Dalam sebuah kertas tanganku menari membentuk sebuah huruf sembari memegang sebuah pulpen. Diiringi dengan heningnya malam dan suara musik melalui sebuah earphone yang ku pasang ditelinga. Badanku masih berkutat di meja belajar tempat yang biasanya aku pakai saat belajar di kamarku. Aku merupakan orang yang tipikal tidak bisa fokus belajar jika harus belajar di atas kasur. Jadi aku menyusun sebuah tempat yang nyaman untuk belajar. Hingga terkadang aku selalu lupa waktu karena aku terlalu nyaman berdiam di tempat belajarku.
"huaaahhhh!! tak biasanya aku belajar sambil menguap begini, mungkin aku butuh istirahat sekarang juga" Mataku melirik ke jam dinding yang menunjukkan jam 12 malam.
 Tanganku membereskan pensil dan pulpen yang berserakan juga buku buku yang terbuka dimeja belajar. Kemudian kutangkap suara kaki dari kamar seblah menuju dapur. Dan akupun lantas keluar kamar dan menemui orang yang berada didapur dan itu ternyata Anna kakak kandungku sendiri memegangi segenggam gelas dan dituangkannya air dingin dari kulkas.
 "Mau ngapain kamu kesini?" tanya kakakku
"Aku cuma mau ke air, kakak kok tumben jam segini keluar kamar? Biasanya kan jam segini kakak udah tertidur pulas di kamar."
"Gak tahu kenapa mata kakak sulit diajak tidur, dan gak lama kemudian perut kakak bunyi makanya kakak langsung ke dapur hehe.'' jawabnya menyeringai sambil mengacungkan sebuah apel yang diambilnya dari kulkas
"Oh yaudah kak aku mau keair dulu ya." langkah kakiku berjalan menuju kamar mandi. Setelah dari kamar mandi aku kembali ke kamar untuk tidur.
"Chikaaaa!!! cepet bangun udah subuh." Suara yang selalu ku jadikan sebagai alarm alami dipagi hari yang tak lain dan tak bukan adalah ibuku sendiri.
Selepas mendengar suara itu ku langsung meregangkan badan sebelum keluar dari zona yang memiliki magnet yang kuat untuk rebahan. kemudian kuinjakkan kaki kelantai dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka, menyikat gigi dan mengambil air wudhu. Setelah kembali ke kamar, aku langsung memegang sejadah dan meletakkannya di lantai sesuai dengan kiblat dan akupun langsung memakai mukena, segera aku melaksanakan sholat. Setelah sholat ku lanjutkan dengan membaca kitab suci alquran. Setelah selesai segera aku membereskan alat sholat. Kemudian mataku menuju sebuah handphone yang tersimpan dilaci pinggir kasur. Tak lama kemudian ku membuka handphone itu dan melihat sebuah wallpaper handphone yang bergambarkan bahwa kamu pasti bisa. Kemudian jari jemariku membuka sebuah aplikasi dengan gambar seperti kamera dengan nama instagram. Dalam beranda instagram akunku terdapat banyak postingan tentang kuliah. Ya memang aku sangat ingin berkuliah seperti orang-orang tetapi aku berpikir apakah aku bisa berkuliah dengan keadaan keluarga yang sederhana.
 Aku adalah Chika anak yang sangat bisa dibilang dulunya pemalas tetapi aku udah merubah hidupku menjadi anak yang rajin. Aku memiliki seorang kaka perempuan yang sedang bekerja menjadi pegawai pabrik. Bapakku baru beberapa tahun kebelakang baru saja pensiun dan ibuku awalnya seorang ibu rumah tangga tetapi saat ini menjadi seorang penjual kecil kecilan di rumah. Sejak bapakku pensiun kami hidup dengan segala berkecukupan, kakakku memang sudah bekerja tetapi tetap saja hidup kami sangat berkecukupan, setelah bapakku pensiun ia tidak memiliki uang lagi karena saat itu uang pensiunnya dipakai untuk membuat sebuah proyek dengan orang lain dan tak lama kemudian bapakku ditipu oleh orang tersebut dan semua uang pensiunnya habis dipakai oleh orang itu. Menjadikan bapakku tidak mempunyai uang lagi untuk modal dalam melakukan sebuah usaha dan untuk membiayai kehidupan sehari hari untuk keluarga. Semakin bertambah usia hingga menginjak usia 17 tahun ini dan ditambah lagi dengan keadaan keluarga yang seperti ini menjadikanku harus lebih menghemat uang dan menjadikanku untuk memulai sebuah usaha kecil kecilan.
Mengingat keadaan itu membuatku sedih tapi itu tidak membuatku menyerah begitu saja. Aku menjadi giat belajar demi menggapai keinginanku untuk berkuliah dan berusaha untuk mendapat beasiswa full di sekolah negeri manapun. Aku dengan sengaja membuat tempat belajarku menjadi nyaman demi menghindari belajar diatas kasur yang membuatku malas untuk belajar.
"Chikaa tolong jagain warung dulu, ibu ada urusan keluar sebentar." pinta ibu
"baik bu." jawabku.
Kulangkahkan kaki menuju warung dan disitulah ku lihat bapakku hanya sedang bersantai ria padahal kami bertiga (ibu, kakak, dan aku) sedang sibuk mencari cara untuk tetap selalu bisa mendapatkan uang demi sehari hari. Terkadang memang suka kesal melihat ayahku hanya bersantai saja, mungkin ini yang dulu bapakku rasakan saat ia seorang diri berusaha keras bekerja demi memenuhi keperluan keluarga dan membahagiakan anak-anaknya, memang sangat susah tetapi ia bisa mencukupi keperluan keluarganya.
(Terdengar seseorang melangkahkan kakinya menuju warung)
"Dek, saya mau beli tabung gas nya satu" pintanya
"Oh iya bu sebentar" jawabku. Kuangkat tabung berwarna hijau itu menuju ibu tadi.
"Ini bu, gasnya 24 ribu bu" jelasku
Tak lama kemudian ibu tadi mengeluarkan uang berwarna biru dari dompetnya dan memberikan uang berwarna biru itu kepadaku. Saat aku hendak mengambilkannya kembalian ibu tersebut langsung menghalangiku untuk memberi kembaliannya
"Oh tidak apa dek ini kembaliannya untuk adek saja." pintanya
"T-t-tapi bu-."
"Sudah itu kembaliannya untuk adek saja." ibu itu kemudian pergi meninggalkan warung
"Terimakasih ya bu." teriakku dari dalam warung
Tak lama kemudian ibuku datang dan aku ceritakan semuanya yang terjadi saat menjaga warung sambil memberikan uang yang tadi. Dan ibuku sangat bersyukur ada orang sebaik ibu tadi. Setelah memberikan uang tadi kepada ibu aku kembali kekamar dan melihat jam dinding dengan jarum yang menunjuk ke atas yang artinya sudah jam 12 siang. Setelah adzan aku lanjutkan dengan sholat dan kembali untuk belajar. Setiap hariku pasti tak ada hari tanpa belajar meskipun hari Minggu yang biasanya orang memanfaatkan waktu hari Minggu untuk beristirahat tetapi berbeda dengan aku. Ditambah lagi aku sekarang sudah menginjak kelas 12 yang artinya aku harus maksimal dalam belajar. Ku habiskan waktu belajarku hingga jam 5 sore. Tak terasa matahari sudah hampir terbenam dan langit diwarnai dengan warna kuning semu orange.
Terlihat banyak makanan yang tertata di meja makan ada ayam, gorengan, sayur, tempe dan semua keluargapun berkumpul dimeja makan. Satu persatu mengambil piring dan sendok dan tak lupa mengambil nasi dan lauk pauknya. Makan malam keluargaku memang sederhana tetapi aku melihat bapak, ibu, dan kakak makan dengan sangat lahap. Setelah makan kami berdiam sejenak.
"Ibu tumben ibu masak ayam, padahal semenjak uang pensiun itu habis ditipu orang itu, kita jarang banget makan dengan ayam kalo bukan ayam dari orang yang ngadain syukuran." Ejek kakak
"Udah sutt, kok kamu malah bilang kaya gitu sih kak, bukannya syukur kita bisa makan enak hari ini." Jawab bapak
"Ya memang jarang kan pak, bapak udah lama ga berpenghasilan menjadikan kami makan alakadarnya jarang sekali kami makan enak, uang ayah habis ditipu oleh orang itu sedangkan dimasa pandemi ini kakak digaji hanya pas pasan belum lagi untuk bayar tagihan-tagihan, sisanya kakak hanya bisa beli ayam 2 potong yang akhirnya 2 potong ayam itu dibagi dua lagi agar semuanya kebagian." Mata kakak sembari berkaca kaca
"Kak siapa juga yang ga sedih ngeliat kalian makan dengan lahap hanya dengan lauk yang alakadarnya tanpa lauk pauk yang mahal. Bapak kadang suka nangis selepas sholat mengapa keadaan keluarga bapak jadi begini semenjak bapa pensiun. Bapak sadar bapak orangnya mudah tertipu oleh orang hingga bapak tidak punya modal lagi untuk mulai usaha. Kalau saja bapak dari dulu ikuti saran ibu mungkin bapak bisa ngasih kalian makanan enak. Udah sekarang semuanya sabar dulu ini ujian dari Tuhan. Tuhanpasti akan memberikan yang terbaik untuk hambanya. Untuk kakak terimakasih kakak udah berjuang buat bayar segala tagihan, untuk adek jangan lengah belajarnya adek pasti bisa kuliah semoga adek ada rezekinya, dan untuk ibu bagaimanapun keadaannya terimakasih ibu sudah sabar menjadi istri bapak." Air mata bapak sudah mengucur deras.
Membuat kami juga tak tahan lagi untuk tidak menangis mata kami berkaca kaca semua. Aku memang memahami perasaan kakak yang mungkin terlalu lelah bekerja keras dengan gaji yang hanya pas pasan. Disamping lain juga aku memahai perasaan bapak yang sangat tidak nyaman jikalau hanya berdiam diri dirumah tanpa menghasilkan uang sedikitpun.
Keesokkan harinya, saat aku keluar kamar aku lihat semua bertata dengan rasa canggung mungkin karena masalah kemarin. Ku raih handuk dari gantungan yang terpaku di dinding, kemudian aku masuk ke kamar mandi untuk mandi sebelum memulai pembelajaran secara daring. Selesai mandi dan berganti baju kemudian ku buka laptop untuk memulai belajar daring yang akan dimulai 5 menit lagi. Aku sangat bersyukur untungnya dulu bapak membelikan laptop untuk kakakku dan sekarang laptop itu dipake olehku. Syukur laptopnya belum ada cacat apapun hanya saja laptopnya sedikit lambat ya wajar saja laptopnya sudah beberapa kali dipakai. Saat ku mulai belajar daring ku dengar suara motor yang menjauh yang artinya kakak sudah berangkat bekerja. Dan ibu sedang menjemur baju di pinggir kamarku sembari berbincang ria dengan para tetangga. Dan belajarku terganggu dengan perkataan tetanggaku yang mengatakan bahwa anak pertamanya mendapat gaji sebesar 40 juta perbulan berkat kerja kerasnya sejak ia kecil yang selalu belajar dengan hingga larut malam dan mendapat pekerjaan yang sangat ibunya dambakan dan ia mengatakan bahwa tak lama kemudian ia akan menjadi kaya raya. Dan kemudian disambut dengan perkataan ibuku yang ikut bangga dengan anak tetangga.
Aku berpikir kayanya dengan gaji seperti tetanggaku itu bisa membuat keluargaku bahagia. Dan seketika aku menjadi kurang fokus untuk belajar. Suara ketukan yang keras dibalik pintu kamar itu membuatku berhenti berkhayal. Dan saat ku buka pintu kamar ternyata ibu membawakan segelas susu dengan senyum manisnya.
"belajar yang rajin ya, jangan banyak melamun nanti kesambet setan."
"Ibu bisa aja, makasih bu susunya adek bakal belajar dengan rajin." mengambil susu yang dari tangan ibu. Kemudian aku langsung menutup lagi pintu kamarku.
Dari pagi hingga siang sekitar 3 atau 4 jam aku belajar daring dari sekolah. Aku selingi dengan beristirahat sejenak selama 1 jam. Habis itu aku lanjutkan dengan mengerjakan tugas dan belajar untuk ujian. Hingga sore hari sekitar jam setengah 5 sore aku mengakhiri belajarku bersamaan dengan kakaku pulang ke rumah aku kemudian berdiam sejenak diluar rumah. Dan kebetulan anak pertama tetanggaku pulang dari kerja dan tampaknya ia sangatlah lusuh bajunya pun sedikit kusut dan terlihat sekali ia sangat kelelahan. Kemudian ia disambut oleh ibunya dengan senang hati tetapi anaknya membalas dengan muka sangat kesal dan marah seperti memiliki perasaan dendam yang terpendam. Dan tak lama kemudian terdengar suara pecahan dan benda yang dirusak dengan keras dibalik rumah tetanggaku. Dan tak lupa juga suara bentakan seperti orang yang sedang marah besar hingga banyak barang yang dirusak. Karena aku tidak sanggup mendnegar orang yang sedang marah besar, segera aku masuk kembali kedalam rumah kemudian aku mencari earphone dan segera aku cari musik yang membuatku nyaman dan juga volume suara yang dinaikkan agar tidak terdengar kebisingan yang terjadi dirumah tetanggaku. Namun, tetap saja suara benda pecah itu semakin menjadi-jadi. Aku ketakukan mendengar ini karena aku tidak biasa mendengar hal-hal tersebut.
Akupun langsung keluar kamar dan mencari ibu kemudian memeluknya dan aku juga melihat bapakku seperti ingin melerai permasalahan yang terjadi dirumah tetanggaku ini namun aku menghalanginya karena takut terlalu ikut campur masalah keluarga orang lain. Kemudian bapakku awalnya tetap kekeh ingin pergi ke rumah tetanggaku itu karena takut ada yang terluka namun jika aku dengar dari suaranyaaku yakin tidak ada yang terluka yang ada hanyalah perdebatan antara mulut satu dengan mulut yang lain dan juga benda barang yang dilempar dengan keras. Kemudian bapakku akhirnya tidak jadi ke rumah itu karena suara bentakan itu sudah mulai mereda. Dan saat aku melihat keluar rumah banyak para tetangga yang keluar rumah karena mendengar kebisingan yang terjadi dirumah itu. Kemudian tak lama kemudian terdengar suara adzan dengan cepat keluargaku mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat berjamaah dan diakhiri dengan membaca al quran. Setelah itu kami kemudian berkumpul diruang tamu untuk makan malam bersama. Ayam bekas hari kemarin tersisa 2 potong lagi terpaksa ibu membaginya menjadi 4 potong. Makan malam hari ini sangatlah nyaman, walau kami makan dengan lauk yang sedikit tapi aku bersyukur semua anggota keluarga bisa berkumpul bersama sama. Masih tetap berbahagia walau keadaan seperti ini sulit untuk dilewati.
Selang beberapa hari kebelakang setiap sore disaat aku mengakhiri jam belajarku dan setelah tetanggaku pulang kerja. Aku selalu mendengar suara kebisingan di ruma tetanggaku dan hampir saja gendang telingaku pecah setiap kali mendengar benda yang pecah. Dan juga suara bentakkan yang hampir aku ingat setiap hati yaitu kata "aku tidak bahagia memiliki banyak uang, uang hanya membuat ibu sombong, dahuku ibu tidak seperti ini tetapi saat aku memiliki gaji yang besar ibu jadi sombong sifat ibu berbeda dengan dulu, uang membuatkku bahagia hanya sementara aku hanya ingin seperti keluarga yang lain yang harmonis tanpa memerdulikan uang aku hanya perlu kasih sayang dari keluarga yang sangat memerdulikan anaknya sendiri yang tidak menekankan anaknya untuk bekerja keras demi mendapat uang." Dan setelah mendengar bentakan yang sering terucap saat terjadi perdebatan ini sepertinya aku tahu akar permasalahan tetanggaku ini. Bahwa ia hanya butuh kebahagiaan, kanyamanan, kasih sayang dari keluarga yang tidak memerdulikan uang, mau seberapa banyak uang itu bahwa kebahagiaan dan kasih sayang itu tidak bisa dibayar dengan banyaknya uang. Memiliki banyak uang emang terkadang membuat kita bahagia tetapi sebagai manusia memiliki uang yang banyak tidak akan menjamin bahwa kamu akan hidup bahagia dengan kasih sayang. Uang masih bisa untu dicari tetapi kebahagiaan tidak dapat dibeli dengan uang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H