Azam masih membalik halaman bukunya dengan tenang, memecahkan beragam rumus kimia pada buku paketnya. ia mendengar Agam, namun, kimia lebih menarik untuk dijawab. barulah, ketika Agam mengulang pertanyaannya untuk kedua kali, tanpa menoleh, Azam menjawab tenang.
"Suka."
sontak jawaban Azam, membuat Agam naik darah. baru, saja hendak ia menyemprot Azam dengan rentetan makian, namun Azam memotong emosi Agam yang hendak meluap.
"Kimia. suka kimia."
oh, hampir saja, satu pukulan melayang.
Sejak kecil, mereka adalah rival. meski berbeda jalur, namun perseteruan dalam segala bidang tak pernah terelakan. bingkai foto usang di ruang tamu adalah saksi perseteruan mereka yang telah dimulai sejak kecil. sebuah bingkai foto, yang menampilkan potret 3 anak kecil.Â
pada sebelah kanan, tampak potret anak laki laki yang sedang menyeringai galak, sebelah tangannya merangkul anak  berpita merah posesif. dan pada sebelah kiri, anak laki laki lainnya sedang tersenyum manis, bersama buku digenggaman tangannya.
diantara segala perbedaan  keduanya, hanya 2 hal yang sama. bentuk fisik, juga visi misi, yang menempatkan Anjani pada prioritas pertama.
"kenapa?" Azam kecil, memandang bingung kearah Anjani yang sedang menatap murung buku buku pelajarannya.
"Bingung," lesu Anjani, mencorat coret buku.
Azam menutup buku pelajarannya, menghampiri Anjani yang sore itu sedang belajar bersama di rumahnya. "Besok ada ulangan ya?"