Mohon tunggu...
Furqan Cholish
Furqan Cholish Mohon Tunggu... Auditor - Mahasiswa

Ilmu Tanpa Amal Bagaikan Pohon Tak Berbuah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tazkiyat Al-Nafs

12 November 2024   07:45 Diperbarui: 12 November 2024   07:54 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keadaan ini merupakan gejala umum yang terus berputar dan baru berhenti setelah Allah mencabut roh dari tubuh manusia. Sementara itu, dalam psikologi, jiwa adalah benih kehidupan yang menyebabkan seseorang hidup, mencakup kehidupan mental dan kepribadian yang meliputi perasaan, keinginan, kognisi, keputusan, dan perilaku dalam hubungan dengan dirinya dan dunia di luar dirinya.

Dalam psikologi tasawuf, pembicaraan tentang nafs berfokus pada upaya pengembangan jiwa karena keterasingan dari Allah dengan bimbingan dan konseling agar jiwa yang terasing itu terhubung kembali dengan Allah. Jika hati resah, jiwa tidak akan tenang dan pikiran akan kacau. 

Oleh karena itu, segeralah bermuhasabah, yaitu evaluasi diri dari perilaku buruk dan  perbuatan maksiat dengan mendekatkan diri kepada Allah, memperbanyak istigfar, dan taubat nasuha agar mendapat pencerahan, ketenangan, dan kedamaian. Tazkiyat al-nafs merupakan salah satu langkah pengembangan diri agar menjadi pribadi bersih, dekat dengan Allah, dan dekat dengan hamba-hamba Allah dengan membuang penyakit hati dan sifat-sifat tercela agar jiwa tercerahkan dengan cahaya Allah.

Manusia menurut Al-Qur’an adalah makhluk yang terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu fisik, roh, dan nafs yang melahirkan konsep jasmani, rohani, dan nafsiah. Jasmani berkenaan dengan biologi manusia, sedangkan roh berasal dari Allah yang ditiupkan ke dalam janin ketika embrio manusia berumur 16 minggu. Kemudian, roh yang sudah menyat di dalam fisik dinamakan nafs sehingga nafs merupakan fenomena keberadaan roh yang melekat pada jasad. 

Oleh sebab itu, Al-Qur’an memandang bahwa yang akan mempertanggung jawabkan perbuatan manusia dihadapan Allah itu bukan roh, melainkan nafs, nafs yang akan menerima balasan kebaikan yang pernah dilakukannya, nafs jga yang akan menerima akibat buruk dari dosa yang pernah dilakukannya, sebagaimana yang di katakan dalam Q.S. At-Tur [52] :21 yang artinya berbunyi, setiap orang terkait dengan apa yang dikerjakannya.”

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِاِيْمَانٍ اَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ اَلَتْنٰهُمْ مِّنْ عَمَلِهِمْ مِّنْ شَيْءٍۚ كُلُّ امْرِئٍ ۢ بِمَا كَسَبَ رَهِيْنٌ ۝٢١

Artinya:

Orang-orang yang beriman dan anak cucunya mengikuti mereka dalam keimanan, Kami akan mengumpulkan anak cucunya itu dengan mereka (di dalam surga). Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.

Manusia adalah makhluk terbaik dan puncak ciptaan Allah. Allah berfiman dalam Q.S. At-Tin [95]: 4 yang artinya berbunyi,”sunnguh kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”

Tazkiyat al-nafs adalah upaya membersihkan jiwa dari berbagai penyakit hati dan sifat-sifat tercela dengan langkah-langkah yang sistematis dan terencana Taqarrub ila Allah adalah perjuangan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

2. Pembagian Jiwa Menurut Al-Qur’an

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun