini dilatar belakangi oleh permasalahan yang ada selama kegiatan pra-siklus, diantaranya masih banyaknya nilai peserta didik yang belum mencapai KKM pada kegiatan UH di kelas X MIPA, yakni sebanyak 40,48% peserta didik nilainya belum mencapai KKM. Selain itu juga ditemukan dalam kegiatan pembelajarannya bahwa guru masih sangat dominan.  Hal ini menyebabkan rendahnya partisipasi peserta didik dalam pembelajaran, serta rendahnya penguasaan konsep peserta didik. Hal ini juga berakibat munculnya rasa bosan pada diri peserta didik sehingga peserta didik menjadi cenderung pasif dalam pembelajaran.

Pada siklus ke-2 juga ditemukan beberapa permasalahan yang muncul selama pelaksanaan kegiatan siklus ke-1 berlangsung yaitu pada kegiatan awal, guru kurang komunikatif dalam penyampaian apersepsi dan pada saat pembentukan kelompok, peserta didik berebut teman satu kelompok.

Pada kegiatan inti juga ditemukan beberapa permasalahan diantaranya peserta didik belum memahami langkah-langkah dalam pembelajaran dengan model discovery learning serta langkah-langkah penyelesaiannya. Dalam kegiatan diskusi kelompok, peserta didik juga belum terlihat kerjasamanya dan pada saat diskusi kelas juga hanya didominasi oleh beberapa kelompok saja.

Pada kegiatan penutup, peserta didik juga belum berani menyampaikan kesimpulan yang telah dibuat selama diskusi kelompok dan diskusi kelas. Selain itu, kegiatan evaluasi juga tidak dapat dilaksanakan sesuai waktu yang direncanakan.

Kegiatan siklus ke-3 juga didasarkan pada permasalahan yang muncul selama pelaksanaan kegiatan siklus ke-2 yaitu pada kegiatan inti, ada peserta didik yang belum bisa menemukan aturan dan sifat yang dipelajari dengan benar serta belum dapat menyelesaikan masalah yang diberikan berdasarkan langkah-langkah yang telah dirancang sebelumnya.

Pada kegiatan diskusi juga muncul permasalahan yaitu beberapa peserta didik masih belum percaya diri dalam mengungkapkan gagasannya menyelesaikan permasalahan yang diberikan dan ada peserta didik yang masih masih malu untuk mengajukan pertanyaan serta beberapa peserta didik masih bekerja secara individu.

2. Deskripsi Faktor Penyebab

Pada siklus ke-1, permasalahan yang akan diatasi itu disebabkan oleh peran guru yang sangat dominan serta rendahnya minat belajar peserta didik terhadap mata pelajaran matematika.

Pada siklus ke-2, pada kegiatan awal, saat memberikan apersepsi guru kurang komunikatif dalam penyampaiannya. Hal ini terjadi karena guru belum terbiasa  memberikan apersepsi dalam kegiatan pembelajarannya.

Selain itu juga dalam pembentukan kelompok, peserta didik saling berebut dalam memilih teman kelompok. Hal ini terjadi karena peserta didik cenderung ingin satu kelompok dengan peserta didik lain yang lebih pandai dalam mata pelajaran matematika.

Pada kegiatan inti juga ditemukan beberapa permasalahan diantaranya peserta didik  belum memahami langkah-langkah dalam pembelajaran dengan model   discovery  learning  serta langkah-langkah penyelesaiannya. Hal ini terjadi karena peserta didik belum terbiasa dengan model pembelajaran discovery learning. 

Dalam kegiatan diskusi kelompok, peserta didik juga belum terlihat kerjasamanya dan pada saat diskusi kelas juga hanya didominasi oleh beberapa kelompok saja. Hal ini terjadi karena peserta didik terbiasa bekerja secara individu.

Pada kegiatan penutup, peserta didik juga belum berani menyampaikan kesimpulan yang telah dibuat selama diskusi kelompok dan diskusi kelas. Hal ini juga terjadi karena peserta didik merasa takut salah jika harus menyampaikan kesimpulan. 

Selain itu, kegiatan evaluasi juga tidak dapat dilaksanakan sesuai waktu yang direncanakan. Hal ini terjadi karena kurangnya guru dalam hal pengaturan waktu kegiatan.

Kegiatan siklus ke-3 juga didasarkan pada permasalahan yang muncul selama pelaksanaan kegiatan siklus ke-2 yaitu pada kegiatan inti, ada peserta didik yang belum bisa menemukan aturan dan sifat yang dipelajari dengan benar serta belum dapat menyelesaikan masalah yang diberikan berdasarkan langkah-langkah yang telah dirancang sebelumnya. Hal ini terjadi karena peserta didik belum memahami materi yang sedang dipelajari serta kurangnya peserta didik dalam mengeksplorasi materi ajar yang telah diberikan di google classroom.

Pada kegiatan diskusi juga muncul permasalahan yaitu beberapa peserta didik masih belum percaya diri dalam mengungkapkan gagasannya menyelesaikan permasalahan yang diberikan dan ada peserta didik yang masih masih malu untuk mengajukan pertanyaan serta beberapa peserta didik masih bekerja secara individu. Hal ini terjadi karena peserta didik belum terbiasa mengungkapkan gagasannya serta belum terbiasa menyampaikan suatu pertanyaan.

3. Deskripsi Alternatif Solusi

Pada siklus ke-1, permasalahan yang akan diatasi itu disebabkan oleh peran guru yang sangat dominan serta rendahnya minat belajar peserta didik terhadap mata pelajaran matematika. Alternatif solusinya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning.

Pada siklus ke-2, pada kegiatan awal, saat memberikan apersepsi guru kurang komunikatif dalam penyampaiannya. Hal ini terjadi karena guru belum terbiasa memberikan apersepsi dalam kegiatan pembelajarannya. Alternatif solusinya adalah guru berlatih memberikan apersepsi, baik secara langsung (dengan teman sejawat, dosen pembimbing maupun guru pendamping), maupun tidak langsung (mencari tutorial, dll).

Selain itu juga dalam pembentukan kelompok, peserta didik saling berebut dalam memilih teman kelompok. Hal ini terjadi karena peserta didik cenderung ingin satu kelompok dengan peserta didik lain yang lebih pandai dalam mata pelajaran matematika. Alternatif solusinya yaitu guru dalam pembentukkan kelompok dapat menggunakan sistem undian (tetap dengan mempertimbangkan kemampuan tiap peserta didik).

Pada kegiatan inti juga ditemukan beberapa permasalahan diantaranya peserta didik belum memahami langkah-langkah dalam pembelajaran dengan model discovery learning serta langkah-langkah penyelesaiannya. Hal ini terjadi karena peserta didik belum terbiasa dengan model pembelajaran discovery learning. Alternatif solusinya yaitu  guru memberikan bimbingan tentang langkah-langkah dalam model pembelajaran discovery learning serta langkah-langkah penyelesaiannya.

Dalam kegiatan diskusi kelompok, peserta didik juga belum terlihat kerjasamanya dan pada saat diskusi kelas juga hanya didominasi oleh beberapa kelompok saja. Hal ini terjadi karena peserta didik terbiasa bekerja secara individu. Alternatif solusinya yaitu guru memberikan motivasi tentang pentingnya kerjasama dalam menyelesaikan masalah dalam kelompok serta mengkondisikan diskusi kelas agar setiap kelompok memiliki peluang yang sama dalam menyampaikan gagasannya.

Pada kegiatan penutup, peserta didik juga belum berani menyampaikan kesimpulan yang telah dibuat selama diskusi kelompok dan diskusi kelas. Hal ini juga terjadi karena peserta didik merasa takut salah jika harus menyampaikan kesimpulan. Alternatif solusinya yaitu guru mengarahkan peserta didik agar berani menyampaikan kesimpulannya. 

Selain itu, kegiatan evaluasi juga tidak dapat dilaksanakan sesuai waktu yang direncanakan. Hal ini terjadi karena kurangnya guru dalam hal pengaturan waktu kegiatan. Alternatif solusinya yaitu guru dalam memberikan evaluasi akan lebih mempertimbangkan jumlah soal dan bobot materi agar soal dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia.  

Kegiatan siklus ke-3 juga didasarkan pada permasalahan yang muncul selama pelaksanaan kegiatan siklus ke-2 yaitu pada kegiatan inti, ada peserta didik yang belum bisa menemukan aturan dan sifat yang dipelajari dengan benar serta belum dapat menyelesaikan masalah yang diberikan berdasarkan langkah-langkah yang telah dirancang sebelumnya. Hal ini terjadi karena peserta didik belum memahami materi yang sedang dipelajari serta kurangnya peserta didik dalam mengeksplorasi materi ajar yang telah diberikan di google classroom. Alternatif solusinya yaitu guru memberikan bimbingan baik secara lisan maupun tertulis (dalam LKPD) mengenai langkah-langkah dalam pemecahan masalah.

Pada kegiatan diskusi juga muncul permasalahan yaitu beberapa peserta didik masih belum percaya diri dalam mengungkapkan gagasannya menyelesaikan permasalahan yang diberikan dan ada peserta didik yang masih masih malu untuk mengajukan pertanyaan serta beberapa peserta didik masih bekerja secara individu. Hal ini terjadi karena peserta didik belum terbiasa mengungkapkan gagasannya serta belum terbiasa menyampaikan suatu pertanyaan. Alternatif solusinya yaitu guru memotivasi peserta didik untuk lebih berani dalam mengungkapkan gagasannya serta berani untuk mengajukan pertanyaan.

4. Deskripsi Hasil yang Didapatkan dari Tindakan

Analisis data hasil belajar matematika peserta didik untuk kompetensi sikap dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Ketercapaian KKM Sikap Peserta Didik

Sikap 

Nilai 

Sebelum tindakan

Siklus 1

Siklus 2

Siklus 3

Percaya Diri

Sangat Baik

-

2

3

5

Baik

4

5

6

5

Cukup

4

3

1

-

Kurang

2

-

-

-

Ketercapaian

40%

70%

90%                       100%

Disiplin

Sangat Baik

2

4

5

5

Baik

6

5

5

5

Cukup

2

1

-

-

Kurang

-

-

-

-

Ketercapaian

80%

90%

100%

100%

Tanggungjawab

Sangat Baik

2

3

5

6

Baik

5

6

5

4

Cukup

3

1

-

-

Kurang

-

-

-

-

Ketercapaian

70%

90%

100%                   100%

Berdasarkan Tabel 1, jumlah peserta didik pada sikap percaya diri yang tidak mencapai KKM sebelum tindakan sebanyak 7 orang peserta didik, menurun menjadi 4 orang pada siklus ke-1, menurun menjadi 2 orang pada siklus ke-2 dan tidak ada peserta didik yang tidak mencapai KKM pada siklus ke-3.

Jumlah peserta didik yang mencapai KKM sebelum tindakan pada sikap percaya diri sebanyak 4 orang peserta didik atau 40%, meningkat menjadi 7 orang peserta didik atau 70% pada siklus ke-1, meningkat menjadi 9 orang peserta didik atau 90% pada siklus ke-2 dan meningkat menjadi 10 orang peserta didik atau 100% pada siklus ke-3.

Pada sikap disiplin, jumlah peserta didik yang tidak mencapai KKM sebelum tindakan sebanyak 2 orang peserta didik, menurun menjadi 1 orang peserta didik pada siklus ke-1 dan tidak ada peserta didik yang tidak mencapai KKM pada siklus ke-2 dan ke-3.

Jumlah peserta didik yang mencapai KKM sebelum tindakan pada sikap disiplin sebanyak 8 orang peserta didik atau 80%, meningkat menjadi 9 orang peserta didik atau 90% pada siklus pertama, meningkat menjadi 10 orang peserta didik atau 100% pada siklus ke-2 dan ke-3.

Pada sikap tanggung jawab, jumlah peserta didik yang tidak mencapai KKM sebelum tindakan sebanyak 3 orang peserta didik, menurun menjadi 1 orang peserta didik pada siklus ke-1 dan tidak ada peserta didik yang tidak mencapai KKM pada siklus ke-2 dan ke-3.

Jumlah peserta didik yang mencapai KKM sebelum tindakan pada sikap tanggung jawab sebanyak 7 orang peserta didik atau 70%, meningkat menjadi 9 orang peserta didik atau 90% pada siklus ke-1, meningkat menjadi 10 orang peserta didik atau 100% pada siklus ke2 dan ke-3. 

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan jumlah peserta didik yang mencapai KKM atau terjadi peningkatan persentase jumlah peserta didik yang mencapai KKM dari sebelum tindakan ke setelah tindakan.

 

Analisis data hasil belajar matematika peserta didik untuk kompetensi pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Nilai Peserta didik pada Kompetensi Pengetahuan

Interval

Skor

Awal

Skor Evaluasi 1

Skor Evaluasi 2

Skor Evalusi 3

>=59

-

-

-

-

60 -69

3

2

-

-

70 -79

4

5

3

2

80 - 89

3

3

5

6

90 - 100

-

-

2

2

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa jumlah peserta didik yang belum mencapai KKM pada skor awal sebanyak 3 orang peserta didik, menurun menjadi 2 orang peserta didik pada skor evaluasi ke-1, dan tidak ada peserta didik yang tidak mencapai KKM pada skor evaluasi ke-2 dan ke-3.

Jumlah peserta didik yang mencapai KKM pada skor awal sebanyak 7 orang peserta didik atau 70%, meningkat menjadi 8 orang peserta didik atau 80% pada skor Evaluasi 1, meningkat menjadi 10 orang peserta didik atau 100% pada skor Evaluasi 2 dan ke-3. 

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar matematika peserta didik pada kompetensi pengetahuan dari sebelum tindakan ke setelah tindakan.

Analisis data hasil belajar matematika peserta didik untuk kompetensi sikap dapat dilihat pada Tabel 3.

 

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Nilai Peserta didik pada Kompetensi Keterampilan

Interval

Skor Awal

Skor LKPD 1

Skor LKPD 2

Skor LKPD 3

>=59

-

-

-

-

60 -69

3

2

 -

 -

70 -79

4

5

3

2

80 - 89

3

3

5

6

90 - 100

-

-

2

2

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa jumlah peserta didik yang belum mencapai KKM sebelum tindakan sebanyak 3 orang peserta didik, menurun menjadi 2 orang peserta didik pada skor LKPD 1, dan tidak ada peserta didik yang tidak mencapai KKM pada skor LKPD ke-2 dan ke-3.

Jumlah peserta didik yang mencapai KKM pada skor dasar sebanyak 7 orang peserta didik atau 70%, meningkat menjadi 8 orang peserta didik atau 80% pada skor LKPD ke-1, meningkat menjadi 10 orang peserta didik atau 100% pada skor LKPD ke-2 dan ke-3.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar matematika peserta didik pada kompetensi keterampilan dari sebelum tindakan ke setelah tindakan.

Berdasarkan analisis data hasil pengamatan dan analisis hasil belajar matematika peserta didik, maka dapat disimpulkan bahwa hasil analisis ini mendukung hipotesis tindakan yang diajukan, yaitu penerapan model discovery learning pada proses pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas X MIPA SMA Manba'ul Ulum Asshiddiqiyah Kota Tangerang tahun pelajaran 2020/2021.

C. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Berdasarkan hasil tindakan pada pelaksanaan pembelajaran yang telah lakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model discovery learning dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas X SMA Manba'ul Ulum Asshiddiqiyah tahun pelajaran 2020/2021.

Namun pada praktik pembelajaran siklus-3 terdapat permasalahan yang muncul yakni ada peserta didik yang belum dapat menemukan konsep materi yang akan dipelajari secara benar  dan ada peserta didik yang belum memberikan tanggapan pada saat berdiskusi.

2. Saran

Berdasarkan hasil tindakan pada pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan, dapat dikemukakan saran-saran yang berhubungan dengan penerapan model discovery learning dalam pembelajaran matematika, diantaranya:

a. Penerapan model discovery learning dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik.

b. Perlu diperhatikan kesesuaian materi yang akan dipelajari dengan menggunakan model discovery learning, agar didapatkan hasil belajar matematika yang optimal.

c. Dalam menyediakan sarana pembelajaran berupa LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik), sebaiknya guru menggunakan bahasa yang lebih komunikatif. Selain itu, guru sebaiknya mencantumkan alokasi waktu pengerjaan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) untuk setiap tahapan discovery learning.

D. DAFTAR PUSTAKA

Badan         Pengembangan     Sumber       Daya Manusia Pendidikan      dan    Kebudayaandan   Penjaminan          Mutu Pendidikan. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta.

BSNP. 2018. Permendikbud Nomor 36 Tahun 2018 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Kemendikbud.

_____. 2018. Permendikbud Nomor 4 Tahun 2018 tentang Penilaian hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan dan Penilaian hasil Belajar oleh Pemerintah. Jakarta: Kemendikbud.

C. Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat. 2010. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Yani Ramdani. 2013. Pembelajaran dengan Scientific Debate untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi, Penalaran, dan Koneksi Matematis Mahapeserta didik dalam Konsep Integral. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Tika Febriana, Zulkarnain, Zuhri D. 2015. Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta didik Kelas XI MIA 1 SMA Negeri 8 Pekanbaru. Riau: Universitas Negeri Riau.https://www.pngwing.com/id/free-png-izhukhttps://www.pngwing.com/id/free-png-izhuk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun