Mohon tunggu...
Fuji Lestari S
Fuji Lestari S Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

anda mungkin bisa menunda, tapi waktu tidak akan menunggu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kebahagiaan Tidak Bisa Dibeli oleh Uang

16 Februari 2021   20:20 Diperbarui: 16 Februari 2021   20:34 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Terimakasih ya bu." teriakku dari dalam warung

Tak lama kemudian ibuku datang dan aku ceritakan semuanya yang terjadi saat menjaga warung sambil memberikan uang yang tadi. Dan ibuku sangat bersyukur ada orang sebaik ibu tadi. Setelah memberikan uang tadi kepada ibu aku kembali kekamar dan melihat jam dinding dengan jarum yang menunjuk ke atas yang artinya sudah jam 12 siang. Setelah adzan aku lanjutkan dengan sholat dan kembali untuk belajar. Setiap hariku pasti tak ada hari tanpa belajar meskipun hari Minggu yang biasanya orang memanfaatkan waktu hari Minggu untuk beristirahat tetapi berbeda dengan aku. Ditambah lagi aku sekarang sudah menginjak kelas 12 yang artinya aku harus maksimal dalam belajar. Ku habiskan waktu belajarku hingga jam 5 sore. Tak terasa matahari sudah hampir terbenam dan langit diwarnai dengan warna kuning semu orange.

Terlihat banyak makanan yang tertata di meja makan ada ayam, gorengan, sayur, tempe dan semua keluargapun berkumpul dimeja makan. Satu persatu mengambil piring dan sendok dan tak lupa mengambil nasi dan lauk pauknya. Makan malam keluargaku memang sederhana tetapi aku melihat bapak, ibu, dan kakak makan dengan sangat lahap. Setelah makan kami berdiam sejenak.

"Ibu tumben ibu masak ayam, padahal semenjak uang pensiun itu habis ditipu orang itu, kita jarang banget makan dengan ayam kalo bukan ayam dari orang yang ngadain syukuran." Ejek kakak

"Udah sutt, kok kamu malah bilang kaya gitu sih kak, bukannya syukur kita bisa makan enak hari ini." Jawab bapak

"Ya memang jarang kan pak, bapak udah lama ga berpenghasilan menjadikan kami makan alakadarnya jarang sekali kami makan enak, uang ayah habis ditipu oleh orang itu sedangkan dimasa pandemi ini kakak digaji hanya pas pasan belum lagi untuk bayar tagihan-tagihan, sisanya kakak hanya bisa beli ayam 2 potong yang akhirnya 2 potong ayam itu dibagi dua lagi agar semuanya kebagian." Mata kakak sembari berkaca kaca

"Kak siapa juga yang ga sedih ngeliat kalian makan dengan lahap hanya dengan lauk yang alakadarnya tanpa lauk pauk yang mahal. Bapak kadang suka nangis selepas sholat mengapa keadaan keluarga bapak jadi begini semenjak bapa pensiun. Bapak sadar bapak orangnya mudah tertipu oleh orang hingga bapak tidak punya modal lagi untuk mulai usaha. Kalau saja bapak dari dulu ikuti saran ibu mungkin bapak bisa ngasih kalian makanan enak. Udah sekarang semuanya sabar dulu ini ujian dari Tuhan. Tuhanpasti akan memberikan yang terbaik untuk hambanya. Untuk kakak terimakasih kakak udah berjuang buat bayar segala tagihan, untuk adek jangan lengah belajarnya adek pasti bisa kuliah semoga adek ada rezekinya, dan untuk ibu bagaimanapun keadaannya terimakasih ibu sudah sabar menjadi istri bapak." Air mata bapak sudah mengucur deras.

Membuat kami juga tak tahan lagi untuk tidak menangis mata kami berkaca kaca semua. Aku memang memahami perasaan kakak yang mungkin terlalu lelah bekerja keras dengan gaji yang hanya pas pasan. Disamping lain juga aku memahai perasaan bapak yang sangat tidak nyaman jikalau hanya berdiam diri dirumah tanpa menghasilkan uang sedikitpun.

Keesokkan harinya, saat aku keluar kamar aku lihat semua bertata dengan rasa canggung mungkin karena masalah kemarin. Ku raih handuk dari gantungan yang terpaku di dinding, kemudian aku masuk ke kamar mandi untuk mandi sebelum memulai pembelajaran secara daring. Selesai mandi dan berganti baju kemudian ku buka laptop untuk memulai belajar daring yang akan dimulai 5 menit lagi. Aku sangat bersyukur untungnya dulu bapak membelikan laptop untuk kakakku dan sekarang laptop itu dipake olehku. Syukur laptopnya belum ada cacat apapun hanya saja laptopnya sedikit lambat ya wajar saja laptopnya sudah beberapa kali dipakai. Saat ku mulai belajar daring ku dengar suara motor yang menjauh yang artinya kakak sudah berangkat bekerja. Dan ibu sedang menjemur baju di pinggir kamarku sembari berbincang ria dengan para tetangga. Dan belajarku terganggu dengan perkataan tetanggaku yang mengatakan bahwa anak pertamanya mendapat gaji sebesar 40 juta perbulan berkat kerja kerasnya sejak ia kecil yang selalu belajar dengan hingga larut malam dan mendapat pekerjaan yang sangat ibunya dambakan dan ia mengatakan bahwa tak lama kemudian ia akan menjadi kaya raya. Dan kemudian disambut dengan perkataan ibuku yang ikut bangga dengan anak tetangga.

Aku berpikir kayanya dengan gaji seperti tetanggaku itu bisa membuat keluargaku bahagia. Dan seketika aku menjadi kurang fokus untuk belajar. Suara ketukan yang keras dibalik pintu kamar itu membuatku berhenti berkhayal. Dan saat ku buka pintu kamar ternyata ibu membawakan segelas susu dengan senyum manisnya.

"belajar yang rajin ya, jangan banyak melamun nanti kesambet setan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun