Mohon tunggu...
Fridrik Makanlehi
Fridrik Makanlehi Mohon Tunggu... Jurnalis - Alumini, STTA, UGM, UT

Penulis dan Olah Raga

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anies Baswedan Pecinta Toleransi

11 Januari 2023   18:16 Diperbarui: 22 Januari 2023   22:00 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketua DPP Partai NasDem, Effendy Choirie atau Gus Choi sering mengatakan bahwa narasi politik identitas yang disematkan atau dialamatkan kepada Anies Baswedan merupakan hal yang tidak benar atau salah alamat. Mengapa? Dalam program Catatan Demokrasi yang diadakan oleh tvOneNews melalui kanal YouTube, ia mengatakan bahwa “Itu sebetulnya cap yang salah alamat”. Gus Choi membenarkan bahwa stigma politik identitas muncul setelah Pilkada DKI Jakarta 2017. Lebih lanjutnya, Gus Choi menambahkan, Ahoklah yang sebenarnya menjadi pemicu utama dan membangun narasi munculnya isu politik identitas. “Sebetulnya sebelum ada Pilkada DKI, hal-hal seperti itu kan tidak ada. Ketika Pilkada DKI kasus Ahok, itulah kemudian muncul,” dan “Sebetulnya kalau kita teliti ke belakang, sebetulnya munculnya karena statement Ahok. Sebelumnya kan tidak ada”. 

Maka itu, benarkah Anies Baswedan ‘Bapak Politik Identitas’? tidak benar, sekali lagi saya bilang ‘tidak benar: Anies Baswedan bukan bapak politik idetitas tetapi bapak politik toleransi’. Sebab, berdasarkan informasi atau data diatas, sudah tentu kita tidak bisa melabelkan Anies Baswedan sebagai politik identitas. Ketika kita melabelkan Anies Baswedan sebagai politik identitas, maka bagi saya itu merupakan sebuah penilaian atau penyematan yang keliru, tidak benar, tidak tepat dan tidak jujur atas data fakta yang telah ada. Bagi saya, penyematan politik identitas itu merupakan salah alamat dan dan juga hanyalah tuduhan-tuduhan yang tidak mendasar. Anies banyak melakukan bantuan-bantuan kepada kaum nonmuslim, hanya saja tidak terpublikasi secara terbuka di medsos atau publik.

Kesimpulan

  1. Sebelum kita menyematkan atau melabelkan politik identitas kepada orang lain, alangkah baiknya jika kita pun terlebih dulu mengintropeksi diri “saya pernah berpolitik identitas atau belum?”, “semasa masih aktif di organisasi baik di universitas, organisasi luar, organisasi aktivis, organisasi kerohanian, lingkungan masyarakat, organisasi perusahaan dan lainnya, pernahkan kita mengunakan isu politik identitas seperti isu kesukuan, agama, ras dan antar golongan untuk menumbang atau menjelek-jelekan kandidat lain? jika pernah, maka kita pun tidak perlu menyematkan politik identitas kepada siapa saja. Dalam sebuah pepatah mengatakan, “keluarkanlah dahulu balok (tai mata) dari mata sendiri sebelum kita mengeluarkan balok itu dari mata orang lain”.
  2. Dari jejak Anies Baswedan, saya menilai bahwa Anies bukan “Bapak Politik Identitas melainkan politik toleransi”.
  3. Pernahkah gubernur lain yang beragama muslim memberikan IMB rumah ibadah nonmuslim dan beranikah gubernur lain memakai stola dan berdiri di atlar lalu meresmikan rumah ibadah nonmuslim? Jika pernah, berapa banyak, dimana, dan kapan dilakukannya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun