Bagaimana pembaca, sungguh aneh bukan?
Kembali ke televisi, tayangan gambar dan siaran live sudah mulai banyak disajikan. Betapa mengerikan terjangan tsunami yang meluluhlantakkan Aceh. Penulis jadi bergidik.Â
Tayangan memperlihatkan Banda Aceh dan masjid Raya Baiturrahman dilanda tsunami.
Air laut yang naik ke daratan menyapu material apa saja yang ada. Kita bisa menyaksikan kendaraan mobil bagaikan kotak diombang-ambing tsunami. Diperlihatkan juga orang-orang yang berusaha menyelamatkan diri.
Betul-betul kepanikan warga terlihat pada bencana dahsyat menjelang penghujung akhir tahun 2004. Tak lama dunia pun jadi tersentak.
Begitu sepenggal kisah penulis saat sebelum gempa dan tsunami datang. Di sini penulis bisa bersyukur kepada Allah Swt atas pertolongan-Nya kami terhindar dari terjangan tsunami yang datang. Seakan-akan tsunami datangnya agak lambat. Jadi kami diberi kesempatan untuk segera menepi ke darat.
Penulis tidak bisa membayangkan, bila kami masih lama berada di laut. Tentu kami dihempaskan ke pantai. Tidak tahu lagi kejadian seperti apa yang kami alami bila digulung gelombang tsunami.
Dan saya pun bersujud syukur, terima kasih Tuhan. Dengan begitu, penulis pun membulatkan tekad untuk ikut sebagai relawan. Membantu saudara-saudara kita di Aceh yang tertimpa musibah bencana alam.
Persiapan Berangkat
Dua hari setelah kejadian, dari pemberitaan media dan radio, regu penolong dari Prov. Sumbar baik dari instansi pemerintah dan swasta akan disiapkan diberangkatkan ke Aceh.
Tidak lama kemudian, Walikota Padang membuka kanal untuk warga Kota Padang agar mengumpulkan bantuan baik berupa pakaian bekas layak pakai maupun logistic makanan lainnya.