Allah memilih, mengangkat, dan menetapkan seorang hamba -nya yang bernama Muahammad bin Abdullah menjadi nabi dan rasul, lalu menugaskan beliau mengajarkan kepada manusia bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selin Allah, yakni tidak ada ibadah kecuali kepada Allah, tidak menyekutukan Allah dengan apa pun dan siapa pun, dan tidak mempertuhankan sesama manusia atau makhluk -makhluk lain.
Kehadiran Rasulullah dengan misi tauhid ini bagi orang-orang beriman adalah anugerah yang besar karena beliau menyadarkan manusia untuk menghentikan pemujaan terhadap sesama manusia, jin, dan setan.
Lengkapnya, menurut ayat di atas, tugas beliau adalah membacakan ayat-ayat Allah, menyucikan jiwa manusia, dan mengajarkan Al-Qur’an dan sunah. Jika manusia modern membenarkan dan bersaksi bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah, maka manusia dan kemanusiaan di zaman modern akan kembali tercerahkan dengan cahaya Allah dengan syarat hidup dan kehidupan mereka sepenuhnya mengikuti ajaran Al-Qur’an dan sunah.
Jiwa mereka akan bersih sehingga akan memperkuat kualitas manusia dan kemanusiaan. Sebaliknya, jika manusia modern yang rasional mengingkari Allah dan Rasul-nya atau merupakan seorang muslim yang tidak mengikuti ajaran Al-Qur’an dan sunah sepenuhnya, kehidupan manusia modern tersebut akan terseret dalam kegelapan, mengalami krisis kemanusiaan yang berdampak pada krisis lingkungan hidup, krisis pangan, krisis kepercayaan, bahkan multikrisis yang menyebabkan manusia modern mengalami dehumanisasi, yakni tercabut dari akar kemanusiaannya, dan disoreientasi, yakni kehilangan arah dalam hidup dan kehidupannya.
Sudah saatnya manusia modern, dengan kerendahan hati, mengevaluasi kehidupan mereka dan mempertimbangkan untuk menerima Islam guna menghidupkan kembali jiwa agama yang menjadi misi Rasulullah seperti yang disebutkan pada ayat Al-Qur’an berikut ini. (Q.S. Al-Jumu’ah [62]: 2)
هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى الْاُمِّيّٖنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍۙ ٢
Artinya:
Dialah yang mengutus seorang Rasul (Nabi Muhammad) kepada kaum yang buta huruf dari (kalangan) mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, serta mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Berdasarkan ayat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa ajaran islam yang dibawa oleh Rasulullah yang bersumber pada Al-Qur’an dan sunah adalah ajaran yang telah terbukti mengangkat manusia yang beriman dan mengamalkan ajaran Islam dengan baik dan benar pada puncak perdaban.
Oleh sebab itu, kita yakin bahwa ajaran Al-Qur’an dapat mengatasi krisis manusia modern, yakni membersihkan pikiran, sikap, dan perilaku mereka yang argan, mengisi jiwa mereka yang hampa dengan sesuatu yang bermakna, dan mengembalikan muruah (harga diri, kehormatan, dan martabat) manusia yang hilang karena krisis modernitas.
Para ulama tasawuf telah sampai pada kesimpulan bahwa kalbu merupakan tempat terhujamnya niat, sedangkan niat merupakan ruh al-amal jiwa amaliah atau aktivitas yang kita lakukan setiap hari. Seluruh amal ibadah harus didasarkan atas niat. Setiap orang yang beramal akan memperoleh nilai sesuai dengan apa yang diniatkannya.