KARYA TULIS ILMIAH
ANALISIS STRUKTUR PUISI "HUJAN BULAN JUNI" KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO
Kelompok 8
Oleh
1. Fulan Syevi Nurviana(2088201024)
2. Hidayatus Sholikah (2088201025)
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (PBSI) Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP PGRI) TRENGGALEK
2021
ABSTRAK
Puisi merupakan mengekspresikan perasaan dari pengalaman penulis dengan menggunakan kata-kata yang indah bersifat imajinatif dan bermakna. Analisis ini menggunakan pendekatan kualitatif yang mencakup penjelasan kalimat secara rinci, lengkap, dan rinci yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya untuk membantu penyajian dari data. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yang meliputi perolehan data, reduksi data, penyajian data, dan inferensi. Penelitian ini mendeskripsikan tentang analisis struktural puisi Bulan Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Analisis ini menemukan strukur batin yaitu (1) tema, cinta yang tak tersampaikan dan memilih untuk diam, (2) rasa, mengandung perasaan sedih dan sendu akan ketulusan cinta, (3) nada dan suasana, menggunakan nada lirih namun dengan emosi tenang, (4) amanat, tentang sifat ketabahan, kebijaksanaan, kearifan yang harus dimiliki olehsetiap manusia meskipun tidak sesuai dengan yang diinginkan. Juga struktur fisik yaitu (1) tipografi, penyusunan menggunakan rata kiri dengan jumlah 3 bait masing-masing bait terdiri dari 4 baris, (2) pengimajian, menggunanakan imaji visual (penglihatan) dan imaji pendengar, (3) majas, menggunakan majas personifikasi, (4) verifikasi, menggunakan pola persajakan berbunyi a-i-a-u, a-i-a-u, i-i-a-u.
Kata Kunci : Puisi, Struktur, Hujan Bulan Juni
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Karya sastra merupakan sarana mengembangkan imajinasi seseorang melalui lingkungannya yang memiliki nilai dan estetis. Menurut (Melati, Warisma, & Ismayani, 2019) karya sastra merupakan wujud penceritaan tentang kehidupan lewat imajinasi serta di dalamnya memiliki estetika serta suatu nilai.
Dalam sastra, tiap orang bisa dengan leluasa serta mandiri berkreasi serta berimajinasi dalam perihal apa juga. Sastra merupakan sebuah wadah untuk  mengantarkan pesan, kebebasan berimajinasi, menceritakan, serta mengekspresikan diri. Menurut (Nugraha, S, & Fauziya, 2019) karya sastra ialah cerminan realita kehidupan yang digunakan selaku perlengkapan buat mengekspresikan imajinasi serta pemikiran yang terdapat di sekelilingnya. Menurut Kosasih dalam( Nurul, Gadis, Puspitasari,& Permana, 2019) macam karya sastra bersumber pada wujudnya dipecah jadi 3 tipe ialah prosa, drama, serta puisi. Prosa ialah wujud sebuah karya sastra yang tulisannya bebas tidak terikat oleh ketentuan. Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction). Istilah fiksi Nurgiyantoro (2009: 2) berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Drama menurut Mubari (2005:2) drama adalah penampilan perilaku manusia yang bertolak dari suatu naskah. Drama merupakan jenis karya sastra berupa tulisan yang menggambarkan realitas kehidupan, watak, dan perilaku manusia dimana cerita yang  disampaikan melalui peran dan dialog.
Sebab bahasa puisi yang padat serta bermakna dalam pemilihan katanya. Puisi pada dasarnya merupakan fasilitas ekspresi seorang buat mengatakan benak serta perasaannya. Oleh sebab itu, puisi senantiasa diciptakan serta dibaca buat menikmati nilai seni serta nilai psikologis yang besar.  Menurut Waluyo (2002:1), Puisi adalah karya sastra yang didalamnya terdapat bahasa yang ringkas dan disingkat, tersedia bunyi dengan irama yang  seragam, dan kata-kata piktografik atau kaya pilihan. Puisi adalah rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang harus diubah secara dramatis (Pradopo, 2009: 7). Dari dulu hingga sekarang, puisi digandrungi di segala bidang. Masyarakat terus berkembang, dan gaya, sifat, dan bentuk puisi juga terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Saat ini, format puisi menjadi semakin kompleks dan semakin sulit untuk dipahami.
Bentuk karya sastra puisi memiliki struktur yang berbeda dengan bentuk prosa. Perbedaannya tidak cuma pada struktur batinnya tetapi pula pada struktur fisiknya. Dari struktur batin serta struktur fisik, penciptaan puisi memakai prinsip pemadatan yang mengatakan arti dan wujud. Puisi terdiri atas 2 struktur ialah stuktur batin serta struktur fisik. Kedua struktur tersebut saling mengikat satu sama lain untuk membentuk makna yang utuh. Dalam sebuah penafsiran puisi tida dapat dipisahkan dari kedua struktur tersebut. Untuk itu, dilakukan analisis struktur batin dan struktur fisik puisi berjudul " Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono dilakukan dalam penelitian ini. Bertujuan untuk mendeskripsikan tema, rasa, nada, amanat serta mendeskripsikan diksi,imaji, kata konkret, tipografi, dan majas dalam puisi tersebut. Alasan meneliti puisi ini adalah karena bahasa yang digunakan mengandung fenomena yang pernah dialami hampir semua orang. Puisi ini menggambarkan seserang mencintai dalam diam serta menunggu .
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui struktur fisik dalam puisi hujan bulan juni karya Sapardi Djoko Damono?
2. Mengetahui struktur batin dalam puisi hujan bulan juni  karya Sapardi Djoko Damono?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui struktur fisik dalam puisi hujan bulan juni karya Sapardi Djoko Damono.
2. Untuk mengetahui srtuktur batin dalam puisi hujan bulan juni jarya Sapardi Djoko Damano.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian ini membahas mengenai (a) kaya sastra,(b) puisi, (c) struktur pembentuk puisi, (d) puisi Hujan Bulan Juni. Berikut penjelasan masing-masing.
A. Karya Sastra
1. Pengertian Karya Sastra
Pengertian sastra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karya tulis yang bila dibandingkan dengan tulisan lain, ciri-ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dang ungkapannya. Menurut Suharianto (1982:14) sastra adalah ekspresi kehidupan yang menggabungkan imajinasi dan kreativitas pengarang, serta mendukung pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Menurut Sumardjo (1982: 3), sastra mengungkapkan manusia dalam bentuk pengalaman, pemikiran, semangat, dan keyakinan dalam bentuk gambaran konkret, yang menggunakan alat bahasa untuk membangkitkan pesona.
Dapat disimpulkan bahwa karya sastra adalah prosa yang ditulis dengan bahasa yang indah. Karya sastra mengekspresikan kepribadian manusia dalam bentuk pengalaman, pikiran, perasaan, keyakinan, dan lain-lain, dalam  bentuk gambar nyata yang dapat membangkitkan daya tarik sebagai hasil integrasi kreativitas dan imajinasi yang diciptakan melalui bahasa.
B. Puisi
1. Pengertian Puisi
Ada beberapa definisi puisi, banyak yang dipaparkan memiliki pemahaman yang berbeda. Berikut ini disajikan beberapa definisi puisi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi adalah ragam karya sastra yang bahasanya dihubungkan oleh rima dan susunan bait dan larik. Puisi biasanya berisi ungkapan perasaan, pengalaman, dan kesan pengarangnya lalu dituangkan dalam tulisan menggunakan bahasa yang baik untuk berirama dan enak dibaca. Menurut Wahyuni (2014 ; 12) mengemukakan bahwa puisi merupakan salah satu dari karya sastra dengan kata-kata indah dan makna yang dalam, diakui termasuk dalam kategori sastra tertua dibandingkan dengan karya satra lainnya.
Menurut Pradopo (2012 : 7) Ini mengungkapkan bahwa pikiran yang diungkapkan dalam puisi membangkitkan emosi dan meningkatkan imajinasi ritmis panca indera. Semua itu merupakan yang terpenting dan diekspresikan dengan cara yang menarik serta mengesankan. Menurut Aminuddin (2009: 34) Kata puisi berasal dari bahasa Yunani pocima yang berarti membuat atau poesis yang berarti membuat. Puisi didefinisikan sebagai membuat dan membuat, karena melalui puisi, seseorang pada dasarnya menciptakan dunianya sendiri, yang dapat berisi informasi atau gambar tentang situasi tertentu, baik secara fisik maupun spiritual. Aminuddin (2009:134) mengemukakan bahwa "puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media untuk menimbulkan halusinasi dan imajinasi".
Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan mengekspresikan perasaan dari pengalaman penulis dengan menggunakan kata-kata yang indah bersifat imajinatif dan bermakna.
C. Struktur Pembentuk Puisi
Menurut Waluyo (1995 :26-28) mengemukakan bahwa puisi diciptakan oleh dua unsur yaitu struktur batin dan struktur fisik. Struktur batin terdiri atas tema, 2 nada, perasaan, dan amanat; sedangkan struktur fisik terdiri atas diksi,6pengimajian, kata konkret, majas, verifikasi, dan9tipografi. Menurut Siswanto (2008:113) menerangkan bahwa struktur fisik puisi meliputi perwajahan puisi, diksi, pengimajian, kata konkret, majas dan verifikasi. Sedangkan menurut I.A Richar (Siswanto, 2008:124) struktur batin puisi meliputi tema; makna (sense), rasa (feeling), nada (tone), dan amanat.
Jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa puisi memiliki unsur yang utama dalam pembentukakannya. Unsur-unsur  tersebut saling berhubungan. Unsur yang membentuk puisi diantaranya struktur batin dan struktur fisik. Struktur batin meliputi (1) tema, (2) rasa (feeling), (3) nada (tone), (4) amanat.  Sedangkan struktur fisik meliputi (1) tipografi, (2) diksi, (3) pengimajian, (4) kata konkret, (5) majas, dan (6) verifikasi. Berikut penjelasannya.
1. Struktur Batin Puisi
a) Tema
Setiap jenis karya sastra selalu memiliki tema begitu pula puisi. Tema adalah ide atau gaagasan yang disampaikan penulis. Menurut Waluyo (2005:17) tema adalah gagasan utama si penulis yang dikemukakan dalam puisinya bersifat konkret, objektif, dan memiliki kiasan yang diambil dari konotasinya. Tema1dalam puisi Hujan Bulan Juni2ialah cinta yang tidak terungkapkan kepada5seorang. Â Terlihat pada bait ke 1.
b) Rasa (Feeling)
Perasaan adalah sikap penulis terhadap isi puisi. Puisi mengekspresikan perasaan penulis. Menurut Waluyo (2010: 39) nada dan perasaan penulis dapat ditangkap saat puisi dibacakan. Membaca puisi dengan nyaring dapat membantu memahami perasaan penulis. Perasaan tersebut bisa berupa senang, sedih, terharu, sombong takut, kesal, dan lain sebagainya. Pada puisi Hujan Bulan Juni5mengandung perasaan7memiliki perasaan pilu hendak ketulusan cinta. Terlihat pada bait ke 3 baris ke 3 dan 4.
c) Nada dan Suasana
Nada adalah sikap penulis kepada pembaca, sedangkan suasana adalah keadaan pikiran pembaca setelah membacanya atau efek psikologis dari membaca puisi tersebut. Nada serta suasana tidak dapat dipisahkan karena nada puisi akan menentukan suasana pembaca tersebut (Waluyo, 2010:125). Nada dan suasana yang digunakan dalam puisi Hujan Bulan Juni ialah lirih dengan emosi yang tenang. Hal itu nampak pada kata tabah, bijak, dan arif.
d) Amanat
Puisi pasti mengandung pesan yang igin disapaikan penulis kepada pembaca ataupun pendengar. Amanat adalah maksud penulis untuk menyampaikan pesan yang disampaikan melalui puisi yang ditulisnya (Rokhmansyah, 2014:30). Amanat yang akan disampaikan penulis hendaklah makna tersirat didalam puisi. Amanat berada di akhir puisi tetapi mempengaruhi nilai yang yang terkandung dalam puisi. Oleh karena itu, harus memiliki pemahaman yang jelas dalam menyimak isi sebuah puisi sehingga amanat bisa tersampaikan kepada pembaca dengan baik. Amanat dari puisi Hujan Bulan Juni adalah sifat ketabahan yang harus dimiliki oleh manusia meskipun tidak sesuai dengan yang diinginkan.
2. Struktur fisik
a) Tipografi
Puisi disusun dalam bait buakan paragraf. Puisi tersebut disusun secara larik untuk menciptakan makna yang ingin disampaikan penulis. Menurut Kosasih (2008:36) mengatakan bahwa tipografi merupakan pembeda antara puisi dengan karya sastra lain. Puisi Hujan Bulan Juni menggunakan tipografi rata kiri dengan terdiri dari 3 bait.
b) Diksi
Menurut Sayuti (2010 : 143-144) mengemukakan bahwa diksi adalah sifat komposisi puisi juga merupakan faktor penentu dalam kemampuan cipta kreatif. Penyusunan kata-kata sangat penting yang berarti membangkitkan suasana puisi sehingga membawa pembaca untuk menikmati dan memahami secara keseluruhan. Menurut Abraham dalam Wiyatmi (2008:63) mengemukakan bahwa diksi adalah pilihan kata-kata dalam sebuah karya sastra. Diksi sering menjadi ciri khas tersendiri bagi penulis. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa diksi merupakan pemilihan kata untuk menyampaikan sesuatu. Penggunaan pemilihan kata yang benar dan selaras untuk mengekspresikan ide agar mencapai sesuatu yang ingin disampaikan. Setiap penulis memilih kata yang tepat sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan serta efek puitis yang ingin dicapainya. Diksi pada puisi Hujan Bulan Juni pada bait pertama baris ke 1 dan 2 menjelaskan tentang rasa yang berusaha ditahan. Baris ke 1 secara jelas mengungkapkan ketabahan dalam menahan sesuatu. Pada baris ke 2 pada umumnya musim di Indonesia pada bulan Juni merupakan musim kemarau. Apabila bulan Juni disandarkan dengan kata hujan maka dapat berarti ketabahan seseorang yang menahan perasaannya. Ibarat hujan harus menahan dirinya untuk tidak muncul pada saat musim kemarau.
c) Pengimajian
Menurut Pradopo (2005:79) mengemukakan bahwa citraan adalah gambaran yang berfungsi untuk membuat lebih hidup gambaran yang ada didalam pikiran. Menurut Aminuddin (2010:29) citraan adalah susunan kata- kata yang membuat makna abstrak menjadi konkret dan tepat. Dapat disimpulkan bahwa pengimajian atau pencitraan adalah kata-kata atau susunan kata yang dapat mengekspresikan alat panca indera, misalnya pendengaran, perasa, dan penglihatan. Pengimajian dapat memberi efek kepada pembaca seolah-olah mendengar, melihat, dan merasakan seperti yang dialami penulis. Pengimajian dibagi menjadi tiga yaitu pengimajian penglihatan (visual), pengimajian pendengaran (auditif), dan pengimajian taktil. Pada puisi Hujan Bulan Juni pada bait pertama baris ke 4 mengandung pengimajian penglihatan.
d) Kata Konkret
Kata konkret adalah suatu bentuk kata yang dapat ditangkap oleh indera manusia untuk menghasilkan suatu citra. Kata-kata yang digunakan biasanya bersifat kiasan (imajinatif). Menurut Siswanto (2008: 119) mengemukakan bahwa kata konkret adalah kata-kata yang dapat ditangkap oleh alat indra. Kata pohon dalam puisi Hujan Bulan Juni mewakili sesuatu yang dirindukan. Kata bunga mewakili perempuan. Kata hujan mewakili manusia.
e) Majas
Menurut Winarni (2014:52), majas adalah cara atau gaya tertentu yang digunakan penyair untuk menciptakan kesan tertentu, daya bayang dan nilai keindahan. Majas dapat dibatasi untuk mengekspresikan ide melalui bahasa dengan cara yang unik menunjukkan kepribadian penulis (Keraf, 2005:113). Waluyo (1991:84) mengemukakan bahwa jenis majas meliputi: metafora, perbandingan, personifikasi, hiperbola, sinekdoce, dan ironi. Pada puisi Hujan Bulan Juni terdapat majas personifikasi pada bait kedua baris ke 3 dan 4. Pada baris tersebut seakan-akan hujan bulan juni dapat melakukan pekerjaan seperti manusia yaitu menghapus jejak-jejak.
f) Verifikasi
Verifikasi dibagi menjadi 3 elemen yaitu metrum, ritma, dan rima. Menurut Siswanto (2008: 122) mengemukakan bahwa rima adalah persamaan bunyi pada puisi baik diawal maupun diakhir puisi. Menurut Siswanto (2008: 123) metrum dan ritma adalah tinggi dan rendah, panjang dan pendek, keras dan lemahnya bunyi. Dapat disimpulkan bahwa rima adalah pengulangan bunyi-bunyi dalam sebuah puisi sedangkan metrum dan ritma adalah nada-nada pada puisi yang diserasikan dengan suasana. Pada puisi Hujan Bulan Juni didominasi dengan vokal a-i-u yang membawa pembaca  pada suasana sendu namun menyiratkan ketegaran.
D. Puisi
Hujan Bulan Juni
Karya : Sapardi Djoko Damono
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu dijalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam analisis ini yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif. Menurut Endraswara (2008:5), penelitian kualitatif ini dilakukan dengan  mengutamakan pemahaman yang lebih mendalam tentang interaksi antara konsep-konsep yang diselidiki secara empiris daripada angka-angka. Sedangkan menurut Sutopo (2006: 40), penekanannya adalah pada penelitian kualitatif termasuk penjelasan kalimat rinci dan lengkap yang menjelaskan keadaan yang sebenarnya, guna  mendukung  penyajian dari data. Metode kualitatif mencakup sejumlah fenomena sosial yang terkait.
Sumber data analisis berupa puisi "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono. Dalam kasus ini,  penulis akan fokus pada analisis struktur  batin  dan  fisik  puisi. Struktur batin puisi meliputi perasaan, nada, suasana, amanat, dan tema. Sedangkan struktur fisik puisi meliputi diksi, pencitraan, majas, tipografi, kata konkret, pengimajian, dan verifikasi.
Teknis analisis data yang digunakan adalah teknis analisis interaktif meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan simpulan. Prosedur penelitian ini mengikuti prosedur pendekatan kualitatif yang sesuai dengan Sutopo (2006:187) yaitu mengumpulkan data, menentukan objek penelitian, mengumpulkan referensi relevan dengan penelitian, dan menganalisis objek penelitian sesuai dengan struktur batin serta struktur fisik puisi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam melakukan  analisi puisi "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono, peneliti fokus menganalisis struktur batin dan struktur fisik dalam puisi tersebut. Struktur batin meliputi tema, rasa, nada dan suasana, serta amanat. Sedangkan struktur fisik meliputi tipografi, diksi, pengimajian, majas, kata konkret, verifikasi.
Hujan Bulan Juni
Karya : Sapardi Djoko Damono
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu dijalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini menceritakan mengenai rasa yang tertahan. Rasa terseut berupa rindu dan cinta yang tak sempat disampaikan. Berikut adalah hasil struktur batin dan fisik puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.
Tabel 1.
Instrumen Analisis Struktur Batin
No.
Struktur Batin
Keterangan
Bait dan Baris Puisi
1.
Tema
Dari pokok bahasan puisi ini dapat disimpulkan bahwa cinta yang terpendam dan lebih memilih untuk mencintainya dalam diam.
Hal tersebut dapat terlihat pada bait pertama yaitu :
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rinrik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
2.
Rasa
Perasaan penyair dalam puisinya mengandung perasaan sedih, kesabaran, sendu dan kesederhanaan atas ketulusan cinta.
Hal tersebut dapat terlihat dalam bait ketiga baris ketiga dan keempat yaitu :
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
3.
Nada dan Suasana
Nada dan suasana yang digunakan dalam puisi tesebut yaitu lirih namun dengan emosi yang tenang.
Terdapat didalam kata tabah (bait petama baris ke-1), kata bijak (bait kedua baris ke-1), dan kata arif (bait ketiga baris ke-1).
4.
Amanat
Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini memiliki amanat tentang sifat ketabahan, kebijaksanaa, kearifan yang harus dimiliki oleh setiap manusia meskipun tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Dan juga tidak semua yang diinginkan bisa didapatkan dengan mudah
Hal tersebut dapat terlihat dalam
a. Â Bait pertama baris pertama yaitu :
Tak ada yang lebih tabah
b. Bait kedua baris pertama yaitu :
tak ada yang lebih bijak
c. Bait ketiga baris pertama yaitu :
tak ada yang lebih arif Â
Tabel 2.
Instrumen Analisis Struktur Fisik
No.
Struktur Fisik
Keterangan
Bait dan Baris Puisi
1.
Tipografi
Dalam puisi ini tidak memiliki tipografi secara khusus. Penulisan dalam puisi ini menggunakan rata kiri, memliki 3 bait dan masing-masing bait terdiri dari 4 baris.
-
2.
Diksi
a. baris pertama dengan jelas menunjukan ketabahan seseorang dalam menahan sesuatu. Pada baris kedua kata hujan dan bulan juni, berdasarkan penanggalan musim di Indonesia bula Juni merupakan musim kemarau. Bisa diibaratkanhujan harus menahan dirinya untuk tidak muncul hujan pada saat musim kemarau.
b. pada kata dirahasiankannya memperjelas bahwa penulis sedang memendam sesuatu. Kata rintik rindunya tergambar jelas bahwa rasa yang tengah dirasakan oleh penulis. Kata pohon yang berbunga merupakan gambaran semua rasa yang dimiliki penulis.
c. Kedua baris tersebut menggambarkan bahwa penulis ragu-ragu dan tidak berani mengungkapkan perasaanya.
d. Kedua baris tersebut juga menggambarkan bahwa penulis menyerah untuk tidak menunjukkan perasaanya.
a. Pada bait pertama baris kesatu dan kedua yaitu :
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
b. Pada bait pertama baris ketiga dan empatyaitu :
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
c. Pada bait ke kedua baris ketiga dan empat yaitu :
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu dijalan itu
d. pada bait ketiga baris ketiga dan empat yaitu :
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
3.
Pengimajian
Terdapat pengimajian penglihatan dan pendengar, dalam puisi tersebut pembaca seolah-olah melihat dan mendengar apa yang ada dalam puisi tersebut.
Terdapat pada bait pertama baris keempat ( pengimajian penglihatan) yaitu:
Kepada pohon berbunga itu
Terdapat pada bait pertama baris ketiga (pengimajian pendengaran) yaitu :
Dirahasiakannya rintik rindunya
4.
Kata Konkret
Kata pohon mewakili sesuatu yang dirindukan, kata berbunga mewakili perempuan, kata hujan mewakili manusia.
Kata pohon terdapat pada bait pertama dan ketiga masing-masing pada baris keempat.
Kata berbunga terdapat dalam bait pertama baris keempat.
Kata hujan terdapat pada bait satu, dua tiga dan baris kedua pada masing-masing bait.
5.
Majas
Dalam puisi ini terdapat majas personifikasi pada potongan larik bait kedua baris kedua dan ketiga seolah-olah hujan bulan juni dapat melakukan pekerjaan manusia yaitu menhapus jejak-jejak serta pada potongan bait kedua baris ketiga dan empat memberi gambaran seolah-olah hujan bulan juni memiliki kemampuan berbicara dan menyimpan pembicaraannya.
Bait kedua baris keedua dan ketiga yaitu :
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Bait ketiga baris kedua dan ketiga yaitu :
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
6.
Verifikasi
Pada puisi ini memiliki verifikasi yang bebas. Bait pertama mempunyai irama a-i-a-u, bait kedua memiliki irama a-i-a-u, bait ketiga mempunyai irama i-i-a-u. Bunyi vokal a (untuk menggambarkan rasa optimis), bunyi vokal i (untuk mengambarkan kesedihan), bunyi vokal u (menggambarkan kegalauan). Verifikasi ini membawa pembaca seolah-olah pada suasana sendu namun menyiratkan ketegaran yang didominasi dengan vokal a-i-u.
-
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Karya sastra merupakan sarana mengembangkan imajinasi seseorang melalui lingkungannya yang memiliki nilai dan estetis. Berbagai karya sastra  dibagi menjadi tiga jenis, prosa, drama, dan puisi, berdasarkan bentuknya. Prosa merupakan  karya sastra yang  tulisannya bebas dan tidak terikat oleh berbagai aturan. Drama adalah jenis karya sastra berbentuk naskah yang menjelaskan tentang realitas, karakter, dan perilaku hidup manusia, dan kisahnya diceritakan melalui peran dan dialog.
 Puisi sebagai  jenis karya sastra memiliki nilai sastra dan seni  yang tinggi karena bahasanya yang luwes dan ekspresif dalam pemilihan kata. Puisi pada hakikatnya adalah sarana untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan bagi penulis. Puisi terdiri dari dua struktur, struktur batin dan struktur fisik. Kedua struktur tersebut saling mengikat satu sama lain untuk membentuk makna yang utuh.
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa puisi Hujan Bulan Juni memiliki Analisis ini menemukan strukur batin yaitu (1) tema, cinta yang tak tersampaikan dan memilih untuk diam, (2) rasa, mengandung perasaan sedih dan sendu akan ketulusan cinta, (3) nada dan suasana, menggunakan nada lirih namun dengan emosi tenang, (4) amanat, tentang sifat ketabahan, kebijaksanaan, kearifan yang harus dimiliki olehsetiap manusia meskipun tidak sesuai dengan yang diinginkan. Juga struktur fisik yaitu (1) tipografi, penyusunan menggunakan rata kiri dengan jumlah 3 bait masing-masing bait terdiri dari 4 baris, (2) pengimajian, menggunanakan imaji visual (penglihatan) dan imaji pendengar, (3) majas, menggunakan majas personifikasi, (4) verifikasi, menggunakan pola persajakan berbunyi a-i-a-u, a-i-a-u, i-i-a-u.
DAFTAR PUSTAKA
Almubary, Dasri. 2002. Puisi dan Prosa. Pekanbaru. Yayasan Sepadan Tamadun.
Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Puisi Karya Sastra. Bandung. Sinar Baru Algensindo.
Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung. Sinar Baru.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta. Media Pressindo.
Keraf, Gorys. 2005. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Kosasih, E. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta. Nobel Edumedia.
Melati, T. S., Warisma, P., Â Ismayani, M. 2009. Analisis Konflik Tokoh dalam Novel Rindu Karya Tere Liye Berdasarkan Pendekatan Psikologi Sastra.Porale. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Volume 2 (2), 229-238.
Nugraha, S., Suhendra, J. S., San Fauziya, D. 2017. Analisis Unsur Intrinsik dan Nilai Moral dalam Cerpen "Mengapa Orang Gila Membunuh Ustaz?" Karya Faris Alfaisal pada Surat Kabar Republika Edisi 1 April 2018. Porale. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.Volume 2 (1).
Nurgiyantoro, B. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta. Gadjah Mada Universitas Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Putri, P. N. A., Puspitasari, T., Permana, I. 2019. Analisis Puisi Heri Isnaini "Prangko" dengan Pendekatan Semiotika. Porale. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Volume 2 (3), 365-370.
Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Sayuti. 2010. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Cantrik Pustaka.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta. PT Grasindo.
Suharianto, S. 1982. Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta. Widya Duta.
Sumardjo, Jakob. 1982. Apresiasi Sastra. Jakarta. Gramedia.
Sutopo, H. B. 2006. Metodologi Peneltian Kualitatif. Surakarta. Universitas Sebelas Maret.
Wahyuni, Risti. 2014. Puisi, Prosa, dan Pantun Lama. Yogyakarta. Saufa.
Waluyo, H. J. 1995.Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta. Erlangga.
Waluyo, H. J. 2005. Apresiasi Puisi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Waluyo, H. J. 2010. Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Salatiga. Widya Sari Press.
Winarni, R. 2014. Kajian Sastra Anak. Yogyakarta. Graha Ilmu.
KARYA TULIS ILMIAH
ANALISIS STRUKTUR PUISI "HUJAN BULAN JUNI" KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO
Kelompok 8
OlehÂ
1. Fulan Syevi Nurviana(2088201024)
2. Hidayatus Sholikah (2088201025)
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (PBSI)Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP PGRI) TRENGGALEK
2021
ABSTRAKÂ
Puisi merupakan mengekspresikan perasaan dari pengalaman penulis dengan menggunakan kata-kata yang indah bersifat imajinatif dan bermakna. Analisis ini menggunakan pendekatan kualitatif yang mencakup penjelasan kalimat secara rinci, lengkap, dan rinci yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya untuk membantu penyajian dari data. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yang meliputi perolehan data, reduksi data, penyajian data, dan inferensi. Penelitian ini mendeskripsikan tentang analisis struktural puisi Bulan Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Analisis ini menemukan strukur batin yaitu (1) tema, cinta yang tak tersampaikan dan memilih untuk diam, (2) rasa, mengandung perasaan sedih dan sendu akan ketulusan cinta, (3) nada dan suasana, menggunakan nada lirih namun dengan emosi tenang, (4) amanat, tentang sifat ketabahan, kebijaksanaan, kearifan yang harus dimiliki olehsetiap manusia meskipun tidak sesuai dengan yang diinginkan. Juga struktur fisik yaitu (1) tipografi, penyusunan menggunakan rata kiri dengan jumlah 3 bait masing-masing bait terdiri dari 4 baris, (2) pengimajian, menggunanakan imaji visual (penglihatan) dan imaji pendengar, (3) majas, menggunakan majas personifikasi, (4) verifikasi, menggunakan pola persajakan berbunyi a-i-a-u, a-i-a-u, i-i-a-u.
Kata Kunci : Puisi, Struktur, Hujan Bulan Juni
BAB IÂ
PENDAHULUANÂ
A. LATAR BELAKANG
Karya sastra merupakan sarana mengembangkan imajinasi seseorang melalui lingkungannya yang memiliki nilai dan estetis. Menurut (Melati, Warisma, & Ismayani, 2019) karya sastra merupakan wujud penceritaan tentang kehidupan lewat imajinasi serta di dalamnya memiliki estetika serta suatu nilai.
Dalam sastra, tiap orang bisa dengan leluasa serta mandiri berkreasi serta berimajinasi dalam perihal apa juga. Sastra merupakan sebuah wadah untuk mengantarkan pesan, kebebasan berimajinasi, menceritakan, serta mengekspresikan diri. Menurut (Nugraha, S, & Fauziya, 2019) karya sastra ialah cerminan realita kehidupan yang digunakan selaku perlengkapan buat mengekspresikan imajinasi serta pemikiran yang terdapat di sekelilingnya. Menurut Kosasih dalam( Nurul, Gadis, Puspitasari,& Permana, 2019) macam karya sastra bersumber pada wujudnya dipecah jadi 3 tipe ialah prosa, drama, serta puisi. Prosa ialah wujud sebuah karya sastra yang tulisannya bebas tidak terikat oleh ketentuan. Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction). Istilah fiksi Nurgiyantoro (2009: 2) berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Drama menurut Mubari (2005:2) drama adalah penampilan perilaku manusia yang bertolak dari suatu naskah. Drama merupakan jenis karya sastra berupa tulisan yang menggambarkan realitas kehidupan, watak, dan perilaku manusia dimana cerita yang disampaikan melalui peran dan dialog.
Sebab bahasa puisi yang padat serta bermakna dalam pemilihan katanya. Puisi pada dasarnya merupakan fasilitas ekspresi seorang buat mengatakan benak serta perasaannya. Oleh sebab itu, puisi senantiasa diciptakan serta dibaca buat menikmati nilai seni serta nilai psikologis yang besar. Menurut Waluyo (2002:1), Puisi adalah karya sastra yang didalamnya terdapat bahasa yang ringkas dan disingkat, tersedia bunyi dengan irama yang seragam, dan kata-kata piktografik atau kaya pilihan. Puisi adalah rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang harus diubah secara dramatis (Pradopo, 2009: 7). Dari dulu hingga sekarang, puisi digandrungi di segala bidang. Masyarakat terus berkembang, dan gaya, sifat, dan bentuk puisi juga terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Saat ini, format puisi menjadi semakin kompleks dan semakin sulit untuk dipahami.
Bentuk karya sastra puisi memiliki struktur yang berbeda dengan bentuk prosa. Perbedaannya tidak cuma pada struktur batinnya tetapi pula pada struktur fisiknya. Dari struktur batin serta struktur fisik, penciptaan puisi memakai prinsip pemadatan yang mengatakan arti dan wujud. Puisi terdiri atas 2 struktur ialah stuktur batin serta struktur fisik. Kedua struktur tersebut saling mengikat satu sama lain untuk membentuk makna yang utuh. Dalam sebuah penafsiran puisi tida dapat dipisahkan dari kedua struktur tersebut. Untuk itu, dilakukan analisis struktur batin dan struktur fisik puisi berjudul " Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono dilakukan dalam penelitian ini. Bertujuan untuk mendeskripsikan tema, rasa, nada, amanat serta mendeskripsikan diksi,imaji, kata konkret, tipografi, dan majas dalam puisi tersebut. Alasan meneliti puisi ini adalah karena bahasa yang digunakan mengandung fenomena yang pernah dialami hampir semua orang. Puisi ini menggambarkan seserang mencintai dalam diam serta menunggu .
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui struktur fisik dalam puisi hujan bulan juni karya Sapardi Djoko Damono?
2. Mengetahui struktur batin dalam puisi hujan bulan juni karya Sapardi Djoko Damono?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui struktur fisik dalam puisi hujan bulan juni karya Sapardi Djoko Damono.
2. Untuk mengetahui srtuktur batin dalam puisi hujan bulan juni jarya Sapardi Djoko Damano.
BAB IIÂ
KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian ini membahas mengenai (a) kaya sastra,(b) puisi, (c) struktur pembentuk puisi, (d) puisi Hujan Bulan Juni. Berikut penjelasan masing-masing.
A. Karya SastraÂ
1. Pengertian Karya Sastra
Pengertian sastra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karya tulis yang bila dibandingkan dengan tulisan lain, ciri-ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dang ungkapannya. Menurut Suharianto (1982:14) sastra adalah ekspresi kehidupan yang menggabungkan imajinasi dan kreativitas pengarang, serta mendukung pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Menurut Sumardjo (1982: 3), sastra mengungkapkan manusia dalam bentuk pengalaman, pemikiran, semangat, dan keyakinan dalam bentuk gambaran konkret, yang menggunakan alat bahasa untuk membangkitkan pesona.
Dapat disimpulkan bahwa karya sastra adalah prosa yang ditulis dengan bahasa yang indah. Karya sastra mengekspresikan kepribadian manusia dalam bentuk pengalaman, pikiran, perasaan, keyakinan, dan lain-lain, dalam bentuk gambar nyata yang dapat membangkitkan daya tarik sebagai hasil integrasi kreativitas dan imajinasi yang diciptakan melalui bahasa.Â
B. Puisi
1. Pengertian Puisi
Ada beberapa definisi puisi, banyak yang dipaparkan memiliki pemahaman yang berbeda. Berikut ini disajikan beberapa definisi puisi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi adalah ragam karya sastra yang bahasanya dihubungkan oleh rima dan susunan bait dan larik. Puisi biasanya berisi ungkapan perasaan, pengalaman, dan kesan pengarangnya lalu dituangkan dalam tulisan menggunakan bahasa yang baik untuk berirama dan enak dibaca. Menurut Wahyuni (2014 ; 12) mengemukakan bahwa puisi merupakan salah satu dari karya sastra dengan kata-kata indah dan makna yang dalam, diakui termasuk dalam kategori sastra tertua dibandingkan dengan karya satra lainnya.
Menurut Pradopo (2012 : 7) Ini mengungkapkan bahwa pikiran yang diungkapkan dalam puisi membangkitkan emosi dan meningkatkan imajinasi ritmis panca indera. Semua itu merupakan yang terpenting dan diekspresikan dengan cara yang menarik serta mengesankan. Menurut Aminuddin (2009: 34) Kata puisi berasal dari bahasa Yunani pocima yang berarti membuat atau poesis yang berarti membuat. Puisi didefinisikan sebagai membuat dan membuat, karena melalui puisi, seseorang pada dasarnya menciptakan dunianya sendiri, yang dapat berisi informasi atau gambar tentang situasi tertentu, baik secara fisik maupun spiritual. Aminuddin (2009:134) mengemukakan bahwa "puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media untuk menimbulkan halusinasi dan imajinasi".
Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan mengekspresikan perasaan dari pengalaman penulis dengan menggunakan kata-kata yang indah bersifat imajinatif dan bermakna.
C. Struktur Pembentuk Puisi
Menurut Waluyo (1995 :26-28) mengemukakan bahwa puisi diciptakan oleh dua unsur yaitu struktur batin dan struktur fisik. Struktur batin terdiri atas tema, 2 nada, perasaan, dan amanat; sedangkan struktur fisik terdiri atas diksi,6pengimajian, kata konkret, majas, verifikasi, dan9tipografi. Menurut Siswanto (2008:113) menerangkan bahwa struktur fisik puisi meliputi perwajahan puisi, diksi, pengimajian, kata konkret, majas dan verifikasi. Sedangkan menurut I.A Richar (Siswanto, 2008:124) struktur batin puisi meliputi tema; makna (sense), rasa (feeling), nada (tone), dan amanat.
Jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa puisi memiliki unsur yang utama dalam pembentukakannya. Unsur-unsur tersebut saling berhubungan. Unsur yang membentuk puisi diantaranya struktur batin dan struktur fisik. Struktur batin meliputi (1) tema, (2) rasa (feeling), (3) nada (tone), (4) amanat. Sedangkan struktur fisik meliputi (1) tipografi, (2) diksi, (3) pengimajian, (4) kata konkret, (5) majas, dan (6) verifikasi. Berikut penjelasannya.
1. Struktur Batin Puisi
a) Tema
Setiap jenis karya sastra selalu memiliki tema begitu pula puisi. Tema adalah ide atau gaagasan yang disampaikan penulis. Menurut Waluyo (2005:17) tema adalah gagasan utama si penulis yang dikemukakan dalam puisinya bersifat konkret, objektif, dan memiliki kiasan yang diambil dari konotasinya. Tema1dalam puisi Hujan Bulan Juni2ialah cinta yang tidak terungkapkan kepada5seorang. Terlihat pada bait ke 1.
b) Rasa (Feeling)
Perasaan adalah sikap penulis terhadap isi puisi. Puisi mengekspresikan perasaan penulis. Menurut Waluyo (2010: 39) nada dan perasaan penulis dapat ditangkap saat puisi dibacakan. Membaca puisi dengan nyaring dapat membantu memahami perasaan penulis. Perasaan tersebut bisa berupa senang, sedih, terharu, sombong takut, kesal, dan lain sebagainya. Pada puisi Hujan Bulan Juni5mengandung perasaan7memiliki perasaan pilu hendak ketulusan cinta. Terlihat pada bait ke 3 baris ke 3 dan 4.
c) Nada dan Suasana
Nada adalah sikap penulis kepada pembaca, sedangkan suasana adalah keadaan pikiran pembaca setelah membacanya atau efek psikologis dari membaca puisi tersebut. Nada serta suasana tidak dapat dipisahkan karena nada puisi akan menentukan suasana pembaca tersebut (Waluyo, 2010:125). Nada dan suasana yang digunakan dalam puisi Hujan Bulan Juni ialah lirih dengan emosi yang tenang. Hal itu nampak pada kata tabah, bijak, dan arif.
d) Amanat
Puisi pasti mengandung pesan yang igin disapaikan penulis kepada pembaca ataupun pendengar. Amanat adalah maksud penulis untuk menyampaikan pesan yang disampaikan melalui puisi yang ditulisnya (Rokhmansyah, 2014:30). Amanat yang akan disampaikan penulis hendaklah makna tersirat didalam puisi. Amanat berada di akhir puisi tetapi mempengaruhi nilai yang yang terkandung dalam puisi. Oleh karena itu, harus memiliki pemahaman yang jelas dalam menyimak isi sebuah puisi sehingga amanat bisa tersampaikan kepada pembaca dengan baik. Amanat dari puisi Hujan Bulan Juni adalah sifat ketabahan yang harus dimiliki oleh manusia meskipun tidak sesuai dengan yang diinginkan.Â
2. Struktur fisik
a) Tipografi
Puisi disusun dalam bait buakan paragraf. Puisi tersebut disusun secara larik untuk menciptakan makna yang ingin disampaikan penulis. Menurut Kosasih (2008:36) mengatakan bahwa tipografi merupakan pembeda antara puisi dengan karya sastra lain. Puisi Hujan Bulan Juni menggunakan tipografi rata kiri dengan terdiri dari 3 bait.Â
b) Diksi
Menurut Sayuti (2010 : 143-144) mengemukakan bahwa diksi adalah sifat komposisi puisi juga merupakan faktor penentu dalam kemampuan cipta kreatif. Penyusunan kata-kata sangat penting yang berarti membangkitkan suasana puisi sehingga membawa pembaca untuk menikmati dan memahami secara keseluruhan. Menurut Abraham dalam Wiyatmi (2008:63) mengemukakan bahwa diksi adalah pilihan kata-kata dalam sebuah karya sastra. Diksi sering menjadi ciri khas tersendiri bagi penulis. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa diksi merupakan pemilihan kata untuk menyampaikan sesuatu. Penggunaan pemilihan kata yang benar dan selaras untuk mengekspresikan ide agar mencapai sesuatu yang ingin disampaikan. Setiap penulis memilih kata yang tepat sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan serta efek puitis yang ingin dicapainya. Diksi pada puisi Hujan Bulan Juni pada bait pertama baris ke 1 dan 2 menjelaskan tentang rasa yang berusaha ditahan. Baris ke 1 secara jelas mengungkapkan ketabahan dalam menahan sesuatu. Pada baris ke 2 pada umumnya musim di Indonesia pada bulan Juni merupakan musim kemarau. Apabila bulan Juni disandarkan dengan kata hujan maka dapat berarti ketabahan seseorang yang menahan perasaannya. Ibarat hujan harus menahan dirinya untuk tidak muncul pada saat musim kemarau.
c) PengimajianÂ
Menurut Pradopo (2005:79) mengemukakan bahwa citraan adalah gambaran yang berfungsi untuk membuat lebih hidup gambaran yang ada didalam pikiran. Menurut Aminuddin (2010:29) citraan adalah susunan kata- kata yang membuat makna abstrak menjadi konkret dan tepat. Dapat disimpulkan bahwa pengimajian atau pencitraan adalah kata-kata atau susunan kata yang dapat mengekspresikan alat panca indera, misalnya pendengaran, perasa, dan penglihatan. Pengimajian dapat memberi efek kepada pembaca seolah-olah mendengar, melihat, dan merasakan seperti yang dialami penulis. Pengimajian dibagi menjadi tiga yaitu pengimajian penglihatan (visual), pengimajian pendengaran (auditif), dan pengimajian taktil. Pada puisi Hujan Bulan Juni pada bait pertama baris ke 4 mengandung pengimajian penglihatan.
d) Kata Konkret
Kata konkret adalah suatu bentuk kata yang dapat ditangkap oleh indera manusia untuk menghasilkan suatu citra. Kata-kata yang digunakan biasanya bersifat kiasan (imajinatif). Menurut Siswanto (2008: 119) mengemukakan bahwa kata konkret adalah kata-kata yang dapat ditangkap oleh alat indra. Kata pohon dalam puisi Hujan Bulan Juni mewakili sesuatu yang dirindukan. Kata bunga mewakili perempuan. Kata hujan mewakili manusia.
e) Majas
Menurut Winarni (2014:52), majas adalah cara atau gaya tertentu yang digunakan penyair untuk menciptakan kesan tertentu, daya bayang dan nilai keindahan. Majas dapat dibatasi untuk mengekspresikan ide melalui bahasa dengan cara yang unik menunjukkan kepribadian penulis (Keraf, 2005:113). Waluyo (1991:84) mengemukakan bahwa jenis majas meliputi: metafora, perbandingan, personifikasi, hiperbola, sinekdoce, dan ironi. Pada puisi Hujan Bulan Juni terdapat majas personifikasi pada bait kedua baris ke 3 dan 4. Pada baris tersebut seakan-akan hujan bulan juni dapat melakukan pekerjaan seperti manusia yaitu menghapus jejak-jejak.
f) Verifikasi
Verifikasi dibagi menjadi 3 elemen yaitu metrum, ritma, dan rima. Menurut Siswanto (2008: 122) mengemukakan bahwa rima adalah persamaan bunyi pada puisi baik diawal maupun diakhir puisi. Menurut Siswanto (2008: 123) metrum dan ritma adalah tinggi dan rendah, panjang dan pendek, keras dan lemahnya bunyi. Dapat disimpulkan bahwa rima adalah pengulangan bunyi-bunyi dalam sebuah puisi sedangkan metrum dan ritma adalah nada-nada pada puisi yang diserasikan dengan suasana. Pada puisi Hujan Bulan Juni didominasi dengan vokal a-i-u yang membawa pembaca pada suasana sendu namun menyiratkan ketegaran.
D. PuisiÂ
Hujan Bulan JuniÂ
Karya : Sapardi Djoko Damono
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu dijalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
BAB III
METODE PENELITIANÂ
Dalam analisis ini yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif. Menurut Endraswara (2008:5), penelitian kualitatif ini dilakukan dengan mengutamakan pemahaman yang lebih mendalam tentang interaksi antara konsep-konsep yang diselidiki secara empiris daripada angka-angka. Sedangkan menurut Sutopo (2006: 40), penekanannya adalah pada penelitian kualitatif termasuk penjelasan kalimat rinci dan lengkap yang menjelaskan keadaan yang sebenarnya, guna mendukung penyajian dari data. Metode kualitatif mencakup sejumlah fenomena sosial yang terkait.
Sumber data analisis berupa puisi "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono. Dalam kasus ini, penulis akan fokus pada analisis struktur batin dan fisik puisi. Struktur batin puisi meliputi perasaan, nada, suasana, amanat, dan tema. Sedangkan struktur fisik puisi meliputi diksi, pencitraan, majas, tipografi, kata konkret, pengimajian, dan verifikasi.
Teknis analisis data yang digunakan adalah teknis analisis interaktif meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan simpulan. Prosedur penelitian ini mengikuti prosedur pendekatan kualitatif yang sesuai dengan Sutopo (2006:187) yaitu mengumpulkan data, menentukan objek penelitian, mengumpulkan referensi relevan dengan penelitian, dan menganalisis objek penelitian sesuai dengan struktur batin serta struktur fisik puisi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam melakukan analisi puisi "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono, peneliti fokus menganalisis struktur batin dan struktur fisik dalam puisi tersebut. Struktur batin meliputi tema, rasa, nada dan suasana, serta amanat. Sedangkan struktur fisik meliputi tipografi, diksi, pengimajian, majas, kata konkret, verifikasi.Â
Hujan Bulan JuniÂ
Karya : Sapardi Djoko Damono
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu dijalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini menceritakan mengenai rasa yang tertahan. Rasa terseut berupa rindu dan cinta yang tak sempat disampaikan. Berikut adalah hasil struktur batin dan fisik puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.
Tabel 1.Â
Instrumen Analisis Struktur BatinÂ
No.
Struktur Batin
KeteranganÂ
Bait dan Baris Puisi
1.Â
Tema
Dari pokok bahasan puisi ini dapat disimpulkan bahwa cinta yang terpendam dan lebih memilih untuk mencintainya dalam diam.
Hal tersebut dapat terlihat pada bait pertama yaitu :Â
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rinrik rindunyaÂ
Kepada pohon berbunga itu
2.
Rasa
Perasaan penyair dalam puisinya mengandung perasaan sedih, kesabaran, sendu dan kesederhanaan atas ketulusan cinta.
Hal tersebut dapat terlihat dalam bait ketiga baris ketiga dan keempat yaitu :
Dibiarkannya yang tak terucapkanÂ
Diserap akar pohon bunga itu
3.
Nada dan Suasana
Nada dan suasana yang digunakan dalam puisi tesebut yaitu lirih namun dengan emosi yang tenang.
Terdapat didalam kata tabah (bait petama baris ke-1), kata bijak (bait kedua baris ke-1), dan kata arif (bait ketiga baris ke-1).Â
4.
Amanat
Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini memiliki amanat tentang sifat ketabahan, kebijaksanaa, kearifan yang harus dimiliki oleh setiap manusia meskipun tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Dan juga tidak semua yang diinginkan bisa didapatkan dengan mudahÂ
Hal tersebut dapat terlihat dalam
a. Bait pertama baris pertama yaitu :Â
Tak ada yang lebih tabah
b. Bait kedua baris pertama yaitu :Â
tak ada yang lebih bijakÂ
c. Bait ketiga baris pertama yaitu :
tak ada yang lebih arif Â
Tabel 2.
Instrumen Analisis Struktur FisikÂ
No.
Struktur Fisik
KeteranganÂ
Bait dan Baris Puisi
1.
TipografiÂ
Dalam puisi ini tidak memiliki tipografi secara khusus. Penulisan dalam puisi ini menggunakan rata kiri, memliki 3 bait dan masing-masing bait terdiri dari 4 baris.
-
2.
DiksiÂ
a. baris pertama dengan jelas menunjukan ketabahan seseorang dalam menahan sesuatu. Pada baris kedua kata hujan dan bulan juni, berdasarkan penanggalan musim di Indonesia bula Juni merupakan musim kemarau. Bisa diibaratkanhujan harus menahan dirinya untuk tidak muncul hujan pada saat musim kemarau.
b. pada kata dirahasiankannya memperjelas bahwa penulis sedang memendam sesuatu. Kata rintik rindunya tergambar jelas bahwa rasa yang tengah dirasakan oleh penulis. Kata pohon yang berbunga merupakan gambaran semua rasa yang dimiliki penulis.
c. Kedua baris tersebut menggambarkan bahwa penulis ragu-ragu dan tidak berani mengungkapkan perasaanya.
d. Kedua baris tersebut juga menggambarkan bahwa penulis menyerah untuk tidak menunjukkan perasaanya.
a. Pada bait pertama baris kesatu dan kedua yaitu :
Tak ada yang lebih tabahÂ
Dari hujan bulan juniÂ
b. Pada bait pertama baris ketiga dan empatyaitu :
Dirahasiakannya rintik rindunyaÂ
Kepada pohon berbunga itu
c. Pada bait ke kedua baris ketiga dan empat yaitu :
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu dijalan itu
d. pada bait ketiga baris ketiga dan empat yaitu :
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga ituÂ
3.
PengimajianÂ
Terdapat pengimajian penglihatan dan pendengar, dalam puisi tersebut pembaca seolah-olah melihat dan mendengar apa yang ada dalam puisi tersebut.
Terdapat pada bait pertama baris keempat ( pengimajian penglihatan) yaitu:Â
Kepada pohon berbunga itu
Terdapat pada bait pertama baris ketiga (pengimajian pendengaran) yaitu :
Dirahasiakannya rintik rindunya
4.
Kata Konkret
Kata pohon mewakili sesuatu yang dirindukan, kata berbunga mewakili perempuan, kata hujan mewakili manusia.Â
Kata pohon terdapat pada bait pertama dan ketiga masing-masing pada baris keempat.
Kata berbunga terdapat dalam bait pertama baris keempat.
Kata hujan terdapat pada bait satu, dua tiga dan baris kedua pada masing-masing bait.
5.
Majas
Dalam puisi ini terdapat majas personifikasi pada potongan larik bait kedua baris kedua dan ketiga seolah-olah hujan bulan juni dapat melakukan pekerjaan manusia yaitu menhapus jejak-jejak serta pada potongan bait kedua baris ketiga dan empat memberi gambaran seolah-olah hujan bulan juni memiliki kemampuan berbicara dan menyimpan pembicaraannya.Â
Bait kedua baris keedua dan ketiga yaitu :Â
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Bait ketiga baris kedua dan ketiga yaitu :
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
6.
Verifikasi
Pada puisi ini memiliki verifikasi yang bebas. Bait pertama mempunyai irama a-i-a-u, bait kedua memiliki irama a-i-a-u, bait ketiga mempunyai irama i-i-a-u. Bunyi vokal a (untuk menggambarkan rasa optimis), bunyi vokal i (untuk mengambarkan kesedihan), bunyi vokal u (menggambarkan kegalauan). Verifikasi ini membawa pembaca seolah-olah pada suasana sendu namun menyiratkan ketegaran yang didominasi dengan vokal a-i-u.
-
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULANÂ
Karya sastra merupakan sarana mengembangkan imajinasi seseorang melalui lingkungannya yang memiliki nilai dan estetis. Berbagai karya sastra dibagi menjadi tiga jenis, prosa, drama, dan puisi, berdasarkan bentuknya. Prosa merupakan karya sastra yang tulisannya bebas dan tidak terikat oleh berbagai aturan. Drama adalah jenis karya sastra berbentuk naskah yang menjelaskan tentang realitas, karakter, dan perilaku hidup manusia, dan kisahnya diceritakan melalui peran dan dialog.Â
 Puisi sebagai jenis karya sastra memiliki nilai sastra dan seni yang tinggi karena bahasanya yang luwes dan ekspresif dalam pemilihan kata. Puisi pada hakikatnya adalah sarana untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan bagi penulis. Puisi terdiri dari dua struktur, struktur batin dan struktur fisik. Kedua struktur tersebut saling mengikat satu sama lain untuk membentuk makna yang utuh.
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa puisi Hujan Bulan Juni memiliki Analisis ini menemukan strukur batin yaitu (1) tema, cinta yang tak tersampaikan dan memilih untuk diam, (2) rasa, mengandung perasaan sedih dan sendu akan ketulusan cinta, (3) nada dan suasana, menggunakan nada lirih namun dengan emosi tenang, (4) amanat, tentang sifat ketabahan, kebijaksanaan, kearifan yang harus dimiliki olehsetiap manusia meskipun tidak sesuai dengan yang diinginkan. Juga struktur fisik yaitu (1) tipografi, penyusunan menggunakan rata kiri dengan jumlah 3 bait masing-masing bait terdiri dari 4 baris, (2) pengimajian, menggunanakan imaji visual (penglihatan) dan imaji pendengar, (3) majas, menggunakan majas personifikasi, (4) verifikasi, menggunakan pola persajakan berbunyi a-i-a-u, a-i-a-u, i-i-a-u.
DAFTAR PUSTAKA
Almubary, Dasri. 2002. Puisi dan Prosa. Pekanbaru. Yayasan Sepadan Tamadun.
Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Puisi Karya Sastra. Bandung. Sinar Baru Algensindo.
Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung. Sinar Baru.Â
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta. Media Pressindo.
Keraf, Gorys. 2005. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Kosasih, E. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta. Nobel Edumedia.
Melati, T. S., Warisma, P., Ismayani, M. 2009. Analisis Konflik Tokoh dalam Novel Rindu Karya Tere Liye Berdasarkan Pendekatan Psikologi Sastra.Porale. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Volume 2 (2), 229-238.
Nugraha, S., Suhendra, J. S., San Fauziya, D. 2017. Analisis Unsur Intrinsik dan Nilai Moral dalam Cerpen "Mengapa Orang Gila Membunuh Ustaz?" Karya Faris Alfaisal pada Surat Kabar Republika Edisi 1 April 2018. Porale. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.Volume 2 (1).
Nurgiyantoro, B. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta. Gadjah Mada Universitas Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Putri, P. N. A., Puspitasari, T., Permana, I. 2019. Analisis Puisi Heri Isnaini "Prangko" dengan Pendekatan Semiotika. Porale. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Volume 2 (3), 365-370.
Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Sayuti. 2010. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Cantrik Pustaka.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta. PT Grasindo.Â
Suharianto, S. 1982. Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta. Widya Duta.
Sumardjo, Jakob. 1982. Apresiasi Sastra. Jakarta. Gramedia.
Sutopo, H. B. 2006. Metodologi Peneltian Kualitatif. Surakarta. Universitas Sebelas Maret.
Wahyuni, Risti. 2014. Puisi, Prosa, dan Pantun Lama. Yogyakarta. Saufa.
Waluyo, H. J. 1995.Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta. Erlangga.
Waluyo, H. J. 2005. Apresiasi Puisi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Waluyo, H. J. 2010. Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Salatiga. Widya Sari Press.
Winarni, R. 2014. Kajian Sastra Anak. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H